Ku berjalan meniti tiap asa yang ku rajut. Bukan, ini bukan sekedar inginku, hanya lebih dari itu. Kecemburuan membawaku pada suatu titik ingin melebihi mereka, namun tak tahu harus memijakkan kakiku dimana, untuk memulai. Bukan, aku tak sama dengan mereka yang mungkin berubah secara revolusioner, mempunyai target dan berorientasi untuk mencapai itu. Tidak, aku berubah secara perlahan. Kau bilang aku penakut?
Metafora apalagi yang harus kugunakan untuk mimpiku? Menggantung di langit tertinggi, bertaburan bagai bintang di malam kelam, tak terhitung bagai pasir di pantai. Meskipun aku gantung mimpi itu di langit tertinggi, aku tak perduli, aku ingin mencapainya. Meskipun orang bilang mengawang, namun Tuhan mendengar, Tuhan melihat, Tuhan tahu.
Aku tidak menulis sendiri manuskrip kehidupanku, aku hanyalah seorang aktris dalam kehidupan ini. Aku berlakon sebagai aku dan tidaklah aku dapat memainkan peran selain aku. Panggung sandiwara adalah dunia ini, dan kematian adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari panggung itu. Tidak ada peran yang sama dalam dunia ini, dan setiap orang mendapatkan peran. Ini panggungmu. Peran figuran, antagonis, ada yang datang dan ada yang pergi, ada yang kembali.
Biarkan ku gapai semua itu dengan iman, cinta, harapan.
No comments:
Post a Comment