22 November 2012

Maju atau Mundur?


Setan selalu meniupkan ragu ke ubun-ubun manusia yang sedang berada dalam tahap ingin maju, ingin lebih baik.

Merasa ragu boleh kan ya? Manusiawi ‘kan ya?

Setelah melihat teman seangkatan yang sudah menggondol titel Sarjana Ekonomi dalam namanya, sekarang saya bergeming. Ingin lulus sesegera mungkin. Tapi yang terjadi ialah: saya harus menunda kelulusan, maksimal 2014 nanti. Insya Allah. Sejak kemarin saya uring-uringan, menilik kembali apa yang sedang terjadi, apa yang sedang saya lakukan dan apakah ada yang saya lakukan ini berdampak pada masa depan saya? Yang saya inginkan?

Apakah saya sedang menuju masa depan yang saya inginkan? Apakah yang saya lakukan hanya sebatas keinginan saya, dan bukan untuk mendukung apa yang saya butuhkan di masa mendatang?

Titel kelulusan itu sejenak membuat saya berfikir ulang.

Menarik diri sejenak untuk memutuskan.
***
Dalam proses berpikir itulah kemudian angan melukis wajah orangtua, yang raganya mulai dimakan waktu. Siapa yang bisa menghitung kemudian apa-apa yang telah mereka korbankan, dengan nominal uang? Membuat mereka berdua bahagia saja sepertinya belum bisa saya lakukan, yang ada saya hanya menyedot semua kemampuan mereka.

Pergi ke luar itu bukanlah hal yang mudah, mulai dari mempersiapkan mental, dan sumber daya dana. Mau dapat darimana uang sebesar 50juta untuk satu semester? Tapi alhamdulillah uang itu tertalangi oleh beasiswa. Namun sebelum itu yang perlu dipersiapkan. 

Ah.

Mau mundur, kesempatan itu akan datang kapan lagi? Mau maju, koq rasanya bergeming?

Setiap hari adalah tentang membuat pilihan-pilihan. Mulai dari bangun tidur, sampai tidur lagi. Hanya dari tidur ke bangun lagi tidak membuat pilihan. Kau tidak memilih kamu akan mimpi apa kan ketika tidur?

Dan aku memutuskan untuk maju. Sambil maju sambil memantapkan kemampuan berbahasa.

Aamiin.

No comments: