9 December 2009

Kematianmu kapan?


Bulir air jatuh perlahan dari pelupuk mata
Menyayat hati
Menembus sukma
Menggambar risau tak bertepi 
Perlahan, hati mulai gelap
Mata mulai tetutup
Dalam kesendirian

Serem ya judulnya? Tapi yah itu dia yang ngganggu Nad selama ini... Emang sih kita nggak tahu kapan akan mati dan nggak tahu juga kiamat kapan datangnya. Iseng Nad tanya ke temen-temen Nad, kalo mereka tahu kapan mereka mati, apa yang akan mereka lakukan? Hasilnya 99 % dari mereka mau bilang bertobat memperdalam agama dan mau lebih dekat ama Allah SWT. Tapi Nad jadi narik kesimpulan lagi, begitu sedikitnya bekal kita menghadapi Yang Kuasa? Mereka –mungkin- hanya bertobat kalau mereka tahu kesemptan mereka hanya sedikit lagi dan nggak sadar, padahal kesempatan mereka itu bisa datang kapan saja. Kita kan nggak tahu kapan kita akan mati?
So far, nad dapet jawaban lucu dari temen-temen tentang kematian. Pernah Nad dapet cerita tentang kakak kelas Nad yang ditanyain ama temennya (anggap aja A dan B)
A: Eh, kalau kamu mati trus nggak sempat buat amal gimana?  
B: yah, kamu nggak usah tanya deh, ngeri juga jawabnya
A: Loh, kalo misalnya kamu ditanya malaikat Munkar n Nakir gimana? Kamu nggak punya amal sama sekali. Kerjaan kamu kan cuma ngegangguin aku ampe busuk?
B: Yah aku ntar buat contekan aja. Jadi bisa nyontek kalo ditanya
Asli.
Jayus abis.
Ini cerita ke dua, antara Desi n Nad
 Nad : Des, kalo kamu meninggal tiga bulan lagi kamu mau ngapain?
Desi : Aku mau bunuh kamu duluan supaya aku dapet teman di Neraka
*sial 
Tapi, ada lagi nih, temen Nad yang kerjaannya ngejar kebahagiaan duniawi tyusss! Pas ditanya kapan nyiapin bekal akhirat, dia bilang, “Aduh Nad, hidup cuma sekali. Jadi senang-senang aja dulu. Kalo urusan itu mah mikirnya pas udah tua aja..”
Nah, kalo misalnya dia mati muda gimana??
Laen lagi jawaban Ninik waktu ditanya pertanyaan sama kayak Desi
Ninik : Kalo gue mah mau tobat. Dosa gue banyak banget. Selebihnya nggak tahu deh. Nggak ada persiapan buat ke Rahmatullah
Nad : Kalo lo punya temen yang sisa hidupnya tinggal sedikit gimana? Misalnya gue deh...
Ninik : Ah, kalo lo yang kejadian mah, gue bakalan bantu lo tobat. Soalnya gue ngerasa dosa lo lebih banyak dari gue...
Manusia kadang terlalu yakin kalo bakalan dikasih umur panjang ama Yang Mahakekal. Nad ngerasa aneh... Tapi Nad nggak mungkirin juga kalo nad pernah berfikir bahwa hidup nad bakalan ampe tua ntar. Mulai nad gede, baru nyadar deh, bahwa kesempatan Cuma datang sekali dan harus digunakan baik-baik. Okelah, persiapannya masih sedikit banget untuk mengahadapi alam kubur nanti. Mulut ini masih tak terjaga dan hati ini belum penuh dengan kekasih sesungguhnya..
Nah, kalo kamu, apa persiapanmu untuk ngadepin alam ketiga ntar?


5 December 2009

Melodi Dukuh Panggang Part III


: sebuah da capo untuk kita semua
Instrumen para pemain di Idul Adha
Pisau
Batang pisang
Mulut
Tak lupa embikan kambing
Inilah persembahan
Membuang semua hasrat binatang dalam diri
Bukti keikhlasan
Dan perayaan
Bagi kita sesama manusia
Tidak hanya bermewah-mewahan
Sehingga terlena
Tetapi berbagi
Dari Allah, untuk kita dan mereka
“Maka, nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan?”

Melodi Dukuh Panggang Part II


: reffrain from majority
Senja mulai merangkak. Adzan maghrib berkumandang, mengisi rongga-rongga di udara. Suaranya memantul syahdu di beningnya air. Burung pun terdiam sebentar, mendengarkan panggilan sayang dari Sang Pencipta. Anak-anak kecil berebut di tempat wudhu. Celotehnya menggambarkan masa kecil yang bahagia walau tak ada nitendo, ps3, ataupun handphone. Mereka terbiasa bermain dengan alam.
Sayup-sayup iqamat terdengar. Manusia berdiri serentak, menanggalkan semua keegoisan dalam diri, ikhlas, memuja sang pencipta. Mengagungkan. Dalam sujud, untaian doa tak bertepi dipanjatkan. Meminta ampunan, lalu memohon agar semua rahmat ini jangan dilepas.
Kemudian, setelah melepas rukuh, para perempuan-perempuan Dukuh Panggang tetap diam di Masjid Amaliya. Di muka mereka tergores hasil kerja keras bertahan hidup. Kaki-kaki mereka keriput, tapi tetap saja mampu menopang mereka. Yang wajahnya perlahan dimakan zaman. Namun tidak dengan semangat mereka. Menurut mereka, inilah yang telah Allah pilih untuk mereka, hidup di Dukuh Panggang. Tak ada yang patut disesali. Menerima adalah jalan yang terbaik.
Ketika bunyi jangkrik terdengar, burung berkoak, laron beterbangan di lampu-lampu, aku menengadahkan muka ke langit. Pekat, dengan bintang-bintang terang yang tidak kudapati di pusat kota. Seperti inikah rasanya tinggal di desa terpencil? Dengan campuran adat istiadat yang kental berbaur dengan suasana agamis? Dengan sedikitnya akses untuk berhubungan ke dunia luar, sinyal handphone yang bagaikan emas?
Aku perlahan berjalan ke dapur untuk sekedar menghangatkan diri. Minyak tanah? Itu adalah barang langka. Yang mereka pakai masih kayu bakar, tungku, wajan yang gosong... aku menghangatkan diri.
Aku tidak yakin akan bertahan di tempat seperti itu.

29 November 2009

Hey, Cantik!

Bete...

Hahahaha

Ini nih gara-gara mikirin sesuatu hal yang nggak jelas, eh jadinya malah keki sendiri. Aku sih selalu mendengar bahwa definisi cantik itu relatif. Ada yang bilang cantik itu putih, bersih, enak dipandang. Pokoknya yang bagus-bagus lah.

Aku terjerumus dengan pemikiran seperti itu, nampaknya.

Hah,
Males banget deh. Ketika definisi cantik itu ditanyakan kepada kaum Adam. Yah, rata-rata bilang cantik itu enak dipandang. Mengutamakan raga alias jasmani. Ini pemikiranku: lelaki butuh keindahan. Bener nggak sih?

MAAF!


Udah lama nih nggak nulis bLoggg!! Bahaya banget nih setiap bulan tulisan yang nad buat berkurangg :’(

Huhuhuhu... maaf yah...

Melodi Dukuh Panggang Part I


: Panggang, 26 November 2009, Interlude from Jogja

Lalat-lalat itu beterbangan di atas kakinya. Ia tetap saja memegang pensil warna murahan itu. Duduk, mewarnai. Hati-hati ia menggores pensil warna di atas kertas yang bergambar anak kecil, lelaki dan perempuan. Seperti dirinya.
Sesekali ia nampak kebingungan, warna apa yang akan ku ambil?. Tidak cuma dia, ada 2 anak laki-laki lain dan seorang anak perempuan yang sama bingungnya dengan dia.


Ketika lelah menggoreskan, dia akan menegakkan tubuhnya dan menarik nafas panjang. Huffttt.

Lalu ia melanjutkan lagi tugasnya, mewarnai.

Ketika mendengar keributan dari kelompok sebelah, ia akan menoleh. Lalu tersenyum sendiri. :) mata kecilnya berbinar seolah mengatakan, "aku juga ingin tertawa disana". kemudian seolah mendapat tenaga, ia bisa menggoreskan warna lebih cepat dari sebelumnya.

Sayup-sayup kicau burung terdengar dari sela pepohonan. Sang Pelukis sendiri telah menggoreskan warna jingga di langit-Nya. Walau dikelilingi oleh pepohonan, nyatanya dukuh itu masih saja gersang. susah air. Penduduk mengandalkan tadah hujan dan membeli air. Letaknya yang jauh dari keramaian (pusat kota), membuat anak-anak tersebut jauh dari teknologi.

Namun tawa anak-anak mengesampingkan masalah itu sejenak.

Entah kapan, generasi itu akan mengubah keadaan dukuh menjadi lebih baik.


15 November 2009

♫Melodi Ketika Hujan♫


Sekilas
Hatiku terpana

Hujan turun

Kutadahkan tangan

Lalu air mengalir

Menelusup

Membasuh hati

Dalam diam ku tersenyum

Dia ada,
Mencintaiku tanpa batas


3 November 2009

Untukmu, Pemilik Phino

Aku..
Bener-bener nggak tahu harus mulai note ini dari mana

Aku kangen kamu.

Aku baru sadar kalo nggak ada yang lain yang bisa menggantikan posisimu di hati aku. Tapi, bodohnya aku, aku baru menyadari itu setelah kamu jauh dari aku. Bahwa aku rindu, kamu tak tergantikan.

Aku berusaha, mencari penggantimu. Aku ingin mendengar celotehmu, yang keluar cepat tanpa terkendali dari bibirmu. Aku nggak perlu ceritamu sebenarnya, yang aku perlukan kita selalu berdua. Kita berbagi, walau kadang aku sering melupakannmu. Untuk yang satu ini maaf.

Aku biasa bertandang ke rumahmu. Walau sesibuk apapun, walau sedikitnya waktu yang ada, aku ingin bertemu denganmu. Selalu.
Sudah 3 tahun kita jalin hubungan ini. Bersama Nyew, yang jadi saksi kebersamaan kita. Kita berdua.

Kita, terpisah jarak lagi. Aku rindu dirimu. Rindu masakan ibumu. Rindu semua tentangmu. Aku yakin, selama tiga tahun ini, kaulah yang terbaik.
Aku mungkin bukan yang terbaik untukmu.

Tapi, sekali lagi, tak ada yang sepertimu.

::nyinyik::

Ps: rindu banget jalan-jalan

2 November 2009

Kisah Pohon Apel


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.

"Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."

Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu."

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

"Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" "Duh, maaf aku pu n tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel.

Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.

Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.

"Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel. "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi Berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat k apal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

"Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata p ohon apel itu sambil menitikkan air mata. "Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."

"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.


29 October 2009

Gang Kelinci

Jakarta kota ku indah dan megah
di situlah aku di lahirkan
rumahku di salah satu gang
namanya gang kelinci

entah apa sampai namanya kelinci
mungkin dulu kerajaan kelinci
karena manusia bertambah banyak
kasihan kelinci terdesak

*
sekarang rumahnya berjubel
oh...padat penghuninya
anak-anak segudang
krudak... kruduk...
kayak kelinci

kami semua hidup rukun dan damai
hanya satu yang aku herankan
badanku bulat tak bisa tinggi
persis kayak anak kelinci

---------------------
lagu kesukaan nad waktu kecil nihh :P

23 October 2009

Idolaku di Kampus

Hayoooo
mikirnya apa nih kalo nad tulis gini??


Pastinya kalo idola nad itu, bukan sembarang orang :P


Oke dah,
Yang Nad idolakan di kampus adalah... Pak Akbar! Hhehehe.. Beliau itu dosen Introduction of Economics alias Pengantar Ekonomi kelas A. Aduh, nyeritain beliaun itu nad jadi malu sendiri. Nad pertama kali ketemu, waktu kelas pengantar ekonomi, tanggal 24 Agustus 2009. Wah, nad sih langsung seneng diajar ama bapak itu. Nama beliau Akhmad Akbar Susamto

Pertama perkenalan diri, Nad mikir gini "Wih, muda banget nih dosen, kaku nggak ya ngajarnya?". Eh, ternyata asik beraatt! Nad kagum beliau bisa tahan ngomong dua jam setengah :P (maaf, Pak) hehehe. Awalnya sih cuma sekedar kagum dengan beliau. Kagum tanpa alasan.


Tapi, training T1 Shariah Economics Forum mengubah segalanya
Para kakak-kakak Trainer T1 menyebut bapak itu dengan sebutan Mas Akbar. Otomatis Nad nggak kenal. diceritakan semua tentang kehebatan Mas Akbar itu. Sebagai pendiri SEF. Wah, Nad kagum banget deh pokoknya. Mas itu ternyata yang membawa Umer Chapra ke sini, khususnya ke UGM. Nad ama temen-temen hanya melongo aja. Gilee... Hebat banget sih orang itu. Eh, pas cerita selanjutnya baru deh dikasih tahu bahwa Mas Akbar=Pak Akbar. huehehehe...


Jadi senyum-senyum sendiri...


Kekaguman Nad bertambah waktu syawalan SEF Pak Akbar dateng bareng anaknya. Dan bapak itu membiarkan anaknya bergelayutan di kakinya. Pak Akbar sendiri berkata, "memang saya biasakan begini, agar dia nggak takut berhadapan dengan orang nantinya." Pak Akbar juga sempat bercanda bahwa anaknya yang bernama Arwa ini adalah produk SEF, "saya dan istri adalah anggota SEF juga dulunya. hehehhe"


Padahal Arwa sempat merengek-rengek minta balon tiup yang ada di motor. Tapi dengan sabar, bapak itu tetap cerita dan tidak memarahi Arwa. Akhirnya pun, cerita ditutup karena Arwa semakin merengek.


Ketika acara syawalan agak renggang, pada waktu talkshow, Nad ngeliat sisi lain Pak Akbar. Ntah, apakah itu hanya Nad yang melihat atau bagaimana. Nad  liat beliau meniupkan balon untuk Arwa. Tersenyum. Ada rasa kagum yang membuncah saat itu. Senang, ada sisi lain beliau yang Nad temukan, sisi ayah seorang dosen.


Beberapa saat nanti mungkin Nad nggak ketemu beliau lagi. Karena beliau akan melanjutkan studi.


Nad pengen, bisa menorehkan sejarah seperti itu.


Kapan?

21 October 2009

Nadiyah dan Nadhia


Beda nggak sih?


beda...


tulisannya aja beda :P


Nadhia ato Cimol ini satu kelas Filsafat, Pancasila dan Agama. Gelo, manajemen 2009 setahu nad udah punya dua Nadia (cara baca nama sama:) Nggak tahu deh yang nggak ketahuan.
awal kenal pas test TOEFL like PBS. Masa kiri kanan nad semuanya namanya Nadia (baik itu Nadiah, Nadiyah, Nadhia) alaaahhhh... Cape' deh nama pasaran :P


Pas kenalan lucu banget. Nad kenalan sama Nadhia dulu. Pas tanya fakultas apa, dia juga ekonomika bisnis, tanya jurusan, eh dia juga jurusan manajemen. surprisee \(^o^)/


Cimol imut banget eh... Hehehhe...


Apalagi kemaren Senin dia berjilbab... uwaahhhh... heheheheh


Nad seneng banget.. Tambah cantik eh..


Semoga Cimol selalu berada dalam lindungan-Nya n tetap istiqamah di jalan-Nya.


Salam sayang selalu dari teman yang berusaha jadi sahabatmu :)


Nad :)

18 October 2009

senangnya hari inii

hummm...
senang, karena akhirnya nad resmi masuk SEF..
Tapii
Besok UTS, FilDas :(

ganbattee!!!

Lelaki yang satu ini...

bukan dhana, tapinya...
[muf yank, but this I confess]


Aku lagi jatuh cinta lagiii.. :D

apa sih istimewanya lelaki yang satu ini?
sampai aku selalu rindu kepalaku dibelai olehnya
rindu kehadirannya
aku rindu bercengkerama dengannya

:)


Lelaki yang kata-katanya hampir selalu aku turuti :)

Lelaki yang mengeluarkan kata-kata indah, menarikan tangannya di atas keyboard komputer dan menulis surat-surat cinta elektronik

Untukku,
hanya untukku

Lelaki yang kehadirannya selalu aku nantikan

Yang dalam sujudnya selalu terucap namaku

Mendo'akan kebaikanku

Menuruti semua keinginanku

Lelaki yang, aku kagumi sepanjang hidupku...

Yang selalu ingin aku bahagiakan :)

.:Papa:.

Untukmu...

Kau
Bahkan dia selalu aku tunggu. Senyumnya, sapanya. Ya hanya itu, karena aku belum boleh dekat dengannya. Dia bukan seperti pada umumnya. Dia suka musik, tetapi bukan anak band. Ia memainkan salah satu alat musik yang menurutku, beda. Ia tidak terlalu suka pada olah raga. ia hanya suka olah otak daripada olah raga. Ia senang bercanda, tapi adakalanya ia sangat serius. Bibirnya selalu dihiasi kata manis. Bahkan aku pun terkena dampak dari kata-kata manisnya itu. Tapi aku tak pernah menyesal. Ia kurang peka, sehingga aku harus mengungkapkan semua yang ada di hatiku tanpa kurang suatu apa. Ia pintar, cerdas, licik. Perpaduan yang sangat harmonis bagiku. Licik dalam konotasi baik, ya. Ia mempunyai banyak mimpi dan aku sangat senang mendengar cerita tentang mimpi-mimpinya itu. Aku pun terkadang hanyut dalam cerita mimpinya dan berharap, akulah yang akan mendampinginya mewujudkan mimpi-mimpinya itu. Seiring dia bercerita, aku tak lupa memanjatkan do'a, agar semua mimpinya itu terkabul. Oke, tidak ada manusia yang sempurna. Ia juga punya kekurangan, tetapi kekurangannya itu telah tertutup oleh kelebihannya.

Ia, bahkan saat aku tak tahu dia berada di bagian bumi sebelah mana, aku dapat merasakan dia dekat denganku. Lalu ketika waktu berbicara tanpa nada kepadaku, memberitahuku bahwa waktu telah menghidupkan jarak, sehingga aku tak dapat bertemu dengannya, ia mengirim sinyal padaku. Mengirim sinyal yang menguatkan hatiku, tegarkan aku dan buatku bermimpi. Aku akan bertemu dengannya. Aku pasti akan bertemu dengannya dalam keadaan yang lebih baik dan pada saat itu, aku yakin, aku tak akan melepasnya lagi.

Setiap hari, anganku melintasi kota. Meretas batas. Menyusuri setiap jalan yang akan ku lalui untuk bertemu dengannya. Berkhayal aku akan mengelus setiap mahkota bunga yang aku temui dengan senyum terkembang karena terbayang akan bertemu dengannya.

Tapi,
Kemudian aku tersadar dan sedih.

Lalu, aku dengan kerinduan yang teramat, berdoa.
Aku ingin bertemu dengannya
Aku ingin menjadi tulang rusuknya yang hilang
Aku ingin mengeja setiap apa yang terbaca di wajahnya
Aku ingin tatap matanya
Aku ingin dia, menjadi dapat bagiku

...

Bukan dengan lagu memujimu
Bukan dengan pensil yang menari
Hanya tatapan

Bukan lewat semilir angin titipkan salam
Bukan lewat bintang di malam kelam
Hanya ucapan

Bukan setinggi langit cinta ini
Bukan seluas samudra
Hanya lebih dari itu

Setiap pandang menyapu sekitar
Hati mencari

Serpihan hati

.nb:
..pulang..

12 October 2009

Kalau Bukan Mama


Nad lagi kangen mama.
Huft... Tadi sempat iri dengan temen yang dikasih wejangan tertulis ama ibunya. Mulai dari soal tenggang rasa ampe cara bersihkan kamar! Gile, mama nggak pernah tuh kasih kaya-kaya gitu. Nad nangkepnya sih kalo mama kasih wejangan=mama ngomel.:P
Ma, tapi mama itu ya, gitu aja jangan berubah jadi baik. Kalo baik bukan mamanya Nad. Kalo masakannya nggak enak itu bukan mama Nad, kalo nggak suka iji bukan mamanya Nad, dan kalo misalnya bisa nyampein kata-kata dengan baik itu bukan mama Nad (hayo?)
Mama adalah orang yang nggak bisa nyampein rasa cintanya secara langsung dengan perkataan. Tapi dengan perbuatan, yang kadang nyeleneh. Hehe. Aduh, Nad tuh juga jadi nggak bisa nyampein perasaan dengan bener ih. Untuk bilang sayang ke mama aja susah. Mungkin kalo misalnya Nad berduaan ama mama trus bilang ‘love you Mom’ ahaha.. Ancur ya?
Kalo ama Mii, Nad malah nggak kagok :P
Ma, ehm Inez, maaf nggak bisa akur kayaknya ama mama. Tapi ma, Inez kangen banget ama mama. Terharu banget waktu mama kirimin kue bola-bola coklat (tapi ternyata itu bukan bikinan mama L) Ama chocolatos, padahal khan mahal abis kalo kirim chocolatos ke sini.
Ma, jadi nangis deh kalo inget, Inez yang bakal pertama kali ninggalin rumah itu ma. Waktu Inez banyak tersita untuk sekolah di luar. Menuntut ilmu, sampe nggak sadar bahwa Inez udah kehilangan waktu untuk mama marah-marahin. Kehilangan waktu untuk makan masakan mama yang enak abis! Kehilangan waktu buat bareng, ngumpul, malem mingguan lagi. Sama papa ama ade-ade. Inez yang paling sedikit kesempatannya untuk berduaan ama mama.
Karena Inez jauh ma...
Kangen mama.
Berharap kalo mama kirim kue bola-bola coklat bikinan mama, berharap makan sop buntut mama, sinutuan ama pempek bikinan mama. Nggak ketinggalan cucur, donat, pindang, bakpao... Semua ma... dan Inez pengen nikmatin kasih sayang mama. Lebih lama...
Sampai nanti ada yang mengambil Inez, untuk dijadikan pendampingnya J

3 October 2009

First Day In Pagaralam, South Sumatra :)

Enaknya punya keluarga multi-kultur ya ini, bisa jalan-jalan kemane-mane...

Nah, kali ini Nad jalan-jalan ke Pagaralam, Sumatra Selatan 
Oke, mulai dari awal.

Nad dari Jogja sekitar jam 12 an lewat. Dari Bandara Adi Sutjipto, Nad menuju Bandara Soekarno-Hatta. Sekitar 55 menit perjalanan udara. Beh, perjalanan udara yang seharusnya mengasyikkan, tenang, penuh damai (emang iya?) jadi serasa naik bus gara-gara cuaca nggak mendukung dan pesawatnya goyang-goyang nggak sesuai irama *lho?*. Untung aja lalu lintas udara nggak macet. Huehehehehe

Alhasil dengan perjalanan naek pesawat yang kayak naek bus, nad akhirnya mengeluarkan isi perut sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta. Tapi, nggak ada yang keluar eh. Huft.. Nad ketemu Papa di bandara. Jadinya dengan muka yang melas Nad natap papa. Tanpa banyak kata lagi, papa bilang “Yaudah, kita pijat refleksi aja.” Wkwkwkwk. Nad jadi semangat lagi. Biarpun cuman tiga puluh menit, kaki jadi segar lagi eh. Harusnya tuh ya, di Bandara juga menyediakan spa n salon. (ni banyak maunya :P). Cuman sekitar 45 menit (pas pijet refleksi ditambahin waktunya  nunggu di bandara, Nad ama Papa melanjutkan perjalanan ke Palembang. Dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, cuman sekitar 45 menit aja. Wah, baru itu nad tidur lagi. Cuma tidur ayam sih tapinya. Nggak beneran tidur lelap 

Nah, setelah sampai di Palembang, sekitar jam setengah 5, Nad ke tempat tante dulu (bahasa Palembangnya : Bicik) Nah, belum aja pantat ditaro di lantai, eh mobil travel yang akan mengantar ke Pagaralam udah dateng. Di rumah tante Nad cuman bisa terpaku di tangga. Bakalan gempor nih Nad. Yang bakalan ke Pagaralam : Mama, Nad, dua adek kembar Nad, Abang, ama K Deded, sepupu Nad. Jam 5 udah berangkat lagi ke Pagaralam. Palembang-Pagaralam memakan waktu sekitar, 6-8 jam sebenarnya. Tapi entah kenapa perjalanan kali ini koq kayaknya lama banget, dari jam 5 sore ampe setengah 1 malem. Weh, beneran. Itu baru namanya perjalanan duapuluhempat jam. Kali ini Nad tahan duduk di jok paling belakang. Sopirnya enak eh. Nad nggak ada muntah gitu. Masalahnya cuman Abang, sepanjang 1 jam perjalanan pertama dia minta Poop ama Pipis. 

Karena sekitar perjalanan nggak ada pom bensin n warung-warung gitu, terpaksa Mama suruh dia nahan Poop ama Pee. Nah, daripada dia inget ‘hajat’ Nad suruh dia nyanyi, ngucap ikrar santri, baca do’a-do’a. Tapi untuk Abang, itu nggak mempan. Dia malah nggumam “eehhh...ehhhh..uhhh...uhh...”, kayak tersiksa banget. Yah, singgah di pom bensin deh. Ehhh ngeselinnya si Abang, ternyata dia cuma Pee doank, nggak pake Poop. Huhh... Melanjutkan perjalanannn... Dari Palembang kota, sekitar 2 setengah jam perjalanan Nad singgah di Prabumulih, untuk makan. Wiuh.. Padahal yah, itu baru sekitar jam setengah 8, tapi pekatnya langit udah kayak jam 12 malam.

Sekitar jam 9an, melanjutkan perjalanan lagi :D

Kali ini malah banyak cerita ama ade’ kembar (yang satu Nad panggil Kakak, yang satu Nad panggil Ade’) Si Ade’ pake acara maag kambuh lagi. Pokoknya rengekan Abang minta Pee ama dia ngeluh gara-gara sakit perut, sama dah ributnya. Lewatin rel kereta ngaduh, mobil belok ngaduh. Rese’. Akhirnya Nad bilang gini, “De’, kalo mau sembuh, minum abate atau baygon sana!”. Trus K Deded cuma bilang, “Oi, tega nian kau Nez ama ade’...”. Hahahaha :P Habisnya ngeselin.

Huhft..
Perjalanan ke Pagaralam masih memakan waktu sekitar 4 jam lagi. Ngebetein, jelas. Habisnya, malem. Nggak ada yang bisa dilihat. Gunung Jempol aja cuman kelihatan kukunya doank. Wkwkwkwkwk.
Gila deh pokoknya.

Sepanjang 4 jam itu Nad habiskan waktu dengan sms-an. Alhamdulillah ada Dhana yang nemenin Nad sms ampe Nad tiba di Pagaralam. Ntahlah ngomongin apa itu. Nad nggak konsen antara mabok perjalanan, ama ngebales smsnya. Hih, mana sinyal turun naik nggak ada yang bagus  Gelooo dah.

Pas nyampe, eh, Pagaralam dah gelap gulita, kelam. Nggak ada yang beraktifitas kecuali orang mabok-mabokan. Padahal lagi bulan Ramadhan, tapi mereka masih nenggak miras aja. Kayak nenggak limun waktu berbuka puasa. Ngomong-ngomong, dingin banget euy di Pagaralam. Secara terletak di salah satu jejeran Bukit Barisan yang membentang di Sumatra. Hehehe

Sampe di rumah Nenek, bebersih, nyimpun koper, trus nyalakan si Cherry. Pasang modem. Sambung. Nggak ada jaringan katanya. Cabut-pasang-cabut-pasang. Akhirnya aku sadar. NGGAK ADA TRIJIII!!! Oh-em-ji...
Jadi ngapain aku repot-repot bawa modem ama Cherry... Huhuhuhuhuhuhuh 
Pokoknya, aku nggak ada ngenet selama 10 hari. Rekor.

Yo Te Amo

Ada lagu ni yang Nad suka artinya :)
Bahasa Spanyol :)

Yo Te Amo



En palabras simples y comunes yo te extraño
En lenguaje terrenal mi vida eres tu
En total simplicidad seria yo te amo
Y en un trozo de poesia tu seras mi luz, mi bien, el espacio donde me alimento de tu piel que es bondad
La fuerza q me mueve dentro para recomenzar y en tu cuerpo encontrar la paz

Si la vida me permite al lado tuyo
Creceran mis ilusiones no lo dudo
Y si la vida la perdiera en un instante
Que me llene de ti
Para amar despues de amarte , vida


No tengas miedos ni dudas, que tu seras mi mujer
Mira mi pecho, lo dejo abierto
Para que vivas en el

Para tu tranquilidad me tienes en tus manos
Para mi debilidad, la unica eres tu
Al final tan solo se que siempre te he esperado
Y que llegas a mi vida y tu me das la luz, el bien

Ese mundo donde tus palabras hacen su voluntad
La magia de este sentimiento q es tan fuerte y total
Y tus ojos q son mi paz

Si la vida me permite al lado tuyo
Creceran mis ilusiones, no lo dudo
Y si la vida la perdiera en un instante
Q me llene de ti
Para amar despues de amarte, vida

No tengas miedos ni dudas, que tu seras mi mujer
Mira mi pecho, lo dejo abierto
Para que vivas en el

artinya
Aku Mencintaimu



Sederhana kata-kataku ini
Engkau adalah hidupku

Dan aku sangat mencintaimu
Cintaku, dalam potongan-potongan puisiku, engkau ada
Dalam setiap sentuhanmu, aku merasakan kebaikan
Kau semangat hidupku
Dalam dirimu, kutemukan kedamaian

Jika hidup memberikan kesempatan untukku berada disampingmu
Mimpiku menjadi kenyataan
Dan jika aku harus pergi
Biarkan aku mengisi hidupku dengan mencintaimu

Aku tidak ragu atas cinta ini
Kau adalah belahan jiwaku
Setiap diriku adalah milikmu
Tetaplah kau dalam hatiku

Dalam rengkuhanmu, aku merasa damai
Aku lemah dan tak bisa tanpa dirimu
Dan aku selalu berharap
Kau bisa menemaiku
Kau beri aku cahaya
Melalui kata-katamu
Perasaan ini sungguh ajaib
Dan pandanganmu, membuat hatiku damai


(pokoknya, ini terjemahan kira-kira lhu yaa,, karena terjemahkan sendiri :)


Economic Principles and My Holiday

This story will not tell you about how happy I was with my holiday.
It has been the worst holiday I have ever had. But, when my friend told me I had to work this paper (about relationship between my holiday and economic) I guess I get an idea. This holiday, I have changed my status as a FEB’s student. Then, I found that most events has relation to economic event and I started to think like an economist. Hehehe. After thinking thousands times, I choose this title.
Last holiday, I went to Palembang (well, not in Palembang actually, but in Pagaralam. About 6-8 hours from Palembang) and gave my tickets to Balikpapan up. I didn’t really enjoy go to Pagaralam because it will take a long time to go there. And I could not meet my friends in Balikpapan. But if I went to Pagaralam, I could meet my grandma and meet other family members. This was the first and second economic principles I faced : ‘people face tradeoffs’ and ‘the cost of something is what you give up to get it’. I could not meet my friends but I could meet my grandma. It talks about opportunity cost. Also when waiting so long at waiting room, actually I should be at Introduction to Economics at that day, but I gave it up and chose to go to airport.
That was my longest trip. It took about 15hours from Jogja to Pagaralam. Hum... Taking a car to Pagaralam made me know something about Back-to-Hometown Flow a.k.a Arus Mudik. J I had a conversation with the driver and the driver said that he must go back soon to Palembang to take other passangers. If we arrived on 1 a.m (I started trip to Pagaralam at 5p.m), he must back to Palembang at 3a.m. I asked wheter he felt tired or not, he only said, “It is rule from Big Boss, and because I try to get money for my family.” Hoho.. That was the third, ‘people respond to incentives’. He was willing to feel tired to get money as much as he can to make his family happy. He also decreased his ability to do his job because he wanted his Big Boss would decrease his incentives J
The fourth principle I found when I went to my aunt’s house. She was baking a cake when I went there. Her son was cleaning the windows and her husband is cooking ketupat (should I put ‘s’ after ketupat –so it will be ketupats-? Means lot of ketupat. :) This was the fourth, ‘trade can make everyone better off. Every family member had his-her job, so they could get many advantages, clean home, get money and get food.
There were ten principles, but I just can write four of them J