29 June 2011, 5.45an KSA time.
Bis berhenti sebentar untuk makan. Yay, makanan pertamaku selama di darat. Yummy! Ayam bakar, sambel tempe dan-sepertinya-teri-teri-gimana-gitu, sambel dan pisang :9 Ku lahap makanan itu sampai hanya bersisa pisang dan sambel tempe dsttgg itu. Aku tak memakannya karena ada ternyata juga bercampur kacang yang tak bisa ku kunyah.
Oke, sepertinya cerita ini hanya berkisar ke makan-makan saja. Namun itulah, ditenangkan dengan makanan.
Selesai makan, aku meminta si kakak untuk membuat video pertama. Cukup norak. Muka kucel, kerudung tak berbentuk lagi, dan penerangan seadanya, membuatku tampak seperti hantu yang sedang syuting. Suhu di dalam cukup dingin, 14º C, berbeda drastis dengan suhu di luar yang mencapai ± 35º C. Sepanjang perjalanan di waktu menuju maghrib, aku buka gorden yang menutupi jendela dan mulai lagi merekam semua pemandangan. Setir di kiri membuat mobil-mobil yang berjalan di kananku cukup ramai (ya iyalah..) Cukup mengezutkan karena di gurun nan panas ini terdapat banyak taman bermain dengan lampu yang sangat terang.
Si Kakak bilang: “Iya Ce’ Inez. Kalau di Arab ini malamnya kayak siang…”
Aku : “Kalau siangnya?”
Si Kakak : “Ya sudah, siang aja. Gimana sih?”
Toeng.
Menghabiskan perjalanan menunggu Maghrib? Aku tidur lagi :D
Emang waktunya tidur koq kalau di Indonesia *ngeles*
Sekitar satu jam perjalanan lagi, kami singgah untuk shalat maghrib. Shalat maghrib sekitar jam 7 pm KSA. Kalau di Indonesia, pertengahan jalan antar-kota biasanya dipenuhi dengan rumah makan, tapi kalau di Arab sini lain. Pertengahan jalan biasanya hanya pom bensin atau masjid. Lumayan sih besarnya, namun tempat wudhu’nya itu loh. Ampun deh baunya. Mungkin jarang ada yang membersihkan. Tapi ketika masuk tempat wudhu’ aku merasakan déjà vu. Tempat wudhu’ yang ada tempat duduknya, tempat sampah dan kaca yang ada tepat di ujung pintu masuk.
Mungkin hanya perasaanku saja lah.
Ku lepaskan sepatu dan kaus kakiku. Ku buka keran air dan kubasuh kakiku. Subhanallah. Segar. Sebelum ambil air wudhu’, aku mendengar percakapan dalam bahasa Turki. Mengapa aku tahu bahasa Turki bukan bahasa Arab? Karena tak satu pun kata dalam bahasa itu yang aku mengerti. Kalau bahasa Arab sedikit-sedikit tahu lah :P Tapi kenapa milih bahasa Turki, bukan China atau Rusia? Suka-suka dong.
Selesai wudhu’, aku dan kakak mencari masjidnya. Ada tulisan dan panah. Sebentar. Ro Zai Lam. Rizal. Laki-laki. Bah, mana dia? Ku kelilingi lagi masjid itu sambil mengingat-ingat. Perempuan bahasa Arabnya apa yak? Ku lihat banyak perempuan masuk di suatu tempat. Udah hampir nyampe, eh, kenapa pula ada laki-laki gendong anak masuk? Putar sekali, dua kali, masih aja Rizal yang ketemu.
Akhirnya kuputuskan untuk bertanya pada pemimpin rombongan.
“Lurus ke kiri, ke kiri lagi.”
Masya Allah. Udah dua kali aku keliling, masa iya sih nggak ke baca petunjuk selain “Rizal”? Ku ulangi sekali lagi pencarianku. Ketika ada banyak perempuan yang keluar, kuperhatikan, ternyata ada satu tanda yang terlewat. Ku baca: nun ya sin alif. Nisaa. Alamak. =,=’ . Kakak hanya menatapku dengan tatapan capek-deh.
Shalat jamak Maghrib dan Isya.
Banyak tulisan di dinding. Kible (Turki), Kaf ba lam ta (baca: Kiblat), dan beberapa coretan lain. Iseng ku perhatikan, apa ada tulisan Kiblat yak dalam huruf latin :D Tapi nggak ada Alhamdulillah.
Lalu aku pun menarik kesimpulan. Jama’ah Indonesia itu khusyuk dalam beribadah #halah Tapi ada kesimpulan lain lagi: jama’ahnya banyak yang tua dan nggak bawa pensil. Nggak sempet nulis. *digebukin*
Kembali ke bis dan… tidur lagi.
…
Nggak terasa sudah nyampe aja bis di Hotel Mövenpick-Madinah. Jam menunjukkan hampir tengah malam waktu Saudi Arabia. Hampir berganti hari. Mutawwib-nya sibuk mengurusi kunci hotel. Kami pun menunggu dengan sabar. Yap, kamar 9009. Lantai Sembilan. Waw, selama ini paling tinggi aku cuman di lantai 8. Kini di lantai 9. Papa, Mama, Abang di 9005.
Masuk di kamar, aku langsung menuju jendela. Subhanallah… Langsung pemandangan Masjid Nabawi. Setelah puas melihat, aku menuju kamar mandi. Yap, selain makanan hotel, aku pun menilai hotel tersebut dari kamar mandinya :D Kalau bagus, pastilah hotelnya juga bagus. Aku pun membersihkan diri dan bersiap untuk istirahat sebentar sebelum adzan Shubuh pertama berkumandang. Adzan pertama? Yap, karena ada juga adzan ke dua. Adzan pertama tanpa lafadz “Asshalatu khoirum minan naum.” (Lebih baik mendirikan shalat daripada tidur), merupakan adzan pembangun (menurutku). Kemudian adzan ke-dua yang merupakan panggilan shalat. :)
Aku tidur di samping Oma.
Menunggu Shubuh pertamaku :)
No comments:
Post a Comment