27 October 2013

Komik-komik I

Lagi ketagihan baca komik. Hampir setiap 3 hari sekali saya memborong 10 komik kemudian membacanya sampai larut malam. Jadi ingat komik pertama saya, Doraemon :D Memang belum bisa dibilang maniak komik sih, karena saya pilih-pilih genre. Kalau di urutkan sih Doraemon yang tetap di urutan paling pertama soal komik favorit. 

Tapi kalau soal pengarang komik favorit, itu lain lagi.
***
Zaman kelas satu eS-eM-Pe, saya mencoba untuk beralih dari Detektif Conan dan Doraemon ke serial cantik. Sebelum itu sih, saya dulu pernah membaca Candy-candy, Rabu-rabu, Lucky Seven. Ah, juga serial Mari (Silver Toe Shoes, Lovely Mari, Mari, dll yang bercerita tentang balet). Kalau baca Candy-candy, mau banget ditolongin pangeran kayak Anthony; baca Rabu-rabu pengen banget makan Taiyaki -padahal nggak tahu Taiyaki itu apa- trus berkhayal bisa jadi cewek kayak Rabu-rabu; dan Lucky Seven, komik tentang cewek kembar, satunya aktris yang cuantik berat, dan satunya cewek tomboy yang punya kemampuan berubah menjadi seperti kakaknya ketika mengucapkan satu sampai tujuh. Baca Mari (cerita Mari ini kayak cerita serial Kho Ping Hoo, nyambung-nyambung) pengen jadi penari balet. Sampe hapal apa itu Grand Jete, Pas de Deux dan lakon-lakon seperti Swan Lake, The Nutcracker, Giselle. Duh! Jadi inget hampir dimasukkan sekolah balet gegara badan yang lentur ini. Tapi apa daya, dulu sekolah balet mahal bet.

Ketika punya uang jajan lebih, saya lebih suka untuk beli komik daripada beli baju. Sampai ingat ancaman orang tua: "Kamu boleh beli baju banyak, tapi nggak boleh beli komik! Bulan ini kalau kamu mau beli komik, sana, tabung uang jajan! Ini Papa-Mama kasih uang. Tapi ingat, kalau kamu beli komik, nggak ada uang jajan!". Segitunya, kan? Saya dikasih uang untuk beli baju yang notabene lebih mahal dari komik, tapi nggak boleh beli komik. Pernah saya keluar air mata di mall cuma gara-gara diancam begitu setelah sekian lama bersabar nggak beli komik. Hihihihihi.

Ah, iya. Usaha saya untuk beralih dari Detektif Conan dan Doraemon pun dimulai. Tapi tetep, Doraemon sih ternyata tidak bisa dihindari. Ketika uang jajan terkumpul banyak, saya bersiap untuk membeli tiga komik. Niatnya sih untuk membeli komik selain Doraemon. Tetapi ternyata tidak bisa. Ketika sampai di Gramedia, saya langsung memegang dua komik Doraemon Petualangan. Kemudian saya pergi ke bagian serial cantik. Tapi koq gambarnya nggak ada yang menarik hati, kemudian juga komiknya bersambung. Akhirnya saya putuskan untuk mengambil satu komik berjudul "When You Look at Me Like an Angel". Kalau nggak salah ingat tuh cerita tentang cewek yang suka tenis, tapi kakinya cedera, gitu-gitu deh. Romantis abis. Salah, romantis pada masanya.

Tapi karena bingung mau beli apa, akhirnya saya memutuskan untuk baca-baca gratis di Gramedia. Btw, dulu Gramedia 'menyediakan' buku-buku yang dibuka dari plastiknya dan membiarkan orang-orang membaca dulu isinya sebelum membeli. Sekarang jarang ih. Hiks. Kemudian saya rajin baca buku (?) karangan Mito Orihara. Itu loh buku yang kecil banget dan isinya seperti mini novel, halaman bergambarnya hanya sedikit. Itu disebut apa ya? Aku rajin baca buku itu setiap ke BC (Balikpapan Center), pada saat aku nggak dikasih uang untuk beli komik. T_T. Buku itu juga asyik, soalnya ada yang cerita tentang tokoh utamanya, kalau nggak salah namanya Miho. Kehidupannya Miho mulai dari zaman SMP, sampai dia ulang tahun ke 17. Ada juga yang cerita tentang ibunya Miho, kakak-kakaknya Miho, dari sudut padang pacar Miho, dan banyak lagi deh. Pintar banget yang ngarang, soalnya kalau kelewatan baca satu aja, kadang bisa nggak ngerti.

Tapi, niat koleksi komik itu agak memberatkan sebenarnya. Dengan kehidupan dompet yang besar pasak daripada tiang ini, aku harus memutar otak sih. Ban alias larangan dari orangtua sudah dicabut (mereka akhirnya nyerah ketika aku selalu merengek-rengek minta beli komik mulu), tetapi aku tetap saja haus akan komik. Pinjaman dari teman-teman tidak menghilangkan dahaga untuk membaca komik, lagi dan lagi. Dari teman-teman pula aku mengenal komik Imadoki!, Slam Dunk dan Black Cat. Bertambahnya judul komik yang dibaca, membuat aku kenal orang lebih banyak, dan keluar uang lebih banyak untuk mengikuti serial itu.

Sampai kemudian tempat yang disebut "rental komik" menjamur di Balikpapan. Di dua tempat rental komik, diriku termasuk "20 anggota pertama" dan punya berbagai macam keistimewaan. Tambahan komik ketika meminjam, tambahan hari, tambahan stempel, dan tambahan teman. Mbak-mbak dan mas-mas rental komik bahkan pernah menawariku pinjam tanpa membayar! Belum lagi kalau misalnya hari Sabtu, bapak pulang cepat dan kemudian mau menemaniku ke tempat rental komik, dan kemudian aku bebas untuk menyewa 10 buah komik! Padahal, kalau hari biasanya aku cuma dapat 2 atau 3 komik saja :D

Jadi kangen... *sroooot*

No comments: