25 January 2012

Fortress of Solitude

"The time has come

Shall I face and conquer my darkest fears?"
O, Lord.
Thee shall not be gruesome, by the Name I believe it right.


***


"Say: 'I seek refuge with (Allah) the Lord of mankind,
The King of mankind,
The Ilah (God) of mankind,
From the evil of the whisperer (devil who whispers evil in the hearts of men) who withdraws (from his whispering in one's heart after one remembers Allah)'..."
(QS An-Naas: 1-4)

***
Ketika kamu membangun benteng kesendirianmu, kau selalu bisa, kau bisa bertahan dengan kata "solitude" tapi ketika iblis membisikkan rasa was-was itu ke hatimu, yang kau rasa adalah kesendirian, alone. Padahal itu tak ada. Itu hanya ilusi. Karena Tuhanmu, lebih dekat kepadamu.

Jangan ada sedikitpun kata menyerah. Bisikkanlah kata positif meskipun melawan kata "tidak" adalah susah bagimu. Jangan biarkan ia tertawa dan menyeretmu ke dalam lautan api yang abadi. Jangan kau biarkan hatimu tenggelam dalam kebencian, penuhilah ia dengan rasa sayang. Karena ketika kau memahat kebencian dan mengurung dirimu, kau hanya merasakan kata sendiri. Sendiri yang benar, dan mengapa orang lain selalu salah.

Tidak ada yang sempurna, itu manusia.

Maafkanlah, dan buang jauh dari bayangmu.

Jangan menjadi orang keras kepala yang membayangkan dirinya berada dalam "Fortress of Solitude", padahal kau tak dapat hidup sendiri. Kau membutuhkan orang lain.

Lupakan goresan-goresan di hatimu. Perbaikilah ia. Karena kau adalah sebaik-baik makhluk.


21 January 2012

Sincerely, Grandpa :)


"...He smiled from his bed and said we'll meet again

Somewhere down the road
And I believe 'cause Grandpa told me so..."

-Grandpa Told Me So, Kenny Chesney-


I was just searching on 9gag when this post suddenly appeared:
3D View Camera


Aku ingat saat-saat aku berebut kamera ini dengan kakak-kakak sepupuku, bahkan tante-tanteku di malam Oma dan Kakek pulang dari tanah suci. Hanya punya sekitar enam gambar per piring kertas itu, aku melihat Ka'bah, masjid dan berbagai pemandangan sekitaran Arab Saudi. Ketika giliranku untuk mencoba melihat dari kamera/teropong itu, aku takjub dan akhirnya menanyakan banyak hal ke kakekku.

       "Kek, Kakek ke sini juga, kah?" Aku menyodorkan kamera itu ke beliau.
       Kakek mengambilnya, melihat gambar di teropong itu tersenyum lalu membalas, "Oh iya. Itu Jabal Rahmah, tempat nabi Adam dan Siti Hawa dipertemukan. Kong Kakek ada tulis nama Inez dan semua anak-anak kakek dan cucu-cucu sampai cicit kakek deng oma di situ,"
       "Untuk apa, Kek?" aku mengambil kamera dari tangan kakek dan melihat ke kamera itu lagi, "Kan banyak. Kakek ingat semua?"
       "Iya!" beliau membalas dengan logat khasnya, "Tentu kakek ingat."
       
        Aku hanya berdehem. Kembali asyik dengan mainan baruku. Aku ingat saat pulang anak-anaknya sedikit kesal dengan kakek, ehm, dan oma juga. Karena mereka membeli sangat banyak oleh-oleh untuk keluarga mereka. Termos kuningan, berlembar-lembar foto, gelas, nampan. Heboh deh.
***

Namun aku selalu ingat dengan sulingnya. Ketika aku sudah bisa merekam kegiatan dalam ingatanku, aku selalu mengingat saat kakek meniupkan sulingnya untukku. Sebuah konser tunggal kecil di depan teras. Ntahlah lagu apa itu, apa mungkin itu lagu "O Ina ni Keke" (O, Ibu[nya] Keke) atau lagu-lagu daerah Sulawesi Utara lainnya. Ketika aku pulang kampung, aku selalu meminta beliau untuk memainkan suling itu.

