30 November 2012

Sibuk, Sibuk

"Kamu sih sibuk. Nggak pernah bisa ketemu aku. Gaya."
"Kamu sih sibuk, jadinya kita nggak pernah ngajak kamu. Takut kamu nggak bisa."
"Kamu sih sibuk, nggak pernah gaul. Jadi nggak tahu tempat ini."
"Kamu sih sibuk. Mana sempat kan kalau jalan gini aja?"

Kamu sih sibuk.

"Sok sibuk, sih. Makanya~~"

SIBUK.

***
Tahu nggak sih? Sedih banget dibilang sok sibuk. Sampai-sampai aku nggak ngerti lagi apa yang dinamakan sibuk. kata "sibuk" menjadi buram untukku.

Sibuk mengalami eufemisme dalam kamusku. Sibuk = tidak ada waktu untuk santai.

Padahal kenyataannya nggak begitu.

Aku hanya merajut mimpi, agar bisa menjadi sweater yang hangat di masa depan.

***

"Sibuk itu, dapat dipercaya. Karena dengan sibuk itu berarti orang banyak memberikan dia amanah, yang kemudian dia kerjakan dengan menggunakan waktunya sebaik mungkin." -Sandi Agaunyu aka Sasono Arisandi

22 November 2012

Maju atau Mundur?


Setan selalu meniupkan ragu ke ubun-ubun manusia yang sedang berada dalam tahap ingin maju, ingin lebih baik.

Merasa ragu boleh kan ya? Manusiawi ‘kan ya?

Setelah melihat teman seangkatan yang sudah menggondol titel Sarjana Ekonomi dalam namanya, sekarang saya bergeming. Ingin lulus sesegera mungkin. Tapi yang terjadi ialah: saya harus menunda kelulusan, maksimal 2014 nanti. Insya Allah. Sejak kemarin saya uring-uringan, menilik kembali apa yang sedang terjadi, apa yang sedang saya lakukan dan apakah ada yang saya lakukan ini berdampak pada masa depan saya? Yang saya inginkan?

Apakah saya sedang menuju masa depan yang saya inginkan? Apakah yang saya lakukan hanya sebatas keinginan saya, dan bukan untuk mendukung apa yang saya butuhkan di masa mendatang?

Titel kelulusan itu sejenak membuat saya berfikir ulang.

Menarik diri sejenak untuk memutuskan.
***
Dalam proses berpikir itulah kemudian angan melukis wajah orangtua, yang raganya mulai dimakan waktu. Siapa yang bisa menghitung kemudian apa-apa yang telah mereka korbankan, dengan nominal uang? Membuat mereka berdua bahagia saja sepertinya belum bisa saya lakukan, yang ada saya hanya menyedot semua kemampuan mereka.

Pergi ke luar itu bukanlah hal yang mudah, mulai dari mempersiapkan mental, dan sumber daya dana. Mau dapat darimana uang sebesar 50juta untuk satu semester? Tapi alhamdulillah uang itu tertalangi oleh beasiswa. Namun sebelum itu yang perlu dipersiapkan. 

Ah.

Mau mundur, kesempatan itu akan datang kapan lagi? Mau maju, koq rasanya bergeming?

Setiap hari adalah tentang membuat pilihan-pilihan. Mulai dari bangun tidur, sampai tidur lagi. Hanya dari tidur ke bangun lagi tidak membuat pilihan. Kau tidak memilih kamu akan mimpi apa kan ketika tidur?

Dan aku memutuskan untuk maju. Sambil maju sambil memantapkan kemampuan berbahasa.

Aamiin.

20 November 2012

Rasa

Pilihlah
Sekehendak sukma
Melukis segala rupa
Dalam angan pelipur lara

Merindulah
: untuk yang di ujung horison merah


11 November 2012

Senjakala

Hati ini hati yang tertindas
Akan kesewenangan sepi
Otak telah sampai pada beban puncaknya
Mengejawantahkan keadaan
Menterjemahkan perasaan
Bila rona senjakala tiba

:kau ekstasi ketika hitam memeluk langit

Galau

“Biar aja saya narsis. Tapi nggak galau kayak kalian.” -Seorang Dosen

Ya, Pak. Bapak tahu aja mahasiswa ini galau mulu. Apalagi kalau udah semester tujuh.

Ah, kembali ke galau.

Nggak bakalan selesai kalau mau nurutin yang namanya galau. Semua hal digalaukan. Mau makan, galau dimana, mau kuliah, galau mau masuk atau nggak, mau tidur, galau lagi. Mau tidur sambil nungging, atau tidur sambil nari Gangnam Style. Bodoh.

Galau karena makhluk yang bernama lawan jenis apalagi. Bahkan sampai ada yang memutuskan untuk berhubungan dengan sesama jenis karena menganggap dirinyalah yang paling tahu tentang jenisnya sendiri. Duh, kata-kata saya mulai belibet. Intinya: yang perempuan jadi suka sama perempuan karena menganggap bahwa dia yakin perempuan adalah jenis terbaik dan bakal berfikiran sama dengan dirinya. So, dia ngerasa aman menjalin hubungan dengan sesama wanita. Begitu juga lelaki, mungkin?

Hidup adalah soal memilih diantara sekian banyak pilihan. Lagi-lagi proses memilih itu yang bikin seorang galau.

Galau memilih.

Tapi lebih baik galau memilih akhirnya memutuskan sikap daripada memilih galau dan akhirnya malah bikin repot. Tetapkan dan putuskan akan memilih yang mana.

Jangan sampai galau untuk memilih antara galau memilih dan memilih galau. Nah loh.

Ah, aku akan mengutip lagi satu perkataan dosen saya:

“It’s okay losing something, but you have to be consistent on what you have chosen.” -Seorang Dosen (lagi)