11 June 2013

Butuh Waktu

: sebuah catatan yang ingin dituangkan secara terburu oleh penulisnya

***

Mungkin sekitar empat atau lima bulan lalu, sebelum berangkat ke Hiroshima, karena tidak tahu menahu apapun tentang Hiroshima, diriku mencoba meng-add ketua PPI Hiroshima. Tapi sayangnya, mungkin karena banyak sekali orang yang menambah beliau sebagai teman, saya tergusur. Namun, tetap menjadi follower beliau, melihat beberapa cerita inspirasi yang beliau tuliskan. Cerita yang menggelembungkan hasrat di dada untuk terus bermimpi. Sambil menanti-nanti kata "Friend request sent" menjadi "Friend".

Tapi sebulan berlalu, belum ada konfirmasi.

Kemudian saya, yang ketika itu sedang menunggu teman-teman Indonesia Contribution Project dari HUE, tiba-tiba melihat seseorang yang saya yakin sekali sebagai ketua PPI Hiroshima. Saya tapi kurang yakin dengan wajah beliau, hanya bisa berteriak kecil kepada teman saya yang juga akan pergi ke Hiroshima, "Sa, itu loh ketua PPI Hiroshima!". Sasa menyuruh saya untuk mengejar beliau dan bertanya apa memang beliau ketua PPI Hiro. Toh kalau salah juga tak apa.

Tapi beliau terlanjur menghilang dari pandangan.

Waktu berangkat semakin dekat, dan akhirnya hanya bermodal sedikit pengetahuan tentang apa yang sedang terjadi dan yang mungkin akan terjadi di Hiroshima, saya berangkat. Bismillah.

Panjang cerita, sudah dua bulan setengah saya disini, kemudian ada pemberitahuan dari international office bahwa ada pertemuan antara Indonesia-Jepang di sebuah hotel di Hiroshima. Kejutan! Saya menemukan wajah yang sama, tapi lagi-lagi saya belum sempat menyapa beliau. Sampai akhirnya saya digeret oleh mbak Retno, mahasiswa Ph.D untuk berkenalan dengan bapak Tuswadi.

Keajaiban kecil terjadi. Setidaknya menurut saya.

Setelah empat-lima bulan, akhirnya saya berbicara dengan Pak Tuswadi secara langsung. :) Ketika saya bercerita tentang saya yang melihat beliau sebelum ke Hiroshima, bagaimana saya yakin betul bahwa yang saya lihat adalah beliau, ketakutan saya untuk menyapa, dan bercerita bahwa setiap postingan yang beliau tulis menginspirasi saya :)

***

Apa sih yang ingin saya katakan dalam tulisan ini?

Saya jadi menyadari, kesempatan itu selalu datang pada saat yang tepat. Rezeki datang selalu di saat yang tepat. Rencana kita mungkin beratus, beribu, berjuta adanya. Namun tentu Allah-lah yang membuat semua rencana kita itu menjadi nyata, dan dipermanis dengan memberikan rezeki itu pada waktu yang tepat.

Mungkin saja, seandainya saya waktu itu saya menyapa Pak Tuswadi di bandara, saya tidak akan dapat memperkenalkan diri dengan baik dan berbicara banyak dengan beliau, karena pada saat itu pesawat mengalami keterlambatan dua jam, dan mungkin saja beliau mempunyai urusan lain yang lebih penting.

Lima bulan kemudian, saya bertemu dengan beliau pada saat yang tepat, dan kemudian dapat berbicara banyak, dan, hei, akhirnya saya friend di FB dengan beliau!

***

Mungkin saja, seandainya orang tua langsung membolehkan anaknya yang cerewet ini ikut pertukaran pelajar pada semester awal, saya tidak akan se-santai ini karena ketika pulang masih memikirkan nilai-nilai yang saya kejar. Belum lagi teman-teman yang terlanjur berada di tingkat atas saya, dan saya pun harus mengambil kelas berbarengan dengan angkatan bawah.

Saat ini adalah saat yang tepat, pada saat saya kembali, saya hanya akan memikirkan skripsi. Saat ini adalah masa saya mengisi energi karena mimpi ke depan sudah saya tuliskan dengan lebih jelas.
Saat ini adalah saat dimana saya lebih bisa membuka diri untuk kemudian berusaha menghadapi dunia :)

***

Terkadang butuh waktu dan kesabaran, karena manusia diberi keterbatasan.

Tidak dapat melihat kapan mimpinya terkabul.

Tidak dapat melihat mimpi apa yang terkabul.

Tidak dapat mengatur mimpi apa yang harus terkabul dan kapan.

Bagi yang belum terkabul mimpinya, mungkin penundaan itu diberikan untuk mempersiapkan hatimu, menempa agar ia lebih siap untuk menghadapi dunia yang -katanya- kejam. Mungkin penundaan diberikan karena waktu mendatang itu lebih baik daripada jika mimpimu dikabulkan sekarang.

: Dia Mahatahu

.:: Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz) ::. [AlAn’am: 59]

No comments: