27 November 2013

Sweet~~

Itulah
"Yang lulus cepat mungkin bukan menjamin ia paling baik, tetapi sudah dibuktikan ia rajin."

Aku lupa itu quote darimana. 

Ini sih katanya menjadi momok bagi semua mahasiswa. Aku sih tidak berfikir ini momok ya, tapi bingung aja harus mulai darimana. Koq orang-orang dapat ide, sedangkan aku nggak. Udah dapat ide, trus ternyata nggak sesuai dengan konsentrasi. Kemudian, aku mangkir.

Yes, mangkir dari yang namanya skripsi. Aku udah pengen banget yang namanya skripsi magang tuh. Udah jauh-jauh hari aku nggak pernah mikir ide karena telah tertanam dalam hati yang namanya skripsi magang. Sampai-sampai ada tawaran ke Jambi, aku ambil tanpa pikir panjang.

Tapi aku disarankan untuk menemui dosbing dulu dan membicarakan semua apa yang aku inginkan dengan skripsiku. Sampai empat hari kemarin, aku nggak ada niat untuk membuat skripsi klasik. Aku juga udah bete karena sekretaris sang dosen tidak juga menghubungi kapan aku bisa bertemu dengan dosbing. Sampai akhirnya hari Senin kemarin aku memutuskan untuk pergi lagi menemui mbak sekretaris. Eh, post-it yang bertuliskan namaku, nim, dan nomor teleponku terpampang manis di kubikel tempat ia kerja. Aku nggak tahu sih dia sudah menyampaikan ke dosbingku atau bagaimana. Tapi koq aku tidak bisa berfikir positif, karena sudah "ditelantarkan" hampir seminggu.

Aku kemudian diberi e-mail ibu dosbing. Aku minta nomor, nggak dikasih.

Ketika kerjaan sudah mulai sedikit, aku kemudian mengirim e-mail ke ibunya. Introduction, sek. Kirim. Kira-kira jam dua aku mengirim e-mail tersebut. Aku berfikir, mungkin ibunya akan membalas e-mailku besok, dan kemudian aku masih ada waktu sehari untuk bersiap-siap.

Kerja hari itu aku lewatkan dengan berkali-kali mengangkat-tutup telepon dari berbagai orang yang menanyakan program internasional. Karena merasa capek dan lapar, Gita mengajakku ke restoran Korea. Mumpung ada rezeki, langsung tancap saja. Pesan makan, duduk, pesanan jadi, ambil, dan duduk manis. Aku iseng membuka minumku, dan kemudian menyeruput sedikit. Iseng aku membuka blackberry-ku dan kemudian melihat tanda merah berkedip-kedip. E-mail. Sambil memasukkan makanan ke mulut, aku membuka.

"xxx@yahoo.com: Silahkan datang besok jam 8 lebih. Terima kasih"

Seketika aku tersedak.

Aku tidak menyiapkan apa-apa untuk brainstorming besoooookk!! Seketika aku tidak punya nafsu makan lagi. Aku tidak tahu apa yang aku harus lakukan. Alhamdulillah ada Mei yang kemudian bisa menenangkan aku dari segala pikiran negatifku. Kemudian aku langsung mencari jurnal, mempersiapkan dua judul, dan sibuk sendiri. Bahkan aku tidak tahu apa yang aku tulis. Huft.

***
Kantung mata masih tersisa, hasil dari tidur tidak nyenyak. Perut mual-mual. Morning sickness. Jam 8 itu terasa cepat sekali. Jam 8 janjian, aku jam 9.30an baru ketemu. Tapi selama menunggu itu, perutku mual, tangan dingin, kaki lemas. Lebay abis. Sampe-sampe aku bilang ke diri sendiri: "kamu koq lebay sih reaksinya, Nad?". Tapi kemudian saya masuk ruangan beliau sih. Beliau menyuruh saya duduk di sebelah beliau. Tapi kemudian saya lebih tertarik untuk duduk menghadap beliau. Kemudian, selama 20 menit pertemuan, sekitar 15 menitan ibunya mengomentari penampilan saya.

"Kamu dulu nggak segini kan, ya?"
"Iya, tuh. Pemilik ***** casing-nya sama kayak kamu"

Kira-kira itu lah komentar ibunya. 
Dan suasana pelan-pelan mencair.

Dan saya bisa lega. Belum sepenuhnya sih. Tapi bukan momok. Saya janji.

Saya akan menikmatinya.

Dan lulus :)

Masa iya sih udah ditulis di banyak skripsi tapi nulis skripsi aja belum?

25 November 2013

Aldebaran dan Castor, Sekali Lagi

Hai Aldebaran, lama tak melihatmu
Kali ini Castor mencoba melawan takdir
Mencoba memperkecil jarak saat Ras Alhague bertandang
Tetap saja, tetap saja, tetap saja
Walau hanya bintang-bintang kecil yang bertebaran
Ia tetap menjauhkan
Pollux mencoba mengingatkanku
Tapi kau Aldebaran
Pesonamu kuat menusuk
Seperti panah Sagitarius yang langsung mengarah ke hati Orion
Walau tak dilepaskan
Berbahaya
Kita adalah konstelasi yang terpisah oleh bintang-bintang
Berjajar, tapi tak pernah bersatu

27 October 2013

Komik-komik II

Lanjutan dari sini

***
Setelah mengenal berbagai genre komik, aku cenderung lebih memilih komik yang bertemakan kehidupan sekolah, roman, detektif, drama dan komedi. Ketika Aya selalu bercerita tentang Flames of Recca, aku kemudian mencoba membacanya. Tapi tidak suka. Kemudian dia menyuruhku untuk membaca Black Cat, aku langsung jatuh cinta. Kemudian dia meracuniku dengan Ninja Rantaro, lalu menobatkanku sebagai Shinbe,si tukang ingusan, nggak becus lari, gendut, tetapi baik hati. Aya sebagai Kirimaru, si tukang cari duit, yang nggak bisa denger kata diskon, dan kak Jarwa sebagai Rantaro. Menurutku ya, Ninja Rantaro itu komik yang "padat" dan agak susah dimengerti lelucon "permainan kata"-nya kalau nggak bisa bahasa Jepang. Hiks.

Anyway, jadi kangen mereka.

***
Aku 'dikenalkan' oleh Icha komik yang berjudul Imadoki! Cerita tentang Tanpopo Yamazaki, si rumput liar yang masuk sekolah elit. Ekspresinya si Yamazaki itu lucu banget, dan cowok yang digambar oleh Watase Yuu itu keren-keren! Aku akhirnya memutuskan untuk jatuh cinta (?) ke komik-komik yang dikarang oleh Watase Yuu. Dan imajinasiku-pun berkembang tak tentu arah. Ini dia komik-komik yang beliau buat yang sudah aku baca dan perilaku-ku ketika membacanya.

1. Alice 19th
Baca komik ini bikin ngakak sendiri, ketika Kyou Wakamiya menampakkan ekspresi suka banget sama Mayura. Belum lagi nama bapak Kepsek SMP yang sama kayak mantra yang harus diucapkan Kyou dan Alice agar Mayura sadar dan lepas dari genggaman Maram Master. Ngakak berat bos! Ah, aku suka banget sama komik ini! Sampai-sampai aku dulu menghapal Maram Words dan Lotis Words beserta lambangnya. Iye banget dah!

2. Imadoki!
Baca komik ini, jadi suka bunga-bungaan, nyari arti bunga, kemudian berharap bisa pake seragam kayak di Meio Academy. Belum lagi bela-belain beli selai, biar bisa dipake wadahnya setelah habis untuk dimasukkin kelopak mawar *ehem*. Tapi akhirnya setelah habis, wadah selai itu dimasukkan merica oleh mama. T_T jadi nggak bisa dimasukkan kelopak mawar. Aneh dong mawar aroma mericaaa~~ Jenis cerita komik ini rasanya banyak disadur oleh mangaka lain, dan juga skenario TV. Aku ingat, dulu stasiun TV swasta di Indonesia pernah menayangkan sinetron yang mirip-mirip cerita Imadoki! dengan bintang Agnes Monica, tapi lupa judulnya apa.

3. Appare Jipangu!
Komik ini yang bikin aku tambah jatuh cinta sama Watase Yuu. Komik yang harusnya sedih, karena bertemakan anak yang dibuang dari orang-tuanya dan mencari kembali orang-tuanya yang hilang dengan alat-alat canggih (?) yang dibuat oleh orang tua angkatnya, tapi perbuatannya aneh-aneh. Gagak yang pintar gambar-lah, Samon yang ngira Yusura cowok dan mengira dada Yusura itu bengkak dan mau diobati-lah. Ckckckck. Kelakuan saya? Meniru gaya Hikeshi-ya dengan Kongoumaru yang terbuat dari sapu di kamar. Kemudian adik saya masuk kamar saya terheran-heran melihat kakak-nya "beraksi" pake sapu dan mengucapkan "AKU HAPUSKAN KESEDIHANMU!" *towew*

4. Kiss Me with Mint/ Mint de Kiss Me
Waktu dijual, komik ini berhadiah cincin berwarna perak dan ada hiasan berbentuk love dengan liontin imitasi. Dari komik ini juga aku tahu istilah Yamato Nadeshiko. Cincin ini rencananya saya pakai terus dengan harapan ada yang memperhatikan cincin itu kemudian bertanya, "dari siapa, Nad?". Komik dibeli hari Sabtu malam, tidur pun dipakai. Minggu pagi, saya merasakan jari manis tangan kanan gatal-gatal. Saya masih tetap keukeuh  untuk memakainya. Akhirnya pada malam hari saya tidak tahan lagi dan akhirnya cincin itu saya lepas. Meninggalkan bekas merah di jari manis saya yang sampai keesokan harinya pun masih gatal.

5. Pajama Party/ Pajama de Ojama 
Ini karya debut Watase Yuu. Katanya tuh, kalau misalnya kita pake piyama yang sama kayak orang yang kita suka, terus kemudian menaruh fotonya di balik bantal kita, orang yang kita suka bakalan muncul di kamar. Walaupun tahu itu bakalan nggak terjadi, tetap aja deh dilakukan. Karena nggak punya foto orang yang aku suka, yasudah deh namanya saja yang aku taruh di bawah bantal. Hasilnya? Efek sugesti, dia muncul dalam mimpi saya -^O^-


 6. Epotoransu! Mai
Sebenarnya yang dipakai oleh Mai adalah notebook. Tapi masa-masa SMP adalah masa-masa dimana Alfalink itu menjadi sesuatu yang canggih. Iseng-iseng *lagi* saya ketik 'epotoransu', teman di sebelah saya bilang, "Kamu kecanduan komik, Nad. Berharap ada yang keluar dari Alfalink, gitu?"

Iya. T^T


***

Yang lain yang pernah aku baca sih Delicious Study (Oishii Study) yang nama karakternya semua adalah nama-nama buah. Sampai sekarang sebenarnya aku masih membaca komik karangan Watase Yuu. Yang masih ongoing sih Arata Kangatari a.k.a Arata. Sebenarnya sih iseng, karena sudah lama tidak menyewa komik, akhirnya saya memutuskan untuk menyewa komik lagi. Iseng-iseng saya cari komik, eh, muncul Arata - Watase Yuu. Tanpa ba-bi-bu aku langsung bilang ke mbak penjaga rental untuk menunjukkan dimana volume lengkap Arata berada. 1-6 aku pinjam, dan nomor 7 aku beli hari ini. Tanggal 6/11 nanti volume 8 keluar. Iseng-iseng aku buka manga-fox, Arata sudah mencampai volume 21. Aku berniat membaca di Mangafox saja, tapi.......

Kali ini sepertinya aku akan bersabar demi Arata. *loh*

Komik-komik I

Lagi ketagihan baca komik. Hampir setiap 3 hari sekali saya memborong 10 komik kemudian membacanya sampai larut malam. Jadi ingat komik pertama saya, Doraemon :D Memang belum bisa dibilang maniak komik sih, karena saya pilih-pilih genre. Kalau di urutkan sih Doraemon yang tetap di urutan paling pertama soal komik favorit. 

Tapi kalau soal pengarang komik favorit, itu lain lagi.
***
Zaman kelas satu eS-eM-Pe, saya mencoba untuk beralih dari Detektif Conan dan Doraemon ke serial cantik. Sebelum itu sih, saya dulu pernah membaca Candy-candy, Rabu-rabu, Lucky Seven. Ah, juga serial Mari (Silver Toe Shoes, Lovely Mari, Mari, dll yang bercerita tentang balet). Kalau baca Candy-candy, mau banget ditolongin pangeran kayak Anthony; baca Rabu-rabu pengen banget makan Taiyaki -padahal nggak tahu Taiyaki itu apa- trus berkhayal bisa jadi cewek kayak Rabu-rabu; dan Lucky Seven, komik tentang cewek kembar, satunya aktris yang cuantik berat, dan satunya cewek tomboy yang punya kemampuan berubah menjadi seperti kakaknya ketika mengucapkan satu sampai tujuh. Baca Mari (cerita Mari ini kayak cerita serial Kho Ping Hoo, nyambung-nyambung) pengen jadi penari balet. Sampe hapal apa itu Grand Jete, Pas de Deux dan lakon-lakon seperti Swan Lake, The Nutcracker, Giselle. Duh! Jadi inget hampir dimasukkan sekolah balet gegara badan yang lentur ini. Tapi apa daya, dulu sekolah balet mahal bet.

Ketika punya uang jajan lebih, saya lebih suka untuk beli komik daripada beli baju. Sampai ingat ancaman orang tua: "Kamu boleh beli baju banyak, tapi nggak boleh beli komik! Bulan ini kalau kamu mau beli komik, sana, tabung uang jajan! Ini Papa-Mama kasih uang. Tapi ingat, kalau kamu beli komik, nggak ada uang jajan!". Segitunya, kan? Saya dikasih uang untuk beli baju yang notabene lebih mahal dari komik, tapi nggak boleh beli komik. Pernah saya keluar air mata di mall cuma gara-gara diancam begitu setelah sekian lama bersabar nggak beli komik. Hihihihihi.

Ah, iya. Usaha saya untuk beralih dari Detektif Conan dan Doraemon pun dimulai. Tapi tetep, Doraemon sih ternyata tidak bisa dihindari. Ketika uang jajan terkumpul banyak, saya bersiap untuk membeli tiga komik. Niatnya sih untuk membeli komik selain Doraemon. Tetapi ternyata tidak bisa. Ketika sampai di Gramedia, saya langsung memegang dua komik Doraemon Petualangan. Kemudian saya pergi ke bagian serial cantik. Tapi koq gambarnya nggak ada yang menarik hati, kemudian juga komiknya bersambung. Akhirnya saya putuskan untuk mengambil satu komik berjudul "When You Look at Me Like an Angel". Kalau nggak salah ingat tuh cerita tentang cewek yang suka tenis, tapi kakinya cedera, gitu-gitu deh. Romantis abis. Salah, romantis pada masanya.

