Persis seperti lagu pembuka anime yang paling saya suka, Doraemon, setiap jam 9 WITA dulu.
"Aku ingin begini, aku ingin begitu
Ingin ini, ingin itu banyak sekali
Semua, semua, semua
Dapat dikabulkan~~"
Tentunya bukan dengan kantong ajaib, tapi dengan izin Allah SWT.
Setelah lima semester, dan semester ke-enam memutuskan untuk menyimpan keinginan itu dalam hati saja, semester ke-tujuh memutuskan untuk iseng mendaftar daripada tidak sama sekali -nothing to lose, akhirnya Allah mengabulkan keinginan saya, ketika saya sudah seperti tidak mengharapnya lagi.
Exchange program. Exchange Program!
Benar-benar hari yang tidak terduga, sama sekali. Jum'at Barokah, Good Friday.
Hari dimulai dengan saya berkutat membaca jurnal dan merangkumnya. Jam menunjukkan 12.01 am ketika suara yang ada di kost adalah suara ngorok dan tokek. Si Sangka dan Adel ulang tahun, dan saya menyentuh layar-layar telepon genggam untuk memberi ucapan selamat.
Kemudian bangun pagi dan menyelesaikan rangkuman jurnal. Sekitar jam 8 sebelum berangkat kerja, saya chatting dulu dengan Dika, exchange student untuk Fall/Winter term. Tanya-tanya biaya yang dibutuhkan ketika disana dan seberapa besar. Jam 9.30 ada wawancara untuk beasiswa itu :'( Aku datang wawancara dengan persiapan minim.
Ah, aku berangkat lebih pagi untuk persiapan cafe, kompensasi aku akan izin satu jam untuk wawancara. Aku fikir, wawancaranya akan dalam bahasa Indonesia dan kemudian ya~ pertanyaan standar yang akan ditanya nanti. Seperti perkenalan diri, atau informasi tentang tanggungan oleh orang tua.
Ke kampus, saat sedang bersih-bersih cafe, hatiku sudah nggak menentu dan aku berusaha untuk memanipulasi diri bahwa "aku sedang tenang" dan "jangan sakit perut". Teman kerja datang dan aku izin untuk wawancara. Menunggu wawancara, aku hanya bisa ngobrol ngalor-ngidul dengan Rina Eonni. Grasa-grusu di kursi. Interviewee (?) dipanggil berdasarkan abjad dan aku berada di urutan ke empat. Tidak ada yang terwawancara kembali ke arah tempat kami duduk. Jadi tidak bisa bertanya apapun tentang apa yang ditanyakan. Dan sepertinya, pun, tidak ada yang ingin membocorkan strategi yang mereka pasang. Ya iyalah.
Giliran saya tiba, Pak Tri Widodo dan Pak Amirullah menyapa saya dalam bahasa Inggris. Hatiku mencelos. Ah~ Belum sempat menjawab, disapa lagi: "O genki desu ka? O namae wa nan desuka?"
Almanak! Eh, Alamak!
Pake bahasa Jepang! Dan sekitar 3 menit berikutnya adalah neraka bagi saya. Menjelaskan diri saya dalam bahasa Jepang peninggalan sisa-sisa penjajahan tahun '42. Di depan bapak-bapak ganteng itu.
20 menit berikutnya tetap menjadi neraka bagi saya. Kosakata sedikit dan kemampuan ngeles tinggi menjadi bumerang berkali-kali dalam sesi wawancara. Ketika selesai, aku hanya ingin menghirup aroma kopi lagi. Bergegas ke lantai 8. Di dalam lift aku merenungi semua jawabanku. Aku hanya bisa tertunduk, kakiku lemas.
"Nothing to lose, Nad. Nothing to lose..." Gumamku ke diri sendiri.
Habis kerja, kelas Seminar Operasi dan Inovasi. Lagi-lagi kemampuan berbicara-ku diuji lagi. Pak Wakhid tiba-tiba menunjukku untuk presentasi isi tulisanku. Aku tidak siap untuk maju ke depan kelas. Ya, lagi-lagi aku ditahan hampir 10 menit depan kelas, bahkan bisa lebih kalau aku tidak bertanya "boleh saya duduk, Pak?", bakal nggak sadar bapaknya aku sudah berdiri lama di depan.
***
Anyway, Rina Eonni yang bersikeras agar aku lihat si W, telepon genggam kesayangan, untuk lihat pesan dari OIA. Aku lagi nggak bawa si W dan lagi tenang-tenang di Mas Kobis. Beli makan malam. Aku tanya isi pesannya apa, malah disuruh lihat sendiri. Karena udah speechless, aku kembali ke kost dengan lambat. Nggak penasaran sama-sekali tentang apa isi dari pesan OIA itu.
Sampai~
Sampai di depan pintu kamar, ada BBM dari Mbak Nia, "Congrats Dear, ditunggu di OIA secepatnya ya~~"
Jreng. Jreng.
Aku langsung buru-buru nyari si W.
Baca pesan~ Liat jam: 12.55
Oke, saya telat.
Langsung menghubungi OIA. Membereskan semua masalah yang ada.
Mendadak airmataku keluar.
Ingat kenakalan jaman semester awal: daftar IIUM nggak bilang ortu, daftar exchange ini-itu, daftar SEGi dll! Karena nggak ada restu orang tua, ya, jadinya ada~ aja yang menghalangi: lupa kirim dokumen, lupa nomor ini lah, itu lah, ada persetujuan orang tua lah.
Ketika disetujui, yang dulu menggebu banget, ini alon-alon. Pelan-pelan sambil berdo'a: minta yang terbaik dan minta diberi ketabahan seandainya nggak diterima.
Namun, rezeki itu nggak kemana. Alhamdulillah
DORAEMON TUNGGU SAYA!!!
No comments:
Post a Comment