"Kakekku tak pernah marah / Nenekku tak pernah marah / Aku selalu dimanja / Rasa sayang-sayange.." -Mamaku Cerewet, Trio Kwek-Kwek

Iya, menurutku, akulah cucu kesayangan kakek. Entah mengapa kakak-kakak sepupuku selalu tidak suka dengan apa yang kakek lakukan. Katanya, malu-maluin. Kakek juga sering menggunakan nada tinggi ke kakak sepupuku yang lain, dan aku rasa itu artinya marah. Ntahlah, aku tidak terlalu ingat. Namun, rasanya kakek tak pernah marah kepadaku. Aku ingat, masa kecil aku main kuda-kudaan. Naik di punggung beliau, kemudian mencengkeram kaus dalamnya. Kakek akan pelan-pelan jalan dengan kaki dan tangannya, dan aku selalu meminta kakek mengulang main-mainan itu. Sampai akhirnya aku jatuh, kejeduk, mendapat benjol besar di dahiku, dan selesailah permainan itu :p

Kakek adalah seniman besar, iya. Dia akan menyanyi di SETIAP pesta pernikahan. Diminta menyanyi. Suara kakek sangat khas. Dia akan bercerita dengan lagu. Bertanyapun dengan nada! :D Oh, bahkan saat shalat di Masjid ketika Ramadhan, walaupun di shaf paling belakang, aku tahu itu kakek yang sedang mengimami shalat. Iya, dari lagu ketika membaca takbiran dan, tak akan aku lupa, ketika kakek membaca surat Al-Fatihah. Awalnya aku bingung dengan lagu yang aneh itu. Tapi, itu kakekku. Bahkan ketika aku mendengan tertawaan tertahan dari mulut orang lain, aku malah berbicara agak kencang ke kakak sepupuku "TADI KAKEK KAN KAK YA YANG IMAMIN!". Mungkin darah menyukai musik datang dari kakek, ya? Tapi kalau suara kakek bagus, aku kayak kaleng rombeng.

Kakek orang yang, royal, kata orang di tempat ibuku. Sebutan untuk orang yang tidak segan-segan mengeluarkan duit. Ketika ia hanya memberi uang sediiiiikitt sekali ke orang lain, (bahkan mama dan saudaranya sempat "mengerjai" kakek untuk membeli mi Ojo, mi khas Kotamobagu) kakek akan membeli barang kesukaanku, ehm, makanan kesukaanku dalam porsi buanyak sekali! Nogat, Ayam Goreng Kelapa, dan ehm aku lupa nama makanan itu, namun pokoknya gula merah kemudian ada kacang, yang nanti pembungkus makanan itu adalah koran. Ketika aku berkata bahwa ayam goreng yang beliau bawa sekembalinya dari pasar itu enak dan aku mau makanan itu untuk sahur, keesokan harinya dia langsung membeli ayam goreng itu lima potong! Ia taruh ayam itu di lemari terpisah. :D Kemudian, dia memanggilku ketika aku pulang bermain dan berkata, "Ayam goreng yang Inez suka, Inez dapa ambe di lamari e." Dan aku pun langsung berlari ke dapur.

Mungkin itu memoriku.

Tapi lucu juga memori adekku.
Kakekku ganteng, iya. Tapi cukup seram loh ketika beliau memanjangkan kumis. Suatu hari, dari dapur beliau muncul, membawa parang, menuju ke pintu masuk rumah. Adekku yang sedang duduk di teras rumah, kaget. Kakek mau ngapain? Pikirnya. Kemudian kakek duduk di pagar pembatas di teras, menaikkan kakinya, dan... Memotong kuku tangan dan kakinya. Oh.. Bikin kaget aja si Kakek.

***
Kangen Kakek.
Desahan nafas dari hidung tua kakek.
Kacamata tebal itu.
Lagu ketika membaca Qur'an itu.
Suling kakek.

Maaf tak berada disana ketika kau memanggil namaku di saat terakhirmu.
Namun ukiran senyum damai di bibirmu yang mengiringi kepergian, cukup membuat lega kami.
Semoga Allah memberimu surgaNya, kek. Amin.

:) Terima kasih sudah menjadi Kakek bagiku, dan Ayah bagi Mama terbaik sedunia.

Doa tak bertepi untukmu selalu.
Cucunda Inez :)

20 January 2012

Mode Gila : Idup

Jam 1:11 dan sodara-sodara, gadis cantik ini malah menarikan tangannya di kibor untuk menulis sesuatu.

Eniwei, ini bukan Nad. Ini yang menulis adalah Sigi Lanad. Siapa saya? Baca pelan aja ah nama saya.

Jayus? Emang.

Ketika orang lain pada pulang habis ujian. Saya dan teman saya yang bernama Situ Kangja Lanad ama Sisu Kapu Langnad  terjebak dalam tubuh si Nad, yang notabene masih berada di Jogja untuk menghadapi pertanggungjawaban dunia.

Saya, Sigi, lagi merajai tubuh Nad karena tadi dia kebangun dari tidurnya yang nyenyak gara-gara mimpi buruk. Salahkan Siwar Asnad yang nggak baca do'a sebelum bobo. Ah, berdasarkan cerita Siwar, dia kebangun karena dia membuat kesalahan tadi, ngasih novel yang ada nama orang aneh bikin nyut-nyut kepala. Novelnya sih sudah dimasukin kardus. Tapi gara-gara temennya Nad mau baca novel, Siwar bisikin Nad untuk ngerobek selotip kardus. Tanpa pikir panjang, Nad ngambil semua novel yang ada di kardus.

Baru sadar sebelum tidur, dan akhirnya kebawa mimpi.

Trus pas buka imel, barulah saya merajai, Sigi. Si Nad berani aja sih nyari imel lama. Makanya saya ambil alih saja otaknya. Jangan tanya kenapa, tapi saya membuat Nad jadi produktif. Dengan cara yang aneh. Jangan tanya novel apa. Ntar tanduk Nad keluar.

Ah, Siwar udah mencet tombol ngantuk di kepala Nad. Saya mau pamit.

Jumpa lain waktu, masih bersama saya Sigi dan mungkin temen-temen saya. Situ dan Sisu. Situ bakalan punya cerita sepertinya di bulan Februari. Nantikan saja.


Salam kenal,
Sigi Lanad.

19 January 2012

A Heart that Hurt

Luka nang di tangan, kawa dibabat
Luka nang di hati, hancur sekali
-Sapu tangan babuncu ampat, Banjar Folksong-


(Luka di tangan bisa dibalut, luka di hati, membuat hancur)


Sakit hati, iya. Sakit banget. Sakiiiittt banget.
Mau ngacuhin ya salah, mau acuh buat pusing
Hah?
Gila
Semakin tersakiti, ya 
semakin kamu kuat kan menghadapi sakit itu?
Ternyata ya tidak
Kamu mati rasa
Kamu akhirnya tidak merasakan sakit itu
Bahkan kamu bertanya, "Ini sakit hati?"
Sederhana, luka itu menggores
Pelan
Diam
Dalam
Berkali-kali, sampai kau tak meluncurkan kata
Kau membayangkan menghirup udara
Namun rasanya kau berada di ruang hampa
Sesak
Bahkan air mata saja sampai tersumbat
Kau menghela
Tapi tak melegakan
Akhirnya kamu:
diam

Merantau

resolusi tahun ini, mesti diubah gara-gara si Inu nantangin. Oke, 15 kota dalam setahun.

Akhir-akhir ini belum mendapat inspirasi untuk membuat postingan, yer. Nad baru saja menyelesaikan ujian final, untuk ke lima kalinya, tang berarti sisa tiga semester lagi saya berada di lingkungan kampus.

Bahkan sebelum pergi saja aku sudah kangen.

Selama berpijak di tiga pulau, belum pernah aku merasa senyaman ini untuk pergi ke mana saja sendirian, ke tempat yang aku suka, menggila, sampai-sampai bentuk tubuhku berubah karena harga makanan yang murah disini. Apalagi aku penggemar kudapan. Ugh. I can't resist to that! Namun merantau menjadi suatu kesenangan tersendiri bagiku :) Sesuatu yang diturunkan, yah, kusebut itu. 

Sebenarnya ini dalam masa rehat. Ya, akhirnya aku memutuskan untuk mengutak-atik Facebook dan mendapatkan fitur peta. Iseng, akhirnya aku mencoba menggunakan fitur itu untuk mengetahui, di mana saja aku telah menginjakkan kaki. Balikpapan, Samarinda, Banjarmasin, Palu, Manado, Gorontalo, Bandung, Surabaya, Jogja, Jakarta, Pagaralam, Palembang. Ah, masih sedikit. Mekkah, Madinah, Jeddah. The Mountain of Lights, Jabal Nur.

Ah. Terlalu takut untuk berjalan sendiri.