Tapi karena bingung mau beli apa, akhirnya saya memutuskan untuk baca-baca gratis di Gramedia. Btw, dulu Gramedia 'menyediakan' buku-buku yang dibuka dari plastiknya dan membiarkan orang-orang membaca dulu isinya sebelum membeli. Sekarang jarang ih. Hiks. Kemudian saya rajin baca buku (?) karangan Mito Orihara. Itu loh buku yang kecil banget dan isinya seperti mini novel, halaman bergambarnya hanya sedikit. Itu disebut apa ya? Aku rajin baca buku itu setiap ke BC (Balikpapan Center), pada saat aku nggak dikasih uang untuk beli komik. T_T. Buku itu juga asyik, soalnya ada yang cerita tentang tokoh utamanya, kalau nggak salah namanya Miho. Kehidupannya Miho mulai dari zaman SMP, sampai dia ulang tahun ke 17. Ada juga yang cerita tentang ibunya Miho, kakak-kakaknya Miho, dari sudut padang pacar Miho, dan banyak lagi deh. Pintar banget yang ngarang, soalnya kalau kelewatan baca satu aja, kadang bisa nggak ngerti.

Tapi, niat koleksi komik itu agak memberatkan sebenarnya. Dengan kehidupan dompet yang besar pasak daripada tiang ini, aku harus memutar otak sih. Ban alias larangan dari orangtua sudah dicabut (mereka akhirnya nyerah ketika aku selalu merengek-rengek minta beli komik mulu), tetapi aku tetap saja haus akan komik. Pinjaman dari teman-teman tidak menghilangkan dahaga untuk membaca komik, lagi dan lagi. Dari teman-teman pula aku mengenal komik Imadoki!, Slam Dunk dan Black Cat. Bertambahnya judul komik yang dibaca, membuat aku kenal orang lebih banyak, dan keluar uang lebih banyak untuk mengikuti serial itu.

Sampai kemudian tempat yang disebut "rental komik" menjamur di Balikpapan. Di dua tempat rental komik, diriku termasuk "20 anggota pertama" dan punya berbagai macam keistimewaan. Tambahan komik ketika meminjam, tambahan hari, tambahan stempel, dan tambahan teman. Mbak-mbak dan mas-mas rental komik bahkan pernah menawariku pinjam tanpa membayar! Belum lagi kalau misalnya hari Sabtu, bapak pulang cepat dan kemudian mau menemaniku ke tempat rental komik, dan kemudian aku bebas untuk menyewa 10 buah komik! Padahal, kalau hari biasanya aku cuma dapat 2 atau 3 komik saja :D

Jadi kangen... *sroooot*

22 October 2013

Waktu Berlalu

Liburan Id Adha kemarin sempet banget ke Sulawesi Utara, tepatnya ke Kotamobagu. Sudah lama sekali rasanya tidak menginjakkan kaki ke ke tanah Celebes. Rasanya syukur ini sudah tidak bisa diungkapkan lagi. Tahun ini tahun jalan-jalan bagi saya. Ah, senang!

Melihat Oma sudah semakin tua. Aku takut sebenarnya ketika beliau tidur, bagaimana kalau itu adalah tidurnya untuk terakhir kali? Rumah Oma rasanya kecil untukku yang berbadan super subur ini. Terakhir kali sepertinya sekitar 8 tahun lalu aku tidur di rumah Oma. Tentu banyak yang berubah: pohon manggis, satu-satunya pohon yang pernah aku panjat, "kantin" depan rumah yayi, anak kecil yang semakin banyak -cucu, cicit Oma.

Banyak yang pergi selama aku tidak pulang. Pergi untuk selamanya.


Kakek, Oom, Tante, sepupu.

Saya tahu, bahwa kematian itu adalah sesuatu yang pasti dan semua orang pastinya akan mendapat giliran itu. Tapi rasanya baru kemarin aku bertemu dengan mereka itu. Sekarang mereka sudah tiada.

***
Tapi ada perpisahan, biasanya ada pertemuan, 'kan?

Akhirnya saya bertemu dengan teman lamaaaaaaa~~ sekali. Winny namanya. Dia sempat menjadi teman satu kelas saya selama 6 bulan ketika sekolah di Balikpapan, kemudian dia pindah ke Bitung, Sulut. Hanya 6 bulan sih, kemudian dapat kontak BBMnya pun dari Pipit. Cuma bertanya kabar, itupun sekali. Kemudian karena saya bukan BBMers, alias orang yang lengket dengan BBM, kontak-kontak di BBM terkadang hanya menjadi penghias telepon semata.

Sampai kuganti status BBM kemarin, tepat 8 jam sebelum pulang: "Sulawesi Utara: pulang". Aku sudah niat untuk mengirim pesan ke Winny, tapi ku urungkan niat karena batrei sudah hampir habis. Baru aku duduk manis di depan televisi, kemudian telepon genggam bergetar, lampu kedap-kedip berwarna biru: ah BBM. Winny! Panjang umur!

"Kamu dimana, Nad?"

Kemudian aku minta diculik. Dari kawasan Boulevard dia jauh-jauh menculik aku ke Paniki, hampir daerah Mapanget, kemudian kembali membawa aku ke kawasan Mega Mall. Hampir jam 9.30 malam kami baru berada di taksi, entah mau kemana. Tapi akhirnya sih ke kawasan Mega Mall, berhenti di satu cafe.

Ngobrol, dari jam 10 sampai jam 2 malam. Padahal aku harus ke bandara jam 4 demi penerbangan jam 6. Aku akhirnya sih curhat, dia pun begitu. Membicarakan orang itu, aku seperti hidup dalam kenangan. Aku nggak pernah tahu sebenarnya siapa orang itu. AKu bahkan jadi ragu bahwa aku mengenalnya.

Rasanya baru itu aku curhat semuanya. Sedih, senang. Tapi lebih banyak senang karena akhirnya bisa bertemu lagi dengan Winny :)

Bertemu dengan dia di lain kesempatan ini, rasanya baru sadar kalau semuanya sudah berubah. Penampilan Winny berubah, begitupun penampilanku. Yang paling kerasa sih, umur. Sudah tambah tua aja.

Setelah puas mengobrol, kami berjalan-jalan sebentar sambil melihat laut yang diterangi bulan. Winny berubah penampilan luarnya saja, jadi lebih cewek Manado, tapi kelakuan masih Winny banget :p

Akhirnya sih jam 5 pagi ke bandara, pelukan terakhir sebelum pulang. Sambil tersenyum kemudian dia berkata, "Semoga nanti yang ketemu lagi bukan cuma kita berdua, ya, tapi sama yang lain juga,". Aku kemudian mengaminkan dalam hati.

Jam 6, diiringi matahari yang muncul dari horison. Aku melanjutkan perjalanan :)

16 September 2013

Dalam Memoriku

I skipped another month to write something in this blog.

***

Saya kembali ke dunia nyata. Saya akan mengahadapi dunia nyata. Kembali dengan mesin kopi yang eksistensinya saya rindukan sekian lama, kemudian dengan seragam lagi. Berkat kebaikan hati si Bos dan kapten yang masih merekomendasikan saya kerja, saya kembali lagi jadi tukang pembuat kopi.

***
Malam itu, langit malam diterangi dewi-nya yang hanya setengah. Aku masih sendirian di kos. Kos. Dulu gaya banget bilangnya apa-to. Penghuni kamar A dan B lagi pergi. Aku duduk di depan kamar kos, cari sinyal. Wi-fi sedang tidak bisa digunakan, sinyal susah. Aku seperti kos di goa. Kemudian aku hidupkan data service-ku. Sepuluh detik kemudian.

"Katalk!"

Ah, that mini heart attack!

Ku buka layanan pesan instan itu.

Oppa.

"Nadiya-ya-ya~~" 9.48 am

Ku lirik sudut telepon genggamku. Jam 8 WIB. Jam 10 KST.

Hampir 12 jam lalu.

Langsung ku ketik dengan cepat di kotak balasan.

"Oppa ya-ya-ya". Kirim!

***
Masih duduk di depan kamar kos, memandangi layar telepon genggam. Jam ini, kemarin-kemarin aku pasti diajak ke Mall. Iya, sekitar jam 9 atau jam 10 malam aku kadang berbelanja dengan si Oppa. Kadang sekedar menemani, kadang berbelanja juga. Kemudian aku mendengar ocehannya dia, atau sekedar bertanya ini itu tentang pelajaran. Kadang dia curhat sih. Kalau dia sudah curhat, yang ada aku cuma diam. Aku nggak ngerti dia tahu aku sebenarnya nggak tahu apa yang dia omongkan, atau dia hanya ingin didengarkan, atau dia ingin pamer (pacarnya cuantik berat, pintar sangat, dan langsing *eh).

Selalu.

Tapi walau begitu dia berbicara perlahan, per kalimat. Supaya aku mengerti.

Karena itu aku selalu berterima kasih. Mungkin kalau bukan karena dia yang selalu berbicara bahasa Jepang kepadaku, tidak perduli aku tahu atau tidak, kemampuan untuk mendengarkan-ku mungkin tidak akan berkembang. Menjelaskan kata-kata sulit pun dengan bahasa Jepang.

Tanpa sadar tetes airmata bergulir satu-satu.

Hatiku masih ada di Jepang. Aku kira dengan tercapai satu mimpiku, ada kepuasan tersendiri. Tetapi ternyata tidak. Tiba-tiba daftar mimpiku bertambah. Aku seperti minum air laut, dahagaku makin menjadi. Aku ingin begini, aku ingin begitu.

"人生は、短いから、やりたいこと全部やって。。人生は選んだ連続. Nadiyaはまだ。若いから。やりたいこと。やってもいいよ”

Terjemahan bebasnya:

"Because life is short, what do you want to do, just do it. Life is choices, because you are still young, just make your dreams come true :)"
(Oppa)

And now I miss you so much..

***
Sekarang banyak yang harus dilakukan. Bukan sekedar bermimpi, tapi meniti jalan untuk ke mimpi itu. Aksi.

Kututup pintu kamar kos-ku. Mr. J dan Mrs. S telah menantiku. Mr. Journal and Mrs. Skripsi :)

10 July 2013

Kali Ini

Aku melangkahkan kaki keluar dari kamar apartemen. Sepi. Jalanan masih basah karena hujan lima menit yang lalu. Aku menatap vending machine yang sekarang berada di depanku. Ku genggam erat koin di tanganku, 120 Yen.
Bisa beli jus botol gede kalau aku ke mall yang jaraknya sangat dekat dengan apartemen, tapi di vending machine cuma dapat botol paling kecil.
Ah rindu.
Ku masukkan koin ke mesin, kemudian ku pilih minuman favoritku. Klang klang! Begitu suara botol yang keluar dari mesin. Ku tatap langit, berawan. Namun suhu sekarang sangat panas. Kelembaban tinggi membuatku hanya ingin menetap dalam kamar dan menyalakan pendingin ruangan.
Adzan mana adzan?
Adzan cuma bisa di dengar dari laptop. Rekaman langsung dari Makkah atau Madinah. Tinggal pilih. Cuma kalau Shubuh alarm-nya ayam berkokok. Bukan ayam beneran, lagi-lagi rekaman suara ayam khas merk telepon genggam yang termasyur itu.
Tiba-tiba air membasahi pipiku. Bukan, bukan air mata, tapi air hujan. Baru saja lima menit lalu berhenti, sekarang hujan lagi.
Iya, aku rindu suara petasan. Aku rindu suara adzan. Aku rindu masakan mama. Aku mau dibangunkan pas sahur. Aku mau sama teman-teman, tilawah, curhat-curhatan, membahas apapun masalah kami dalam sudut pandang agama.
Saling mengingatkan.
***
Namun kemudian aku tersadar. Ketika nanti terjun ke dunia nyata, dunia setelah dunia perkuliahan, hidupmu tergantung dengan dirimu sendiri. Kamu yang mempunyai pilihan-pilihan, tetapi untuk memilih pilihan tersebut kamu sudah mempunyai buku panduan.
Tinggal kamu saja yang memilih untuk “improvisasi"  ketika memilih, atau menuruti buku panduan hidupmu itu.
:)
Semoga bulan Ramadhan kali ini membuat persiapanku menghadapi dunia semakin mantap :) Aamiin
***
Kulangkahkan kembali kakiku menuju apartemen. Kubuka pintu dan kuucapkan salam.
Rahmat bagimu..

8 July 2013

Menjelaskan 2

Part I

***
Oke, akhir-akhir ini Sangjin Oppa rajin banget tanya-tanya tentang Islam.
Sekali lagi, gara-gara bahasa Jepangku yang nggak karuan, aku pengen nangis. T^T

"Nadiyah, kamu di tahun ke-4 kan sekarang?"
"Iya."
"Balik ke Indonesia, langsung wisuda?"
"Nggak, tahun depan kayaknya. Tahun depan bulan Februari."
"Ah, begitukah. Habis wisuda, mau ngapain? Kerja?"
"Nggak. Pengennya nikah."
"Beneran?" *ekspresi terkejut*
"結婚するかもしれない" (terjemahannya kira-kira: Menikah atau nggak, nggak tahu)
"Ah, orang Indonesia habis wisuda pada nikah apa?" *1
"Nggak juga sih."
"Kalau Nadiyah mau nikah apa?"
"Ah, kalau sekarang mencari hati dulu."
"Hahahahahha.. Kalau di Islam, misalnya nih kalau Nadiyah, kalau udah jadian boleh liat rambut?"*2
"Nggak boleh. Bolehnya kalau sudah nikah."
"Sudah nikah? Koq susah sih?"
"Kan rahasia. Soalnya precious person, oppa. 소중한 사람?"
"Hem bener. Trus misalnya nih, kalau udah jadian, nggak boleh pisah gitu?"
"Ya, masih ada yang pisah sih..."
"Trus kalau nikah baru bisa lihat rambut ya?"
"Iyaps. Benar sekali."
"Ah, kenapa sih dalam Islam nggak boleh makan babi?"
*jengjeng* "......"
"Jorok ya?"
"Iya sih, tapi alasannya bukan itu aja Oppa."
"Kamu nggak tahu alasannya?"
*Jleb* "Aku tahu, tapi susah menjelaskannya..."
"Ahahhahaha. Kalau gitu belajar bahasa Korea aja sudah sana!"
"Iya deh iyaa~~"

Aku pun melenggang ke kamar. Selalu deh. :|

***
Note:
1 : Mungkin dia bilang begitu karena semester kemaren ada yang nikah pas pulang ke Indonesia.
2 : Konsep pacaran, jadian (付き合う) itu emang nggak ada di Islam. Tapi berhubung aku bingung menjelaskannya *lagilagi* ya aku bilang aja, bisa aja putus kalau pas pacaran. Bener kan?

7 July 2013

Sebentar Saja

Sebentar saja kutarik diri ini dari keramaian yang ada.

Waktu untuk sedih boleh kan?

Tapi memang ia sebaiknya tidak menggerogoti hati lebih lama.

Kemudian kubiarkan jari-jari ini mengetuk papan tombol dengan riang agar hal yang menyesak dalam hati dan pikiran, hilang.
***

Iya, aku iri.
Sudah sekitar H-2 Ramadhan, tapi gegap gempita Ramadhan tak ada. Sudah ku bilang kah bahwa masjid terdekat dari tempatku itu sekitar dua jam. Memakan waktu sekitar 2 jam untuk sampai kesana dan uang yang dikeluarkan untuk jalan pulang pergi itu bisa untuk makan 2 hari. Kembang api? Ada dong pastinya. Musim panas sih.

Untuk berpuasa disini, mungkin sekitar 16 jam. Kemudian setan menyergap dalam hati. Panas yang menyengat dan kerongkongan yang kering membuatku ketar-ketir membayangkan Ramadhan kali ini. Dasar manusia lemah emang. Tapi aku akan mencoba koq. Langkah pertama emang berat! Sudah di wanti-wanti  oleh bapak-ibu dosen, kakak angkatan, dan bahkan KUI disini untuk hati-hati jaga fisik, karena sangat berbeda dengan di Indonesia.

Terharu dengar ibu dosen bahasa Jepang yang bahkan sangat khawatir ketika mengetahui aku bakal menjalankan puasa. Kata beliau, "Nanti kalau puasa, habis dari kelas langsung pulang nyalain AC aja. Istirahat. Kalau nggak tahan jangan dipaksa. Takutnya kamu sakit ntar disini...". Belum lagi muka khawatir beliau :)

Kalau sahur, sebisa mungkin jangan makan gorengan dan mi instan. Katanya bikin cepat haus. Sebisa mungkin sayur-sayuran atau sup. Duh, bagi aku yang penyuka gorengan pasti tergoda untuk masak goreng-gorengan. Tapi demi ketahanan tubuh! Yosh!

Minta bangunin sahur? Ye kali. Sahur disini sekitaran jam 2.45 lah, soalnya Shubuh jam 3. Kemudian di rumah masih jam 2 kurang aja. Adek-adek mungkin baru pada tidur. Mama juga belum bangun pastinya. Mau Tarawih? Lagi-lagi sendirian, di kamar. Seperti shalat biasanya. Sepertinya.
***

Oh ngomong-ngomong.
Aku menuliskan ini ketika teman-teman cewek-Asia ku lagi ke Bar.
Yang tidak ikut pastinya tinggal saya.

Pesta tanpa minuman alkohol kayaknya cuma dikit banget! Seingat aku dari pesta makan-makan, yang nggak ada alkoholnya itu cuma satu. Kalau sudah mabuk, bau sake dimana-mana! Pernah suatu kali rok yang aku pakai terkena tumpahan Makgeolli (Korean rice wine), dan karena pesta baru mulai, dan aneh kalau aku tiba-tiba pulang, aku akhirnya berusaha bertahan.

Sampai dirumah, baju yang kupakai malam itu aku rendam, dan kemudian dirikupun aku tenggelamkan dalam air hangat. Pusing karena bau makgeolli dan teman-temannya.
---

Kalau saja cuaca lagi bagus tadi, pastinya saya sudah melangkahkan kaki ke museum siang tadi dan sekarang tinggal tidur dengan cantiknya, instead of writing this.

Show me the right path to be closer to you, Lord. My heart and my mind just getting further away from You. Forgive this weak human being. Aamiin.

4 July 2013

Menjelaskan

Ramadhan sebentar lagi tiba.
Tapi gaung menyambut Ramadhan tak sebesar ketika berada di Indonesia tentunya.

Aku mau cerita tentang kejadian hari ini, dan beberapa kejadian sebelumnya.
Tentang identitas.
***
Awal aku datang disini, cuma Nabe alias Watanabe yang tahu kalau misalnya yang berjilbab itu adalah seorang Muslim. Terima kasih kepada mbak Zulfa yang sebelumnya adalah language partner si Nabe. Mungkin mbak Zulfa sudah menjelaskan beberapa hal tentang Islam kepada Nabe. Jadi ketika makan bareng, si Nabe yang biasanya langsung pasang badan untuk memilihkan makanan atau menunjukkan makanan apa yang bisa dimakan olehku.

Waktu berlalu dan kemudian pertanyaan datang lagi. Kali ini pertanyaannya dobel, dari Nabe dan Sangjin Oppa. Karena Nabe yang sudah tahu duluan tentang kerudung dan soal makananku, jadi Nabe yang menjelaskan hal-hal dasar kepada Sangjin Oppa. Sampai kemudian mereka tanya:

"Lah, kami emang nggak boleh liat rambutmu ya?"
"Nggak boleh, sama sekali nggak boleh. Kecuali orang tua dan saudaraku."
"Kalau cewek?"
"Boleh." (tapi kemudian aku baru tahu kalau misalnya membuka kerudung depan wanita non-muslim pun tak boleh)
"Koq nggak boleh sih? Aku lihat ada yang lepas tuh."
"Eh? Apapun alasannya kalau kamu lihat ada orang yang makai kerudung kayak aku itu Muslim dan dia nggak boleh minum sake dan makan babi."
"Begitukah?"
"Yups."
"Padahal sake enak loh." goda mereka.
"Ah, baunya saja sudah tidak enak, menurutku"

Ada lagi yang melihat aku pake rok, baju panjang dan kerudung, kemudian bertanya.
"Nadiyah, nggak panas?"
"Nggak tuh. Kenapa?"
"Aku ngelihatnya aja gerah. Jadi kamu nggak boleh pake lengan pendek?"
"Nggak boleh kalau keluar."
"Bikini?"
"Apalagi..."
"Lah kalau berenang gimana?"
"Ada baju panjang..."
"Berat ya? Harus pake baju gini"
"Nggak lah. Aman lagi dari sengatan matahari..."
"...."

Kemudian ada yang tanya lagi tentang kerudung. Sambil narik-narik kerudungku.
"Nadiyah, ini fashion?"
"Eh bukan. Ini aturan agama."
"Agama? Agama apa?"
"Islam."
"Hem? Kamu punya warna apa aja?"
"Eh banyak sih, menyesuaikan baju...."
"Ah, fashion itu namanya..."
"*terdiam*"

Kemarin, ada lagi orang dari Vietnam, yang tanya-tanya kenapa aku pake kerudung.
"Kamu kenapa pake ini, Nad?" (sambil tunjuk kerudung)
"Ah, ini karena aku seorang Muslim"
"Muslim?"
"Iya, muslim. Islam."
"Hem? Nggak pernah dengar tuh."
"Eh?"
"Bukan Kristen?"
"Bukan."
"Jadi semua orang Indonesia pake ini?"
"Nggak, soalnya ini bukan budaya Indonesia. Dan di Indonesia juga bukan cuma orang Islam aja. Ada orang dengan agama lain..."
"Kamu nggak panas?"
"Nggak, biasa aja. Indonesia lebih panas"
"Ah begitukah. Kamu nggak boleh minum sake bukan?"
"Iya aku nggak boleh minum sake."
"Eh, temenmu bukan Islam ya?"
"Ah, temenku juga Islam."
"Kenapa dia nggak pake pakaian kayak kamu?"
"Ah itu pilihan dia."
"Jadi orang boleh milih dia pake kayak kamu atau nggak?"
"Sebenarnya ini kewajiban. Kamu tahu konsep dosa?"
"Dosa? Apa itu?"
"Surga dan Neraka?"
"Ah aku nggak tahu..."
"Begitukah? Aku susah menjelaskannya kalau begitu... Maaf ya..."
"Ah nggak apa. Aku cuma penasaran aja."

Kalau udah gitu hanya aku yang bisa mengucapkan istighfar dalam hati karena nggak bisa menjelaskan.

Dan hal menyangkut Ramadhan.

Seminggu ini aku ditanya hal yang sama.

Pertama, teman dari China, Chen Jie.
"Nadiyah, aku dengar kamu bakal nggak makan dan minum ya?"
"Maksudmu pas Ramadhan? Puasa?"
"Iya, puasa. Nggak makan dan minum sama sekali?"
"Ah, bukan nggak makan dan minum sama sekali seharian. Tapi boleh makan dan minum pada jam tertentu saja."
"Dari jam berapa sampai jam berapa?"
"Dari jam 3, sampe jam 8 malam. Sepertinya."
"Nggak boleh minum air dikit aja? Kalau haus gimana?"
"Ya ditahan."
"Berat ya?"
"Ahahahaha, kalau nggak dicoba nggak tahu."
"Jadi aku nggak boleh ngajak kamu makan?"
"Kalau kamu mau minta temenin sih oke aja."
"Kamu nggak lapar nanti?"
"Lapar pasti dong. Tapi ya kewajiban."
"Woooo... Hebat..."

Kemudian dua hari berturut-turut dari Sangjin Oppa.
"Nadiyah. Udah mau Ramadhan, bukan?" (*btw, dia melafalkan Ramadhan itu La-ma-da-n)
"Eh? Lama? Lama? Apa?"
"Ramadhan"
"Ah, Ramadhan. Iya. Loh koq tahu?"
"Iya, nggak boleh makan dan minum bukan?"
"Hem hem. Kenapa emang?"
"Ramadhan ngapain aja sih?"
"Hem, nggak boleh makan minum dari jam 3 sampai jam 8"
"Sama sekali?"
"Sama sekali."
"Kalau haus?"
"Nggak boleh minum"
"Tapi kan nggak ada yang lihat. Minum aja pas di rumah."
"Yaaa.. Nggak boleh lah...."
"Dikit aja dikit..."
"Oppaaa....."
"Jadi makannya cuma boleh dari jam 8 malam?"
"Iya. Emang kenapa?"
"Kalau lapar makan aja, Nad. Walaupun belum jam 8. Ahahahahha"
"Yaa..! Mana boleh begitu..."
"Dari kapan sampai kapan Ramadhannya?"
"Dari minggu depan sampai bulan Agustus."
"Ah begitukah..."

Kemudian berlanjut hari ini. Pulang dari kampus.
"Nadiyah, minggu depan kita makan yuk di downtown."
"Eh? Minggu depan?"
"Atau kalau nggak minggu depan, pas habis ujian aja? Gimana?"
"Tapi minggu depan dan habis tes kan ada Ramadhan.."
"Ah, aku lupa... Ah gini aja, kamu rubah tuh jam tangan kamu jadi jam 8 pas kita makan. Kan udah jam 8 boleh makan...."
"Hengg... =_=" Oppaa~~"
"Yah trus gimana?"
"Nggak tahu deh..."
"Cowok juga harus puasa ya?"
"Iya harus puasa. Malah nggak boleh kalau nggak. Cewek sih boleh nggak puasa..."
"Eh? Ya kamu nggak puasa aja gitu pas kita jalan."
"Eh? Bukan gitu. Karena... Karena cewek ada yang datang setiap bulan..." (iya, aku pake kata kiasan)
"Hah? Siapa?"
"Hemmmm.... Itu, pokoknya karena kami cewek dah!"
"Aaaah... Ngerti, ngerti."
"Nah, pada saat itu kalau cewek nggak apa nggak puasa..."
"Trus kalau anak-anak boleh puasa nggak?"
"Boleh banget kalau kuat."
"Dari umur berapa? SD?"
"Iya. Sekitar 7 tahun. Tapi kasus adek-adek Nad, mereka dari umur 5 tahun udah puasa"
"Ah, begitukah."
"Berarti keluargamu juga?"
"Iya dong. Semuanya."
"Trus kalau ibumu rasain makanan yang dibuat untuk adik-adikmu gimana?"
"Ah benar! Kalau cuma di lidah sih boleh. Tapi nggak boleh nelan."
"Untung lah. Nanti kalau misalnya rasa makanannya nggak enak gimana? ehehehhe"
"Yah, untungnya"
"Berarti kalau mulutmu kering boleh kumur-kumur dong?"
"Boleh sih. Gosok gigi kan harus kumur-kumur..."
"Kamu berarti ibadah gitu dong Nad?" *sambil meragain gaya sujud*
"Iya. Lima kali sehari."
"Koq banyak?"
"Emang segitu."
"Kapan aja?"
"Jam 3 pagi, jam 12 siang, jam 4 sore, jam 7.30 malam, jam 9 malam. Sekitaran itu."
"Lah kalau misalnya ada kelas, kamu izin?"
"Eh? Lebih banyak di kamar sih beribadahnya."
"Kenapa nggak minta izin ke Sensei, bilang ke kamar mandi gitu?"

Sampai di sini aku ngerasa "jleb" banget. Jujur aku lebih banyak untuk menggabung shalatku. Jadi futur alias lemah. Aku jadi teringat cerita tentang Miko, mahasiswa asing di FEB yang memutuskan untuk masuk Islam. Mas Bhima bilang dia bela-belain keluar kelas pas adzan berkumandang. Padahal biasanya nggak boleh keluar kelas. Shalat pun harus tunggu kelas selesai, yang notabene setengah jam sesudah adzan. Mas Bhima pernah di skak-mat: "Kamu kan tahu kalau misalnya shalat itu harus tepat waktu. Kamu kenapa pas adzan nggak keluar? Shalat kan lebih penting daripada belajar? Kamu lebih takut sama dosen yang notabene manusia?"

"Ah, iya. Bisa juga ya?"
"Baka.... Bilang ke Sensei kan bisa.."
"Iya, dicoba deh.."

Biasanya sih aku nggak terima dibilang baka. Tapi kali ini aku terima. T^T

"Emang di Indonesia, kalau pas kelas gimana? Izin?"
"Nggak sih, tunggu kelas selesai..."
"Yah ini kan di Jepang. Coba aja ntar izin ke Sensei kalau mau ibadah."
"Hem...." *speechless*
"Di Indonesia ada teman Nadiyah yang agama lain juga kan?"
"Iya."
"Trus kalau mereka makan, nggak godain Nadiyah?"
"Ya, godain juga sih."
"Kayak gini, 'Nadiyah, es krimnya enak looohh' *sambil meragain orang minum es krim*"
"Ada, pastinya..."
"Semangat ya Ramadhannya. Ntar aku kalau makan godain boleh ya?"
"Hem.. Ada setan kayaknya..."
"Ahahahahhaha... Canda, canda..."

***
Kalau speechless, aku bisa berdoa, semoga aku bisa lebih lancar bahasa Jepang.
Cuma bisa merutuk dalam hati kalau nggak bisa menjelaskan.

Tapi sebisa mungkin aku akan menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti. :3

T^T

24 June 2013

Pintu


"Sometimes you just gotta accept that some people can only be in your heart, not in your life"
***
"Kemarin ngapain?"
"Online aja,"
"Bangun jam berapa?"
"Jam 3"
"Hah, ngapain aja? Tidur lagi? Sampai jam berapa?"
Ah pertanyaan itu lagi
"Cuma guling-guling di tempat tidur, mainan hape, tidur lagi. Sampai jam 6."
"Sarapan?"
"Hum..."
"Sarapannya makan apa?"
"Roti. Sama ayam"
"Mandi jam berapa?"
"Jam 8"
"Trus tidur jam berapa?"
"Jam 10an"
"Bahahahahha, kayak anak kecil aja!"
"Kenapa sih emang?"
"Nggak kenapa-kenapa~~ Pengen tahu ajaa~~"

Kemudian kau membetulkan posisi tasmu dan berjalan melenggang. Aku lagi-lagi hanya menatap punggungmu. Setiap kita berjalan pulang, kamu selalu menanyakan hal yang hampir sama, apa yang aku kerjakan kemarin ketika kita tidak bertemu. Tapi karena jantung terlalu berdebar, kosakata yang ada dalam kepala seperti menguap begitu saja.
Aku jadi bodoh di depanmu.
"Ayo cepetan jalannya. Lama banget sih!"
"Ih, tunggu kenapa. Langkahmu itu terlalu besar, loh."
"Ah, begitukah? Cowok sih."
"Makanya..." Aku menggerutu sambil tergesa menyesuaikan langkahmu.
"Just joking~~"

Tetapi ternyata aku mendapati dirimu yang menyesuaikan dengan langkahku. Nggak salah sih teman-teman pada bilang kamu baik. Banyak hal-hal kecil yang kamu lakukan, misalnya saja membawakan barang belanjaanku, kemudian mengajak aku bicara, menyemangati aku, mengajari aku sepanjang pulang dari sekolah, menjelaskan ini dan itu ketika berjalan mengitari lingkungan sekitar, dan banyak lagi.
Ah, salah satunya sekarang! Ketika panas terik, kamu membiarkanku jalan dalam lindungan bayangmu. Awalnya sih aku merasa kesal, ketika menyebrang jalan, kamu malah mengambil sisi sebelah kiri di bahu kiri jalan -membiarkanku di sebelah kanan yang notabene berbahaya. Bukan seperti kamu yang biasanya, yang ketika berada di bahu kiri jalan, menarik tanganku kemudian "menaruhku" di sebelah kirimu. Tanpa berbicara apapun.
Ternyata kamu hanya berusaha melindungiku dari terik sinar matahari.
Aku hanya bisa menyunggingkan senyum. Kamu memang baik.

Aku rasanya ingin mengingat semua tentang kamu.

Kebaikanmu.

Perhatianmu.

Tapi sayang, kamu tidak bisa aku miliki. Hatimu telah kau beri kepada orang lain. Aku benci mengingatnya. Padahal cupid sepertinya telah menancapkan panahnya pada kali pertama aku melihatmu. Lalu aku sengaja memperlambat langkahku. Kaupun menyadari hal itu dan berjalan lebih lambat. Bahkan kamu tidak protes!

Kemudian aku sampai di rumahku. Aku berdiri di depan pintu kamarku. Kamu melambai di kejauhan.

"Dah... Ntar jam 6 kita keluar makan, ya. Siap-siap loh. Oke-oke?"

Aku menutup pintu kamarku tanpa menjawabmu.

Seperti pintu hati yang ku tutup rapat setelah mendapati namamu masuk ke sana.
***

P.S: cer-min (cerita mini, lebih pendek dari cerpen?)

17 June 2013

9th Number of Fibonacci Number

0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21,..............

21!

Yay?

Ah, katanya sih apalah arti sebuah umur (?)

Tapi aku merasa tua! Akhirnya ada angka 1 dibelakang angka 2.

Dan, saya di sini, Jepang.
***

Ulang tahun kali ini begitu berwarna sekaligus sepi. Hampir tiga tahun belakang aku biasanya makan-makan bareng Dewi, Mpi, Teh Sith... Tapi kali ini nggak. Aku berada di Miyajima untuk "kemah" bareng di Seifukan punya universitas.

Dan "merayakan" ulang tahun sehari lebih awal daripada tanggal seharusnya. Karena pada takut teman-teman mabuk dan akhirnya tidak ada pesta :D

Polish, French, Bahasa, English, Chinese, Japanese, Korean :) + Doraemon
Pada dasarnya aku kurang suka cake, tapi kali ini kue ultahnya enak banget, apalagi stroberi di atas kuenya manis, nis, nis T^T
Happy Birthday Nadi(y)ah!

Hello Chubby :3

Makanya aku nggak mau pulang. Aku udah betah disini.

Pengen kembali lagi.
***

Kembali.
Umur udah nambah tua aja, tapi kelakuan masih anak-anak. There is always a little girl inside.Yang berteriak kegirangan ketika orang yang ditaksir kirim ucapan selamat ulang tahun dan memberikan hadiah kecil hasil main-main iseng.

Impian tambah banyak.

Skripsi menunggu saya.

:') Ingin kembali bagaimanapun caranya.

11 June 2013

Butuh Waktu

: sebuah catatan yang ingin dituangkan secara terburu oleh penulisnya

***

Mungkin sekitar empat atau lima bulan lalu, sebelum berangkat ke Hiroshima, karena tidak tahu menahu apapun tentang Hiroshima, diriku mencoba meng-add ketua PPI Hiroshima. Tapi sayangnya, mungkin karena banyak sekali orang yang menambah beliau sebagai teman, saya tergusur. Namun, tetap menjadi follower beliau, melihat beberapa cerita inspirasi yang beliau tuliskan. Cerita yang menggelembungkan hasrat di dada untuk terus bermimpi. Sambil menanti-nanti kata "Friend request sent" menjadi "Friend".

Tapi sebulan berlalu, belum ada konfirmasi.

Kemudian saya, yang ketika itu sedang menunggu teman-teman Indonesia Contribution Project dari HUE, tiba-tiba melihat seseorang yang saya yakin sekali sebagai ketua PPI Hiroshima. Saya tapi kurang yakin dengan wajah beliau, hanya bisa berteriak kecil kepada teman saya yang juga akan pergi ke Hiroshima, "Sa, itu loh ketua PPI Hiroshima!". Sasa menyuruh saya untuk mengejar beliau dan bertanya apa memang beliau ketua PPI Hiro. Toh kalau salah juga tak apa.

Tapi beliau terlanjur menghilang dari pandangan.

Waktu berangkat semakin dekat, dan akhirnya hanya bermodal sedikit pengetahuan tentang apa yang sedang terjadi dan yang mungkin akan terjadi di Hiroshima, saya berangkat. Bismillah.

Panjang cerita, sudah dua bulan setengah saya disini, kemudian ada pemberitahuan dari international office bahwa ada pertemuan antara Indonesia-Jepang di sebuah hotel di Hiroshima. Kejutan! Saya menemukan wajah yang sama, tapi lagi-lagi saya belum sempat menyapa beliau. Sampai akhirnya saya digeret oleh mbak Retno, mahasiswa Ph.D untuk berkenalan dengan bapak Tuswadi.

Keajaiban kecil terjadi. Setidaknya menurut saya.

Setelah empat-lima bulan, akhirnya saya berbicara dengan Pak Tuswadi secara langsung. :) Ketika saya bercerita tentang saya yang melihat beliau sebelum ke Hiroshima, bagaimana saya yakin betul bahwa yang saya lihat adalah beliau, ketakutan saya untuk menyapa, dan bercerita bahwa setiap postingan yang beliau tulis menginspirasi saya :)

***

Apa sih yang ingin saya katakan dalam tulisan ini?

Saya jadi menyadari, kesempatan itu selalu datang pada saat yang tepat. Rezeki datang selalu di saat yang tepat. Rencana kita mungkin beratus, beribu, berjuta adanya. Namun tentu Allah-lah yang membuat semua rencana kita itu menjadi nyata, dan dipermanis dengan memberikan rezeki itu pada waktu yang tepat.

Mungkin saja, seandainya saya waktu itu saya menyapa Pak Tuswadi di bandara, saya tidak akan dapat memperkenalkan diri dengan baik dan berbicara banyak dengan beliau, karena pada saat itu pesawat mengalami keterlambatan dua jam, dan mungkin saja beliau mempunyai urusan lain yang lebih penting.

Lima bulan kemudian, saya bertemu dengan beliau pada saat yang tepat, dan kemudian dapat berbicara banyak, dan, hei, akhirnya saya friend di FB dengan beliau!

