9 January 2014

Break, Think.

"Separate thinking and execution to think better and execute faster." -Sol Tanguay

***
Hanya ingin refreshing sebentar koq.

Ngantuk sebenarnya. Tapi lagi pengen nulis blog.

***
Sudah hampir maghrib, tapi saya masih menggerakkan jari-jari untuk menyelesaikan bab dua dan tiga dari skripsyong saya. Inginnya sih selesai secepatnya. Supaya bisa sidang secepatnya dan libur secepatnya. Hari ini saya kursus bahasa Jepang lagi setelah absen hampir 2 bulan. Saya sudah berhenti kerja untuk fokus skripsi. Tapi tetap saja keinginan untuk belajar bahasa Jepang itu nggak bisa ditahan.

Sampai tadi saya ditohok oleh sebuah pertanyaan dari Sensei.

"Emang kamu belajar bahasa Jepang untuk apa?"

Pertanyaannya nggak sampai situ. Ketika saya jawab, pertanyaan tersebut beranak pinak. Saya menjawabnya dengan jawaban standar, "Ingin bekerja di perusahaan Jepang". Kemudian ditanya lagi, perusahaan apa? Dimana? Incar posisi apa? Yakin diterima kalau punya bahasa Jepang bagus? Emang bahasa Jepangnya dipake kalau misalnya kerja di perusahaan Jepang?

Oh, well.

Saya tidak memikirkan itu. Yang saya pikirkan adalah: "Sebuah nilai tambah bagi saya kalau bisa bahasa Jepang dengan baik ketika bekerja nanti. Bukankah ditunjang dengan bahasa Inggris yang bagus dan kemampuan bahasa ketiga sebagai bekal bekerja itu adalah nilai tambah? 

Ah, ternyata saya kurang memikirkan hal tersebut.

Yang terpikirkan hanyalah: ingin fasih berbahasa Jepang.

Kemarin, teman dari Jepang juga bertanya kepada saya, "Cita-citamu apa?". Dia datang dengan buku sketsa dan kamera. Dia ingin mengambil foto saya bersama cita-cita yang saya tuliskan. Saya malah ragu.

Saya kira setelah bertambahnya usia saya makin yakin dengan apa yang saya mau dan mempunyai mimpi-mimpi yang jelas, kemudian dari sekarang meniti jalan ke mimpi itu. Ternyata saya jalan berkelok-kelok. Kemudian saya memutuskan untuk menuliskan : "Translator, ほんやく” di buku sketsa teman saya itu.
***

Yakin?

Saya menulis skripsi aja dulu deh.

No comments: