23 May 2014

Maya

Ya, daun itu berguguran seiring langkahnya pergi.
Entah kemana
Seiring dengan panas bulan Mei
Hujan bulan Juni
Lekang dan melapukkan
Apapun itu
Menggapai maya yang ia lakukan
Terdengar cekikikan
Namun
Buta tuli
Hanya melangkah yang ia lakukan
Berharap salju lenyapkannya

22 April 2014

Juragan Mi

Jadi ingat ada kontes, "Ini ceritaku. Apa ceritamu?"

***
Cerita ini terinspirasi dari mi instan bermerk Indomie yang dinobatkan sebagai Best All Time Instant Noodle 2011-2012. Si Ninik sekitar hari Sabtu (19/4) memasang gambar iklan Indomie di e-bay. Cukup hebat harganya, satu paket isi 5 bungkus hampir Rp200.000. Kita hitung-hitung untung yang didapatkan si penjual Indomie ini ya.

Indomie yang dia jual adalah Indomie rasa Kari ayam. Harga rata-rata harga Indomie per dus adalah Rp70.000, dan isi satu dus adalah 40 bungkus, sehingga per bungkus +/- Rp1.750. Mari dibulatkan ke Rp2.000 supaya lebih mudah untuk menghitungnya.

Harga jual mi seharusnya:
2.000x5 bks= Rp10.000

Harga jual mi di ebay:
200.000

Keuntungan yang didapatkan oleh si penjual:
(jual mi di ebay-jual mi seharusnya)x(isi satu kardus/isi per paket)
= (200.000-10.000)x(40/5)
=190.000x8
=1.520.000

Asumsi:
-tidak ada biaya untuk bungkus kardus lagi, atau kalau ada, katakanlah 120.000
-pembeli membeli satu kardus alias 8 paket.

SATU KARDUS BISA UNTUNG RP1.400.000!

Kemudian aku sama Ninik berusaha untuk mencari pembeli lewat gmarket, ebay, amazon. Wkwkwkwk. Ninik bilang, "Jual 10 dus aja kita bisa kaya raya, Nad! Bisa bolak-balik Korea beberapa kali dalam setahun tuh :/"

Jadi mikir juga: pengen jadi juragan Indomie di Jepang!

Lebih baik jadi juragan mi daripada juragan rokok* kan?

***
Aku juga ingat banget beberapa hal yang bikin aku pusing sebagai mahasiswa pertukaran pelajar: Bumbu Nasi Goreng yang jadi Rp75k, Gado-gado yang jadi Rp130k, Mie Indomie Goreng yang jadi hampir Rp40k, dan saus sambal yang jadi Rp50k/botol. Fyuuuhhhh...

Beberapa anak HUE yang kemari sering borong Indomie kalau sudah dekat hari kepulangan mereka. Jelas banget alasan mereka: murah dan lebih gurih rasanya. Dengan uang Rp40k, mereka hampir bisa borong satu kardus mi, sedangkan disana cuma bisa kenyang sekali alias cuma dapat sebungkus!

Sebelum pertukaran, aku kira semua omongan, kisah tentang Indomie itu hanya bualan yang ngomong aja. Seorang dosen pernah berkata dia selalu membawa Indomie ketika dia harus belajar di luar negeri. Dua dus, untuk persiapan, dan jika sudah habis bisa nitip teman. Bahkan ketika zaman masih jadi mahasiswa dan beliau jalan ke Inggris, demi menghemat uang, beliau membawa beberapa bungkus Indomie untuk pengganjal perut. Ada lagi yang bercerita bahwa bagaimanapun yang di luar negeri, akan kangen dengan segala macam Indomie, apalagi bagi dia yang penggemar berat Indomie Ayam Bawang. Tapi ternyata, setelah merasakan sendiri, dengan berbagai masalah yang ada (bumbu kurang gurih, kadang nggak ada rasa Kari Ayam yang aku suka, telur ayam yang berbeda dengan telur ayam disini) aku survive sih, tapi pas pulang, hampir tiap hari aja aku makan Indomie.

Apalagi keluargaku penggemar berat Indomie.

Perutku sekarang keroncongan.

***
Tertarik jadi juragan mi di luar negeri?

3 March 2014

My Oldman

It is a little embarrassing moment. Ehm, for me.

Just a moment ago I saw a photo of my dad smiling at my aunt's baby. Suddenly I felt jealous yet pity yet sad. My old superman. No clear sign of oldness (?) but just... Strange feeling came and I wanted to hug him and gave him a grandchild to be hugged. Crazy huh?

Meanwhile, here I am trying my best to hold my tears from falling down.

He is old enough to hear voices of happiness from little angels around him. Playing on his lap and being tickled by his beard. It is been a long time since my oldman's smile, though.
***
Cukup egois sekali aku bilang aku ingin sekolah lagi setelah melihat beliau memeras keringat begitu kerasnya. Egois sekali aku tak acuh pada sinyal yang dia utarakan. Egois sekali aku bermain-main disini, mengaku stress, namun tak melihat stress yang dia alami.

Maaf, Pa.
***

n.b: nanti kita berhentikan saja tukang penjual es krim itu dan kita borong es nya.

28 February 2014

Syukur

Aku jadi tertarik untuk membahas "rasa" yang satu ini, semenjak banyak orang-orang yang disekitarku mengeluh tentang sesuatu yang disebut "pekerjaan".

***
Waktu berkecimpung di dunia yang agak lama (kalau tidak mau disebut lulusnya lama) adalah sesuatu yang patut saya ambil hikmahnya: pengalaman dan pembelajaran tentang persiapan sebelum benar-benar turun ke dunia kerja. Rasanya memang harus mengetahui, memahami dan mempersiapkan diri sebelum memasuki dunia yang disebut-sebut kejam.

Tulisan ini sih sebenarnya cuma ungkapan kekesalan atas teman-teman yang sepertinya masih harus lebih tahu diri.

Iya, saya berstatus pengangguran sekarang, tanpa kerjaan yang membuat saya dibayar. Kerjaan saya hanya mengurusi skripsi yang membuat saya menyedot uang orangtua. Saya sedikit iri dengan orang-orang yang dapat menyelesaikan skripsi sambil bekerja, entah itu freelance atau ikut proyek dosen. Menyaksikan teman-teman yang lulus, kemudian dapat pekerjaan yang layak, membuat saya memacu diri untuk segera lepas dari tangan orang tua, dengan cara menyelesaikan secepatnya skripsi ini.

Tapi suatu hari, saya berbincang dengan teman-teman saya setelah sekian lama tidak bertemu. Bertukar cerita adalah satu kewajiban dan kemudian cerita berlanjut tentang siapa-siapa saja yang telah lulus.

"Si X keterima kerja di sini (perusahaan bergengsi). Kemaren baru aja dia pamer jadwal kerja untuk satu bulan ke depan di Path. 'Hebat' kan?"

"Si Y apalagi, dia berhenti kerja di perusahaan M (juga perusahaan bergengsi) karena gajinya cuma 7 digit, kurang dikit jadi 8 digit. Tapi karena berharap tinggi, dia ganti perusahaan, berharap jadi 8 digit. Udah bayar denda di perusahaan M dan keterima di perusahaan N, ternyata gajinya juga sama. Rugi gila, padahal di perusahaan M untuk meniti karir terbilang mudah."

"Oh si Z dong. Keterima di BUMN T. Udah 8 minggu ini, setiap hari Senin, upload foto apel pagi mereka. Masih mending kalau cuma satu foto, ini kolase foto dan lebih dari satu ng-upload fotonya, kemudian pamer di Path. Sepertinya kalau mau ngitung udah ada 100 foto kali ya dia upload di medsos..."

