22 February 2014

Tertahan

Sudilah kiranya, walau tertutup awan, kau Dewi Malam, mendengarku. Sudah lama lara ini tidak kau lipur, tak tergurat senyummu di langit.
Entah apa yang kau sembunyikan, tapi biarlah aku berbicara sebentar.
***
Gelas itu berdenting, mereka bercakap, ramai sekali sedangkan aku hanya memperhatikan. Aku hanya memperhatikan.
Kata pun tak terucap, tersendat dalam kerongkongan. Hingga mungkin menjadi jakun, jakun kata-kata.
Aku benci diriku yang merasa aneh, tak dapat berbicara, Dewi. Aku takut mereka tak mendengarkanku, aku takut mereka menertawai apa yang aku katakan.
Tak beralasankah ketakutanku, Dewi?
***
Jawablah, agar tak hinggap lara walau hanya dalam fikir.

No comments: