Kau
Bahkan dia selalu aku tunggu. Senyumnya, sapanya. Ya hanya itu, karena aku belum boleh dekat dengannya. Dia bukan seperti pada umumnya. Dia suka musik, tetapi bukan anak band. Ia memainkan salah satu alat musik yang menurutku, beda. Ia tidak terlalu suka pada olah raga. ia hanya suka olah otak daripada olah raga. Ia senang bercanda, tapi adakalanya ia sangat serius. Bibirnya selalu dihiasi kata manis. Bahkan aku pun terkena dampak dari kata-kata manisnya itu. Tapi aku tak pernah menyesal. Ia kurang peka, sehingga aku harus mengungkapkan semua yang ada di hatiku tanpa kurang suatu apa. Ia pintar, cerdas, licik. Perpaduan yang sangat harmonis bagiku. Licik dalam konotasi baik, ya. Ia mempunyai banyak mimpi dan aku sangat senang mendengar cerita tentang mimpi-mimpinya itu. Aku pun terkadang hanyut dalam cerita mimpinya dan berharap, akulah yang akan mendampinginya mewujudkan mimpi-mimpinya itu. Seiring dia bercerita, aku tak lupa memanjatkan do'a, agar semua mimpinya itu terkabul. Oke, tidak ada manusia yang sempurna. Ia juga punya kekurangan, tetapi kekurangannya itu telah tertutup oleh kelebihannya.
Ia, bahkan saat aku tak tahu dia berada di bagian bumi sebelah mana, aku dapat merasakan dia dekat denganku. Lalu ketika waktu berbicara tanpa nada kepadaku, memberitahuku bahwa waktu telah menghidupkan jarak, sehingga aku tak dapat bertemu dengannya, ia mengirim sinyal padaku. Mengirim sinyal yang menguatkan hatiku, tegarkan aku dan buatku bermimpi. Aku akan bertemu dengannya. Aku pasti akan bertemu dengannya dalam keadaan yang lebih baik dan pada saat itu, aku yakin, aku tak akan melepasnya lagi.
Setiap hari, anganku melintasi kota. Meretas batas. Menyusuri setiap jalan yang akan ku lalui untuk bertemu dengannya. Berkhayal aku akan mengelus setiap mahkota bunga yang aku temui dengan senyum terkembang karena terbayang akan bertemu dengannya.
Tapi,
Kemudian aku tersadar dan sedih.
Lalu, aku dengan kerinduan yang teramat, berdoa.
Aku ingin bertemu dengannya
Aku ingin menjadi tulang rusuknya yang hilang
Aku ingin mengeja setiap apa yang terbaca di wajahnya
Aku ingin tatap matanya
Aku ingin dia, menjadi dapat bagiku
Bahkan dia selalu aku tunggu. Senyumnya, sapanya. Ya hanya itu, karena aku belum boleh dekat dengannya. Dia bukan seperti pada umumnya. Dia suka musik, tetapi bukan anak band. Ia memainkan salah satu alat musik yang menurutku, beda. Ia tidak terlalu suka pada olah raga. ia hanya suka olah otak daripada olah raga. Ia senang bercanda, tapi adakalanya ia sangat serius. Bibirnya selalu dihiasi kata manis. Bahkan aku pun terkena dampak dari kata-kata manisnya itu. Tapi aku tak pernah menyesal. Ia kurang peka, sehingga aku harus mengungkapkan semua yang ada di hatiku tanpa kurang suatu apa. Ia pintar, cerdas, licik. Perpaduan yang sangat harmonis bagiku. Licik dalam konotasi baik, ya. Ia mempunyai banyak mimpi dan aku sangat senang mendengar cerita tentang mimpi-mimpinya itu. Aku pun terkadang hanyut dalam cerita mimpinya dan berharap, akulah yang akan mendampinginya mewujudkan mimpi-mimpinya itu. Seiring dia bercerita, aku tak lupa memanjatkan do'a, agar semua mimpinya itu terkabul. Oke, tidak ada manusia yang sempurna. Ia juga punya kekurangan, tetapi kekurangannya itu telah tertutup oleh kelebihannya.
Ia, bahkan saat aku tak tahu dia berada di bagian bumi sebelah mana, aku dapat merasakan dia dekat denganku. Lalu ketika waktu berbicara tanpa nada kepadaku, memberitahuku bahwa waktu telah menghidupkan jarak, sehingga aku tak dapat bertemu dengannya, ia mengirim sinyal padaku. Mengirim sinyal yang menguatkan hatiku, tegarkan aku dan buatku bermimpi. Aku akan bertemu dengannya. Aku pasti akan bertemu dengannya dalam keadaan yang lebih baik dan pada saat itu, aku yakin, aku tak akan melepasnya lagi.
Setiap hari, anganku melintasi kota. Meretas batas. Menyusuri setiap jalan yang akan ku lalui untuk bertemu dengannya. Berkhayal aku akan mengelus setiap mahkota bunga yang aku temui dengan senyum terkembang karena terbayang akan bertemu dengannya.
Tapi,
Kemudian aku tersadar dan sedih.
Lalu, aku dengan kerinduan yang teramat, berdoa.
Aku ingin bertemu dengannya
Aku ingin menjadi tulang rusuknya yang hilang
Aku ingin mengeja setiap apa yang terbaca di wajahnya
Aku ingin tatap matanya
Aku ingin dia, menjadi dapat bagiku
No comments:
Post a Comment