24 June 2013

Pintu


"Sometimes you just gotta accept that some people can only be in your heart, not in your life"
***
"Kemarin ngapain?"
"Online aja,"
"Bangun jam berapa?"
"Jam 3"
"Hah, ngapain aja? Tidur lagi? Sampai jam berapa?"
Ah pertanyaan itu lagi
"Cuma guling-guling di tempat tidur, mainan hape, tidur lagi. Sampai jam 6."
"Sarapan?"
"Hum..."
"Sarapannya makan apa?"
"Roti. Sama ayam"
"Mandi jam berapa?"
"Jam 8"
"Trus tidur jam berapa?"
"Jam 10an"
"Bahahahahha, kayak anak kecil aja!"
"Kenapa sih emang?"
"Nggak kenapa-kenapa~~ Pengen tahu ajaa~~"

Kemudian kau membetulkan posisi tasmu dan berjalan melenggang. Aku lagi-lagi hanya menatap punggungmu. Setiap kita berjalan pulang, kamu selalu menanyakan hal yang hampir sama, apa yang aku kerjakan kemarin ketika kita tidak bertemu. Tapi karena jantung terlalu berdebar, kosakata yang ada dalam kepala seperti menguap begitu saja.
Aku jadi bodoh di depanmu.
"Ayo cepetan jalannya. Lama banget sih!"
"Ih, tunggu kenapa. Langkahmu itu terlalu besar, loh."
"Ah, begitukah? Cowok sih."
"Makanya..." Aku menggerutu sambil tergesa menyesuaikan langkahmu.
"Just joking~~"

Tetapi ternyata aku mendapati dirimu yang menyesuaikan dengan langkahku. Nggak salah sih teman-teman pada bilang kamu baik. Banyak hal-hal kecil yang kamu lakukan, misalnya saja membawakan barang belanjaanku, kemudian mengajak aku bicara, menyemangati aku, mengajari aku sepanjang pulang dari sekolah, menjelaskan ini dan itu ketika berjalan mengitari lingkungan sekitar, dan banyak lagi.
Ah, salah satunya sekarang! Ketika panas terik, kamu membiarkanku jalan dalam lindungan bayangmu. Awalnya sih aku merasa kesal, ketika menyebrang jalan, kamu malah mengambil sisi sebelah kiri di bahu kiri jalan -membiarkanku di sebelah kanan yang notabene berbahaya. Bukan seperti kamu yang biasanya, yang ketika berada di bahu kiri jalan, menarik tanganku kemudian "menaruhku" di sebelah kirimu. Tanpa berbicara apapun.
Ternyata kamu hanya berusaha melindungiku dari terik sinar matahari.
Aku hanya bisa menyunggingkan senyum. Kamu memang baik.

Aku rasanya ingin mengingat semua tentang kamu.

Kebaikanmu.

Perhatianmu.

Tapi sayang, kamu tidak bisa aku miliki. Hatimu telah kau beri kepada orang lain. Aku benci mengingatnya. Padahal cupid sepertinya telah menancapkan panahnya pada kali pertama aku melihatmu. Lalu aku sengaja memperlambat langkahku. Kaupun menyadari hal itu dan berjalan lebih lambat. Bahkan kamu tidak protes!

Kemudian aku sampai di rumahku. Aku berdiri di depan pintu kamarku. Kamu melambai di kejauhan.

"Dah... Ntar jam 6 kita keluar makan, ya. Siap-siap loh. Oke-oke?"

Aku menutup pintu kamarku tanpa menjawabmu.

Seperti pintu hati yang ku tutup rapat setelah mendapati namamu masuk ke sana.
***

P.S: cer-min (cerita mini, lebih pendek dari cerpen?)

17 June 2013

9th Number of Fibonacci Number

0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21,..............

21!

Yay?

Ah, katanya sih apalah arti sebuah umur (?)

Tapi aku merasa tua! Akhirnya ada angka 1 dibelakang angka 2.

Dan, saya di sini, Jepang.
***

Ulang tahun kali ini begitu berwarna sekaligus sepi. Hampir tiga tahun belakang aku biasanya makan-makan bareng Dewi, Mpi, Teh Sith... Tapi kali ini nggak. Aku berada di Miyajima untuk "kemah" bareng di Seifukan punya universitas.

Dan "merayakan" ulang tahun sehari lebih awal daripada tanggal seharusnya. Karena pada takut teman-teman mabuk dan akhirnya tidak ada pesta :D

Polish, French, Bahasa, English, Chinese, Japanese, Korean :) + Doraemon
Pada dasarnya aku kurang suka cake, tapi kali ini kue ultahnya enak banget, apalagi stroberi di atas kuenya manis, nis, nis T^T
Happy Birthday Nadi(y)ah!

Hello Chubby :3

Makanya aku nggak mau pulang. Aku udah betah disini.

Pengen kembali lagi.
***

Kembali.
Umur udah nambah tua aja, tapi kelakuan masih anak-anak. There is always a little girl inside.Yang berteriak kegirangan ketika orang yang ditaksir kirim ucapan selamat ulang tahun dan memberikan hadiah kecil hasil main-main iseng.

Impian tambah banyak.

Skripsi menunggu saya.

:') Ingin kembali bagaimanapun caranya.

11 June 2013

Butuh Waktu

: sebuah catatan yang ingin dituangkan secara terburu oleh penulisnya

***

Mungkin sekitar empat atau lima bulan lalu, sebelum berangkat ke Hiroshima, karena tidak tahu menahu apapun tentang Hiroshima, diriku mencoba meng-add ketua PPI Hiroshima. Tapi sayangnya, mungkin karena banyak sekali orang yang menambah beliau sebagai teman, saya tergusur. Namun, tetap menjadi follower beliau, melihat beberapa cerita inspirasi yang beliau tuliskan. Cerita yang menggelembungkan hasrat di dada untuk terus bermimpi. Sambil menanti-nanti kata "Friend request sent" menjadi "Friend".

Tapi sebulan berlalu, belum ada konfirmasi.

Kemudian saya, yang ketika itu sedang menunggu teman-teman Indonesia Contribution Project dari HUE, tiba-tiba melihat seseorang yang saya yakin sekali sebagai ketua PPI Hiroshima. Saya tapi kurang yakin dengan wajah beliau, hanya bisa berteriak kecil kepada teman saya yang juga akan pergi ke Hiroshima, "Sa, itu loh ketua PPI Hiroshima!". Sasa menyuruh saya untuk mengejar beliau dan bertanya apa memang beliau ketua PPI Hiro. Toh kalau salah juga tak apa.

Tapi beliau terlanjur menghilang dari pandangan.

Waktu berangkat semakin dekat, dan akhirnya hanya bermodal sedikit pengetahuan tentang apa yang sedang terjadi dan yang mungkin akan terjadi di Hiroshima, saya berangkat. Bismillah.

Panjang cerita, sudah dua bulan setengah saya disini, kemudian ada pemberitahuan dari international office bahwa ada pertemuan antara Indonesia-Jepang di sebuah hotel di Hiroshima. Kejutan! Saya menemukan wajah yang sama, tapi lagi-lagi saya belum sempat menyapa beliau. Sampai akhirnya saya digeret oleh mbak Retno, mahasiswa Ph.D untuk berkenalan dengan bapak Tuswadi.

Keajaiban kecil terjadi. Setidaknya menurut saya.

Setelah empat-lima bulan, akhirnya saya berbicara dengan Pak Tuswadi secara langsung. :) Ketika saya bercerita tentang saya yang melihat beliau sebelum ke Hiroshima, bagaimana saya yakin betul bahwa yang saya lihat adalah beliau, ketakutan saya untuk menyapa, dan bercerita bahwa setiap postingan yang beliau tulis menginspirasi saya :)

***

Apa sih yang ingin saya katakan dalam tulisan ini?

Saya jadi menyadari, kesempatan itu selalu datang pada saat yang tepat. Rezeki datang selalu di saat yang tepat. Rencana kita mungkin beratus, beribu, berjuta adanya. Namun tentu Allah-lah yang membuat semua rencana kita itu menjadi nyata, dan dipermanis dengan memberikan rezeki itu pada waktu yang tepat.

Mungkin saja, seandainya saya waktu itu saya menyapa Pak Tuswadi di bandara, saya tidak akan dapat memperkenalkan diri dengan baik dan berbicara banyak dengan beliau, karena pada saat itu pesawat mengalami keterlambatan dua jam, dan mungkin saja beliau mempunyai urusan lain yang lebih penting.

Lima bulan kemudian, saya bertemu dengan beliau pada saat yang tepat, dan kemudian dapat berbicara banyak, dan, hei, akhirnya saya friend di FB dengan beliau!

***

Mungkin saja, seandainya orang tua langsung membolehkan anaknya yang cerewet ini ikut pertukaran pelajar pada semester awal, saya tidak akan se-santai ini karena ketika pulang masih memikirkan nilai-nilai yang saya kejar. Belum lagi teman-teman yang terlanjur berada di tingkat atas saya, dan saya pun harus mengambil kelas berbarengan dengan angkatan bawah.

Saat ini adalah saat yang tepat, pada saat saya kembali, saya hanya akan memikirkan skripsi. Saat ini adalah masa saya mengisi energi karena mimpi ke depan sudah saya tuliskan dengan lebih jelas.
Saat ini adalah saat dimana saya lebih bisa membuka diri untuk kemudian berusaha menghadapi dunia :)

***

Terkadang butuh waktu dan kesabaran, karena manusia diberi keterbatasan.

Tidak dapat melihat kapan mimpinya terkabul.

Tidak dapat melihat mimpi apa yang terkabul.

Tidak dapat mengatur mimpi apa yang harus terkabul dan kapan.

Bagi yang belum terkabul mimpinya, mungkin penundaan itu diberikan untuk mempersiapkan hatimu, menempa agar ia lebih siap untuk menghadapi dunia yang -katanya- kejam. Mungkin penundaan diberikan karena waktu mendatang itu lebih baik daripada jika mimpimu dikabulkan sekarang.

: Dia Mahatahu

.:: Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz) ::. [AlAn’am: 59]