Impian sudah tergambar dengan jelas. Hanya aku belum melihat jalan kesana. Atau mungkin aku hanya mengarahkan pelita ke arah yang salah. Karena yang aku lihat hanya jalan berbatu.

Aku, ingin memijak bagian bumiMu yang lain Ya Rabb. Amin.



6 January 2012

Pertanda

Kadang, tanda tanya dari seberang situ membuat titik dua tutup kurung buat sini


Kadang, tanda seru berbaris dari situ dengan kapital membuat titik dua apostrop dan buka kurung
Sini terkurung dalam murung


Kadang, demi membuat titik dua tutup kurung untuk seberang situ
Disini menabung ribuan tanda tanya


Kadang, ketiadaan tanda dari seberang situ,


Membuat titik

4 January 2012

Married-Me

HELLO 2012-GREGORIAN-CALENDAR!
***

Ah, 2012 ini rasanya dipenuhi satu kata, menikah. Ya, udah dua minggu terakhir ini koq rasanya ngebet banget punya pasangan hidup. Apalagi liat dosen muda-ganteng dan teman-teman nan cantik rupawan itu sudah mempunyai pasangan hidup. Empat orang yang aku kenal sudah menjalani kehidupan berumah tangga. Well, tetap kuliah loh, hanya satu yang memutuskan untuk tidak kembali ke bangku kuliah.

Jadi galau, bo.

Resolusi dalam lima tahun ini tercapai nggak ya? Nad, nad, calon aja nggak jelas siapa udah mau mikirin nikah. Baiklah, namun setidaknya itu impianku. Walau udah kesalip nih, ama empat orang.

Apa ya yang menyebabkan mereka mengambil keputusan seperti itu. Ingat loh ya bukan MBA alias Married by Accident tapi dengan kesadaran penuh mengambil keputusan untuk menikah. Mau sih bertanya tentang hal itu ke mereka, tapi rasanya koq malu ya? Aura mereka (cieh, aura) udah berbeda. Mereka serasa hidup di alam yang lain yang berbeda denganku. Agak lebay mungkin, tapi ya itu kenyataannya.

Di saat aku masih galau dengan tugasku, mereka galau dengan acara ijab kabul mereka. Di saat aku ngurus kamar aja nggak bener, mereka udah berani juga ngurus suami. Nooohh! Aku masih pengen melihat dunia luar dari dalam, mereka bahkan sudah terjun ke dunia luar, dan melihatku yang di dalam ini, di luar (apa sih?) Well, aku mau bilang, aku bingung apa yang mendasari mereka menikah di saat kuliah ini ya?

Cemburu? Iya. Barusan aja ngomong sama si Briti kalau teman-teman sekelas semester satu pada ngedahuluin, dan dia juga cemburu dan beberapa kali bilang, "Demi apaa??". Ah, aku hanya menebak saja, mungkin mereka emang sudah siap lahir batin dan emang jago ngurus orang. Dan mereka adalah orang dengan emosi stabil. Nggak kayak aku masih suka moody.

Huff~~
Mungkin kalau aku sendiri, hanya di bibir saja yah mau nikah cepat (hati juga, sih), namun ada beberapa pertimbangan ya, terutama mentalku dan uang darimana aku akan hidup. Memang rezeki ada di tangan Allah, tapi setidaknya manusia berencana. Aku nggak mau masih harus hidup tak lepas dari uluran tangan orang tua aku ketika ada seorang yang harusnya sudah dilimpahkan tanggungjawab itu kepadanya. Beraninya nikah doang dong kalau seperti itu. Padahal kan nikah bukan sekedar main-main, bukan peningkatan status dari temen, sahabat, ke istri/suami, namun itu adalah ikatan resmi, yang pertanggungjawabannya juga kepada Allah.

Belum lagi kalau berbadan dua.

Setidaknya aku mencari jodoh dengan syarat-syarat yang sudah diberitahu oleh Junjunganku :)

1. Aqidah + Pemahaman agama dan pengamalannya :)
2. Dari keturunan baik-baik
3. ehm, perjaka
4. Penyayang
5. Berakhlak mulia
6. Realistis dalam menuntut hak dan melaksanakan kewajiban
7. Mengerti kelebihan dan kekurangan aku
8. Cerdas dan bijak
9. Lemah lembut
10. Tampan, cuy :))


Yah, future-me, make sure you read again this post when you are a married woman with two children, the handsome and beautiful one. Don't forget your husband also. Does he fulfill the requirements? :D