Juga beberapa kicauan di Twitter:

"Mau pulang. Nggak betah kerja disini. Mau makanan rumah." ---> padahal kerjanya masih di Pulau Jawa yang notabene nggak seseram Papua (menurut saya)

"Capek kerja. Capek kerja. Capek kerja." --> mati aja sana.

"Fyuuuh... Pulang malem lagi. Da*m Pak Bos. Nggak ada kerjaan selain nyuruh gw apa?" --> Omo, lu junior men. Baru kerja! Kecuali lu kerja langsung jadi Bos. Elu juga bakal nyuruh-nyuruh sih kalau jadi Bos. Untuk apa jadi anak buah???

"Gaji segini cuma buat minum-minum di kafe habis" --> kafe apa? Minum apa? Hidup lu satu bulan kemudian makan daun?

Di FB:
*Ms. R*
Senin : *pasang foto di sebuah instansi di Jakarta* "Morning Jekardah. Monday please be nice* --> Me: "hmmm..."
Rabu : *pasang foto lagi, selca, lokasi Makassar* "Pegel. 2 days to go. Capek deh keliling Indonesia"
Kamis : *pasang foto restoran di Balikpapan* "Baru pulang. Capek pindah-pindah. Ntar mau fesyel ah.." --> me: "dia lagi...."
Sabtu : "Kayaknya nggak jadi fesyel deh... Kamar tidur lebih enak. Mau males-males cantik ah...Capek... Capek pindah lokasi. Hihihihi" ---> me: .....
Fyi, dia bukan pramugari. Seminggu dia update lokasi dia di FB, dan selalu ada kata capek. Pamer capek?
(n.b: iya kepo. Dia selalu muncul sih as top stories gegara selalu update!

*Ms. F*
"Seniornya ganteng. Mau lirik-lirik dulu"

***
Sumpah saya kesal dan memutuskan untuk menarik diri sebentar dari medsos dan fokus menulis. Beberapa teman di Twitter cukup pintar untuk menggembok akun mereka dan nyampah di Twitter tentang pekerjaan mereka: berharap supaya kolega tidak mengetahuinya, mungkin?.

Kalian loh, sudah diberi pekerjaan. Bersyukur sih. Masih banyak pengangguran yang mau bekerja apa saja dan dimana saja. Capek? Pasti lah. Disuruh-suruh? Pasti lah. Namanya juga kerja. Gaji 8 digit? Fresh graduate? Mungkin sih, kalau perusahaan sendiri :|

Perilaku orang-orang ini membuat saya kesal sekaligus berterima kasih telah diingatkan untuk tidak berperilaku seperti mereka, 'Menyebalkaaaannn~~' *a la senam yang iya iyalah*.

Please. Dunia nggak musti tahu.

Mudah sih. Unfollow, remove as friends :3 Bai-bai yang bikin sakit mata. :p
***

Sebagai peringatan agar saya nggak jadi begitu menyebalkan.

23 February 2014

Bias, Favorit, Entah Apa Namanya...

Saya suka K-Pop. Bukan hanya karena 'enak dipandang mata', juga karena jenis musik yang bisa dipilih. Nggak juga terlalu nge-fans sama satu boyband, tapi bs dibilang cinta pertama saya (asek) jatuh kepada Bigbang. Suka Bigbang sih, tapi nggak sampai gila yang harus foto atau video punya :p Saya sempat ditanya teman, "Kamu suka siapa sih?" saking suka sama banyak mas-mas Korea Selatan itu. Kalau orang-orang dekat saya pasti tahu saya jatuh cinta-nya sama siapa :p

Berbeda dengan beberapa teman K-Popers saya yang fokus kepada satu boyband atau satu agency, saya lebih cenderung suka kepada individu dalam boyband. Mungkin ada yang menganggap saya nggak punya pendirian, tapi ngefans bukan berarti harus suka cuma pada satu boyband/orang itu saja kan? Alasan saya sih: dalam rangka menunggu boyband kesukaan saya mengeluarkan album, saya bisa denger yang lain. Istilahnya, flirting kali ya?

Tapi sedih juga sih ketika saya suka The One, Noel, tapi sedikit banget yang suka juga sama mereka, bahkan nggak tahu mereka siapa T___T *ikut dengerin dong~~ T_T

Beberapa individu/boyband yang saya suka, dan lagu-lagunya:
*dimulai dari nomor 3 yak, nomor 1 dan 2 disimpan dulu :p

3. The One
Bukan boyband sih, tapi dia pelatih vokal SNSD dong~ Suaranya nggak usah diragukan lagi. Awalnya cuma suka dia, emm, beliau pas denger suaranya di lagu background Family Outing, tapi pas ubek-ubek youtube dengar lagu That Woman-nya Hyun Bin versi dia (di I'm A Singer), aku merinding. Giliks, Pak. Tambah lagi dengar soundtracks drama yang dia nyanyikan. All hail to The One. Must hear dah! Kalau jelek, silahkan bash saya.

4. Jun Woo Sung - Noel
Cinta sama dia pas nyayi remake Senoya milik Yang Hee Eun (penyanyi jadul Korea Selatan) di Immortal Song 2, bareng Kang Gyun Seong. Suara mereka berdua bikin bergidik, tapi bernyayi di nada rendah itu adalah satu hal yang bikin jatuh cinta banget sama Jun Woo Sung. Trus kalau dengar lagu-lagu Noel, bisa banget tuh bedakan suara-nya dia yang serak-serak basah gitu. Senang saya bertambah ketika mereka ngeluarin album Time 4 You, masing-masing personil dapat lagu solo dan dia nyanyi 만약에 말야 (What if...). Ketika dia keluarin single bareng K.Will berjudul Perfume (향수), saya meleleh, sedih, tapi juga kagum dengan suaranya. Pokoknya kalau mau mewek-mewek, silahkan dengar.

5.1 D.O - EXO
Lagu yang paling pertama didengar sih MAMA. Nggak tahu siapa-siapa aja yang ada di EXO, tapi saya suka sama satu suara: yang nyanyi pertama. Secara, saya susah banget ingat sama siapa-siapa saja personil suatu boyband -Suju aja baru bisa hapal tahun kemarin! Bahkan Girls Generation aja saya nggak hapal :| Suka suara dia pas duet dengan F(x) di lagu Goodbye Summer, eh pas didengar lagi dan dikuatkan dengan cari-cari lirik di internet, dia adalah orang suaranya saya suka pas di MAMA :'3

5.2 Kai, Tao - EXO
Tao, because his eyes. Kai, because he's handsome. Two of them, because I could remember them well, other than others T_T which is nice for me :|

6. Yesung - Super Junior 
Suka pas pertama kali lihat dia di Explore Human Body. Tampil dengan kulit putihnya dan rambut hitam, dia lebih menarik dari siapapun! :p It happened that I remember him after 2 episodes :p Yang paling aku ingat ya Shindong lah, secara dia lebih besar dari siapapun di Suju. Tapi tambah suka pas dia nyanyi Gray Paper (먹지) untuk OST That Winter, The Wind Blows (그 겨울, 바람이 분다). Suara elu nggak nahan, Baaang~~ (/////v/////)

7. Park Jung Min, Kim Hyung Joon - SS501
Jatuh cinta sih sama si Kim Hyung Joon duluan, karena iseng dikasih lihat foto-foto cowok ganteng ama Indah Eonni. Tapi, jadi berpindah hati pada Park Jung Min gegara liat fotonya yang lebih we-o-we daripada Kim Hyung Joon atawa leader SS501 yang sensasional itu, Kim Hyun Joong. Bagi nyubi, SS501 pasti asing yak? Cari sendiri infonya yak :p Pas dikasih lihat Beautiful ama Indah Eonni sih katanya bakalan 'benci tapi cinta' ama Park Jung Min, tapi gimana ya, si suara rendah/bass SS501 ini sudah menarik hati saya dengan rambut panjangnya itu. GANTENG, BANGET! Indah Eonni said that all of Triple S do not like his hair, but I LOVE IT (/////v/////) Don't cut your hair Jung Min Oppa! I heart your hair since I first saw it!

8.1 Kim Sung Gyu - Infinite
Apalagi kalau bukan suaranya? dan matanya Q _Q wkwkwkwk Cukup buat saya :p Seneng banget dengerin 60 Seconds dari album solo-nya dia :3 Ketahuan banget sih yang mana dia :3

8.2 L - Infinite
Ganteng, sering muncul di video klip. Wkwkwkwkwk.

9. Jang Hyun Seung - Beast
Suka dia zaman Trouble Maker yang album pertama. Nice/Bad boy image, kayak Joong Ki di Penny Pinchers. Itu album pertama, album pertama. Pas album kedua? Cuma bisa melongo di MV Now (내일은 없어) dia ma Hyuna :| Completely bad boy. Fyuh. Mukanya tirus tapi masik OK. Hanya bisa bilang: Mas, sini saya kasih makan.

10. Jo Kwon - 2AM
Oh, saya suka semua sih kalau 2AM. Tapi kalau disuruh milih, Jo Kwon. Kkap Kwon. Kayaknya kalau sama dia hari-hari bakal penuh canda tawa, sekaligus serius :) Satu-satunya yang punya album di 2AM, berarti emang suaranya bagus kan? :')

11. Kim Soo Hyun
Dia penyanyi 'kan ya? Walaupun nggak masuk di boyband manapun. wkwkwkwk Ganteng, suara bagus, akting bagus. Drama yang dia bintangi rasanya selalu top-rated deh. :')

***
Goes to top rank:
2. Gary - Leessang
Jatuh cinta sama dia pas di Running Man, berlanjut ke lagu-lagu Leessang, dan hepi berat waktu dia punya album solo. Semua lagu di MR. GAE saya suka! Ah, nggak usah liat MV lagu-lagu di album MR. GAE-nya, cukup suaranya aja. Kalau mau lihat MV, cukup yang Zutto Molla. Lagu featuring Jung In, baik itu 술 취한 밤의 노래 (Song of Drunken Night) dan 헤어지지 못하는 여자, 떠나가지 못하는 남자 (The Girl Who Can't Break Up, The Boy Who Can't Leave) selalu berada di daftar lagu favorit saya :')

1. Daesung - Bigbang
Yep, Family Outing berjasa banget untuk menumbuhkan rasa suka saya kepada Daesung. Hepi-hepi sekali pas dia punya album yang isinya cover-an lagu-lagu Jepang terkenal, D'scover, walaupun nggak bisa beli album-nya kemaren. Belum selesai hepi saya, dia keluarin single 'I Love You' yang sampai bosan diputar dan dinyanyikan di tempat karaoke, baik waktu di Jepun maupun disini. Satu lagi yang saya suka, lagu-lagu Daesung itu pas banget dinyanyikan oleh saya tanpa ganti-ganti kunci dasar. Nyanyi lagu-lagu doi juga bisa bikin pamer suara rendah tanpa harus susah-susah njerit karena habis suara. Apalagi lagu Uta utai no Ballad (歌うたいのバラッド) dan I Love You, suka deh pokoknya! :') Lagu-lagu Bigbang itu lengkap kalau mau menye-menye ataupun senang-senang. Bisa untuk soundtrack dari pagi sampai mau tidur :')

Untuk dua orang top rank ini aku punya cerita lucu. Waktu training kebudayaan dan bahasa Jepang di Hiroshima, kami diberikan waktu jalan-jalan. Kebetulan aku jalan berdua dengan Hyung Jin Oppa, dan kemudian aku ditanya-tanya,

"Nad, kamu suka acara Korea?"
"Suka, kenapa?"
"Kamu suka acara apa?"
"Suka Running Man. Kalau oppa?"
"Aku suka 무한도전 (Muhan Dujeon)"
"Aa, Infinite Challenge?"
"Yep. Kalau di Running Man kamu suka siapa?"
"Gary!" (diucapkan: Ge-ri)
*manggut-manggut* "Gary ya?"
"Iya, suka banget Gary!!"
"Heh, nggak boleh keras-keras! Tahu kan artinya 'Geri*'?"
"Ah iya. Hehehehhe"
"Kalau idol?"
"Idol... Hemm... Bigbang?"
"Di Bigbang suka siapa?"
"Daesung!"
"Aa... Gitu ya. Kamu suka tipe-tipe mukanya yang gitu ya?" kata oppa sambil menyeringai.
"Jelek maksud, Oppa? Yee... Ngejek!"
"Ahahahha.. itu tahu!"

Dari tampang, iya sih, nggak bisa diharapkan. Tapi suaranya, Man! Duh.
Udah kalau beberapa teman yang tahu saya suka Daesung, bawaannya selalu ngejek :| Terserah sih, you and your bias, me and my bias gitu.

Daesung tetep nomor 1.

***
Saya suka semua, tapi nomor 1 sampai 4 itu lebih dari suka. Kalau mereka keluarin single, album, duet, saya download deh. Wkwkwkwk.

Kamu suka siapa? :')

22 February 2014

Tertahan

Sudilah kiranya, walau tertutup awan, kau Dewi Malam, mendengarku. Sudah lama lara ini tidak kau lipur, tak tergurat senyummu di langit.
Entah apa yang kau sembunyikan, tapi biarlah aku berbicara sebentar.
***
Gelas itu berdenting, mereka bercakap, ramai sekali sedangkan aku hanya memperhatikan. Aku hanya memperhatikan.
Kata pun tak terucap, tersendat dalam kerongkongan. Hingga mungkin menjadi jakun, jakun kata-kata.
Aku benci diriku yang merasa aneh, tak dapat berbicara, Dewi. Aku takut mereka tak mendengarkanku, aku takut mereka menertawai apa yang aku katakan.
Tak beralasankah ketakutanku, Dewi?
***
Jawablah, agar tak hinggap lara walau hanya dalam fikir.

20 January 2014

Farewell

*Now playing: タイム。トラベル-The Spitz

Lagi menarik diri dari dunia sosial sambil menyeruput segelas Mocha ketika aku mendengarkan satu lagu ini. Kemudian lagi deh anganku berkelana :)
***
Kalau lagi kelas siang, biasanya aku naik bis jam 9.20an. Jam menunjukkan angka 9.10. Jam segini mah di halte bis sudah sepi, kelas susah mulai dari 10 menit lalu dan aku malah baru berjalan dari apato. Lapangan parkir yang ada halte bis itu lagi direnovasi dan berisik. Jadi aku memutuskan untuk mendengarkan lagu dari daftar lagu favorit. Aku asyik mendengarkan lagu, sampai seseorang menyapa aku.

"Suramat syiang. こんにちは"
Aku tergagap-gagap dan kemudian buru-buru melepas earphone-ku.
"あ、はい。こんにちは~” Ah, ya. Selamat siang." Aku terheran-heran dengan kakek berseragam satpam *begitu kelihatannya* yang menyapa aku.
"インドネシア?" Indonesia? tanyanya.
"はい!インドネシア人です" Ya. Orang Indonesia, jawabku.
"Anu, itu ada lagu dari Indonesia yang saya suka. Ceritanya tentang sungai." kata kakek itu.
"Hem?"
"So-ro. So-ro"

Sampai di bagian 'So-ro' ini aku agak bingung. Dengan susah payah kakek itu menjelaskan bahwa dia suka lagu Bengawan Solo. Ketika aku sudah menangkap apa yang beliau maksud, kemudian kita bernyanyi bersama. 

"Saya ingin pergi ke Indonesia," kata Kakek itu.
"Mari, ke Indonesia, Kek. Saya tunggu." jawabku sopan.
"Tapi yah, kau tahu, aku sudah tua. Uangpun tak cukup. Umurku tak sampai. Hanya dalam pikirku saja."
"Ah... Begitukah..."
"Aku suka Indonesia, terutama lagu Bengawan Solo itu. Indah. Ingin sekali menjejakkan kaki di sana. Negerimu indah sepertinya."
"Indah sekali, Kek. Tapi aku juga suka Jepang. Apalagi Hiroshima."
"Sungguh? Syukurlah," kata Kakek sambil menunggingkan senyum di wajah tuanya.

Bersamaan dengan berakhirnya percakapan kami, bis-ku pun datang. Aku pun menoleh kepada kakek itu.

"Ya, ya, ya. Pergi. Nanti kamu terlambat. Sehat selalu, ya. Belajar yang baik. Semangat!"
"Iya, Kek. Sampai jumpa lagi!".

Kemudian aku membungkukkan badan, melambaikan tanganku, dan memasang senyum selebar mungkin. Kakek juga melambaikan tangannya kepadaku dan memastikan aku masuk dan duduk dalam bis. Aku tergugu. Itu penjaga Kodoukan yang mbak Zulfa bilang. Beliau suka dengan Bengawan Solo dan Indonesia. Walaupun aku sebenarnya hanya tahu sebagian kecil yang beliau omongkan,, tetapi aku berharap aku dapat bertemu dengannya lagi.

Tapi ternyata itu adalah pertemuan pertama dan terakhirku dengan beliau.
***

*Now Playing Bengawan Solo- Nggak tau siapa yang nyayi versi ini*

Bengawan Solo akhirnya aku nyayikan di acara perpisahan Joo Minhyuk di Bistro Depan Rumah. Suara sih menghancurkan dunia, yak, tapi alhamdulillah dibantu oleh ibu-ibu itu, jadi aku tinggal ikut nada ibu-nya saja. Ketika bernyanyi pun suaraku goyah, teringat kakek dan kenangan itu. Tapi kata si Minhyuk suaraku buat dia tersentuh (pengen nangis kayaknya. Nangis mau nyuruh aku berhenti tapi nggak bisa TvT)

Di acara perpisahan itu juga kita bernyanyi lagu Kemesraan. Lagu ini sepertinya terkenal karena dinyanyikan Eru dan Hyorin, si Prince of Ballad dan Mbak Seksi Mbak Bersuara Bagus *apadeh*. Pada mewek tuh semua, kecuali yang laki-lakinya.

***
Tepat dalam satu minggu kemarin, aku mengantar lima anak pertukaran pelajar ke bandara. Berturut-turut, Joo Minhyuk, Lee Gayoung, Ann Mijin, Kim Daejun, dan Norito Kagawa. Rasanya hampa banget ditinggal, tapi nggak nangis. Bukan nggak bisa nangis, tapi nangisnya di dalam hati aja. Gile, kapan lagi ya ketemu?

Jadi ingat si Chen Jie yang ngantar aku sampai di terminal bis Willer. Masing-masing menahan tangis agar yang lain nggak nangis juga. Tapi aku berterima kasih dengan Chen Jie. Mungkin kalau dia nangis, aku juga nangis kejer di terminal kali ya.

***
"Kalau kamu meninggalkan suatu tempat, kamu tidak benar-benar meninggalkan tempat itu. Kamu tinggal dalam kenangan orang-orang di tempat yang kamu kunjungi, dan kamu membawa kehangatan mereka dalam hatimu. Sebuah kata 'selamat tinggal' sebenarnya bukan berarti 'selamat tinggal' tapi ada sedikit arti 'sampai bertemu lagi' dalam ucapan itu." -Terjemahan dari sebuah kartu dengan kategori 'Goodbye' di Gramedia.

9 January 2014

Break, Think.

"Separate thinking and execution to think better and execute faster." -Sol Tanguay

***
Hanya ingin refreshing sebentar koq.

Ngantuk sebenarnya. Tapi lagi pengen nulis blog.

***
Sudah hampir maghrib, tapi saya masih menggerakkan jari-jari untuk menyelesaikan bab dua dan tiga dari skripsyong saya. Inginnya sih selesai secepatnya. Supaya bisa sidang secepatnya dan libur secepatnya. Hari ini saya kursus bahasa Jepang lagi setelah absen hampir 2 bulan. Saya sudah berhenti kerja untuk fokus skripsi. Tapi tetap saja keinginan untuk belajar bahasa Jepang itu nggak bisa ditahan.

Sampai tadi saya ditohok oleh sebuah pertanyaan dari Sensei.

"Emang kamu belajar bahasa Jepang untuk apa?"

Pertanyaannya nggak sampai situ. Ketika saya jawab, pertanyaan tersebut beranak pinak. Saya menjawabnya dengan jawaban standar, "Ingin bekerja di perusahaan Jepang". Kemudian ditanya lagi, perusahaan apa? Dimana? Incar posisi apa? Yakin diterima kalau punya bahasa Jepang bagus? Emang bahasa Jepangnya dipake kalau misalnya kerja di perusahaan Jepang?

Oh, well.

Saya tidak memikirkan itu. Yang saya pikirkan adalah: "Sebuah nilai tambah bagi saya kalau bisa bahasa Jepang dengan baik ketika bekerja nanti. Bukankah ditunjang dengan bahasa Inggris yang bagus dan kemampuan bahasa ketiga sebagai bekal bekerja itu adalah nilai tambah? 

Ah, ternyata saya kurang memikirkan hal tersebut.

Yang terpikirkan hanyalah: ingin fasih berbahasa Jepang.

Kemarin, teman dari Jepang juga bertanya kepada saya, "Cita-citamu apa?". Dia datang dengan buku sketsa dan kamera. Dia ingin mengambil foto saya bersama cita-cita yang saya tuliskan. Saya malah ragu.

Saya kira setelah bertambahnya usia saya makin yakin dengan apa yang saya mau dan mempunyai mimpi-mimpi yang jelas, kemudian dari sekarang meniti jalan ke mimpi itu. Ternyata saya jalan berkelok-kelok. Kemudian saya memutuskan untuk menuliskan : "Translator, ほんやく” di buku sketsa teman saya itu.
***

Yakin?

Saya menulis skripsi aja dulu deh.

2 January 2014

Resolusi 2014

Resolusi tahun kemaren sih: disini
Review lagi:
1. Jalan-jalan ke Semarang, Surabaya. Malah bukan sekedar tiga kota di Indonesia, tapi hampir satu Chūgoku Region :D
2. Lancar dengerin doang :|
3. Tulis skripsi koq akhir 2013 :p
4. Nggak. Nggak kurus saya :|
5. IPK naik, alhamdulillah. 0,1 :|
6. Nggak, belum ada yang lamar :|

Ahahahhaha. Tapi aku senang banget yang jelas di tahun 2013.
Januari, Februari aku hanya mengejar les bahasa Jepun.
Maret bolak-balik Surabaya
April, menjelajah.
Mei, mendekat ke orang
Juni, Juli membuka diri
Agustus, refleksi diri
September-November, melakukan sesuatu yang diinginkan.
Desember, mulai sadar dan melakukan segalanya yang diperlukan :p

Sekarang tahun 2014 yep
1. Lulus (SKRIPSI! JLPT 3 [Pengen coba TOPIK juga sih])
2. KURUS :}
3. Pengen kerja di MnC / ambil S2 di luar. Setidaknya nyoba sih :3
4. Les Bahasa Arab min 3 bulan!
5. Jalan-jalan ke utara Sumatra, atau selatan Sulawesi :) Atau nggak, Bali deh :)))

Ini rasanya hanya resolusi terkait bahasa ya. Coret dulu deh masalah hati :|

Ah iya
6.Target blog jadi 100 tulisan selama tahun 2014. Ada 4 blog nih. Wkwkwkwk so, rata-rata harus 25 tulisan per –blog.

Yosh.