***

Mungkin saja, seandainya orang tua langsung membolehkan anaknya yang cerewet ini ikut pertukaran pelajar pada semester awal, saya tidak akan se-santai ini karena ketika pulang masih memikirkan nilai-nilai yang saya kejar. Belum lagi teman-teman yang terlanjur berada di tingkat atas saya, dan saya pun harus mengambil kelas berbarengan dengan angkatan bawah.

Saat ini adalah saat yang tepat, pada saat saya kembali, saya hanya akan memikirkan skripsi. Saat ini adalah masa saya mengisi energi karena mimpi ke depan sudah saya tuliskan dengan lebih jelas.
Saat ini adalah saat dimana saya lebih bisa membuka diri untuk kemudian berusaha menghadapi dunia :)

***

Terkadang butuh waktu dan kesabaran, karena manusia diberi keterbatasan.

Tidak dapat melihat kapan mimpinya terkabul.

Tidak dapat melihat mimpi apa yang terkabul.

Tidak dapat mengatur mimpi apa yang harus terkabul dan kapan.

Bagi yang belum terkabul mimpinya, mungkin penundaan itu diberikan untuk mempersiapkan hatimu, menempa agar ia lebih siap untuk menghadapi dunia yang -katanya- kejam. Mungkin penundaan diberikan karena waktu mendatang itu lebih baik daripada jika mimpimu dikabulkan sekarang.

: Dia Mahatahu

.:: Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz) ::. [AlAn’am: 59]

26 May 2013

Playlist Sepanjang Zaman (?)

Dulu, aku dengerin lagu kalau misalnya liriknya bagus. Yang dimaksud bagus disini adalah menggambarkan perasaanku. Ceileh dah. Tapi akhir-akhir ini aku sering dengerin lagu karena jenis musiknya yang aku suka. Katanya guruku zaman SMA dulu nih, kalau orang suka lagu karena suka liriknya itu perasaannya sensitif. Apa-apa dimasukin ke hati. Dan sebaliknya, orang yang suka lagu karena musiknya cenderung nggak perduli, dan lebih easy going.

Apa aku juga mengubah perilaku-ku?

Entahlah.

Mendengarkan lagu selain bahasa Inggris itu bikin aku muter-muter otak sampe bosen untuk cari artinya dalam bahasa yang aku mengerti. Dan ini adalah beberapa lagu yang aku suka liriknya, musik dan suara penyanyinya.

1. Yume wo Kanaete, Doraemon (夢を適えて、ドラえもん) - OST. Doraemon (opening)
Suka, suka, suka banget sama yang namanya lagu ini. Mengingat diriku yang kadang masih kekanak-kanakan, trus sambil nyanyi lirik yang kira-kira artinya, "Kalau aku sudah dewasa, aku bakalan lupa sama mimpi-mimpiku nggak ya?", itu adalah serasa pengingat. Ya, mimpiku itu masih banyak, trus kalau kemudian karena aku dilanda sibuk sama yang kegiatan lain, trus kemudian pelan-pelan mengubur mimpi itu.... Rasanya.... Ntahlah, aku nggak pernah ngebayangin tuh aku bakalan lupa sama mimpi aku.


2. Daijyoubu (大丈夫) - Monkey Majik
Ini lagu penyemangat, sekaligus lagu bikin nangis, dari sudut pandang diriku sekarang. Habisnya, ada lirik (yang terjemahannya) kira-kira begini: "Pertemuan yang sebentar, perpisahan yang sulit (Small meeting, big separation). Bersama dengan rasa terima kasih (pengalaman ini) terpatri di hatiku." 

3. Te wo Tsunagou (手を繋ごう) - Ayaka (綾香)
Kalau ini bener-bener suka liriknya. Penyemangat banget. Liriknya yang aku suka: "'Keabadian' apakah kata itu benar ada? Kalau aku memikirkan masa depan, rasa takut muncul dihatiku.." Ya, karena ketidakpastian akan masa depan itulah yang membuat ragu dan takut muncul di hati....

4. June's Dream (6월의 꿈) - The One (더 원)
Hanya karena bulan lahir sama sih. Jadi suka :p Lihat posting ini :p


***
Ah, sebenarnya masih banyak sih lagu yang aku suka, kayak Love Song - Big Bang, Superman - Super Junior, Time Traveller (タイム。トラベル) - Spitz (スピツツ), Thank you! (ありがとう) - OST- Bleach.

Liriknya bagus. :D 
 
***
Biasanya sih aku dengerin lagu-lagu di atas kalau lagi pulang sendirian dari kampus. Sambil berusaha menyerap semua pemandangan sepanjang jalan pulang.

Sambil berharap, ketika aku memutar playlist yang berisikan lagu-lagu di atas nanti pulang, aku bisa membayangkan imaji-imaji yang aku lewati ketika mendengarkan lagu-lagu tersebut. :)

22 May 2013

9gag dan Lelucon

Yeah.

What else? This 9gag.com is very addictive.

I am, like, 24/7 in this site :D I have been a fans, big fans, of this site for almost 4 years! I thought that I was strange, since none of my friend -my girl friends- like this site. There was a few of my friends like this site, but if we met, this 9gag-type of jokes just burst out of our mouth. Kinda sarcastic but, since we knew that kind of jokes, that's okay :D


Kalau aku sih orangnya suka bercanda, dan apalagi kalau misalnya udah deket lelucon "berbisa" bisa keluar dari mulut ini :3 Dan jujur, kadang rindu untuk saling mengejek tanpa keluar sumpah serapah :p


Sampai aku berada disini.

Menemukan teman dari belahan dunia lain yang juga suka 9gag! Sumpah itu kayak ketemu temen lama. Misalnya makan bareng nih, trus berisik dan bilang: "The level of うるさい is too damn high!"
Urusai itu sebenarnya "berisik!"

Ada beberapa teman nih yang sama selera jokes-nya dan aku selalu ngobrol ama mereka: Nicolas (ニコラ) and Amine (アミン)dua-duanya orang Prancis gila. Ahahahaha. Belum lagi sumpah serapah yang terdengar lucu karena ada aksen Prancis. Yang gila 9gag sih si Nikola (pelafalan nama si Nicolas) jadi senang aja kalau misalnya bicara sarkas sama dia.

Thanks to 9gag, I can make friends!

***
Ngomong-ngomong tentang lelucon ya, kadang ada sih yang nggak nyambung gaya nge-lucu-nya ama kita, jadinya kadang terlalu kasar, terlalu ofensif (?) dan bisa bikin sakit ati. Itu dia yang nggak enak banget, "momen mak-jleb" gitu. Mau dibalas, ntar yang keluar bukan lelucon malah amarah. Emang lebih baik diem sih kalau sudah ngerasa sakit hati.

Lebih baik nggak ngelucu sama orang yang begitu (?) Daripada ntar dianggap aneh lagi karena nggak nyambung.

Kalau gaya ngelucu-nya sama, mau nggak lucu aja ntar tetep ketawa koq. Ya ngetawain nggak lucu-nya itu. Mungkin aja sambil bilang, "Mari, mari kita kasih tepuk tangan dulu karena dia sudah berusaha melucu. ahahahahahaha~~". Tapi kalau gaya ngelucu aja nggak sama, trus ngelempar jokes yang nggak lucu, bisa-bisa lawan bicara ntar malah bilang, "Ih, nggak lucu tahu!" tapi pake muka datar.

Sumpah nyebelin kan yak?

Sama orang yang nggak ngerti leluconmu, 30 menit bicara, udah kayak berabad-abad. Tapi kalau misalnya sama orang yang satu tipe gila-nya, jangan ditanya, 5 jam cuma kayak 10 menit *pengalaman pribadi*.

Ah, aku jadi kangen :')