15 June 2010

Kaya (part one)


arrggghhh
nda bagus juga nih~aku udah makin jarang aja terlihat di halaman ini.

susah sih ya?

Sekedar mau ngasih tahu aja, sekarang lagi ujian akhir dan aku hanya~, hanya buka-buka buku, lalu buku itu kujadikan bantal... Tapi keras abis dan akhirnya bisa menyebabkan kaku leher.

Ohya, kemaren aku sempet pulang ke balikpapan dan.. Menemukan bahwa kota itu dilanda gaya hidup hedonisme yang sangat parah. Okelah, sebagai anak ekonomi _ayhem!_ aku tahu kalau konsumsi itu akan menggerakkan pendapatan. Tapi gile aja tuh, kayaknya orang kaya lagi betebaran di Balikpapan. Necis, modis and teletubis abis. Perlente. Aku jadi ngeri ngeliat anak-anak yang notabene masih SMP-SMA atau bahkan masih SD itu bergaya, ralat, kehabisan gaya malah. Kenapa? Karena saking nggak tahu mau gaya apa, mereka malah nggak pake apa-apa. Andai aku bawa kain lebih pas jalan, pasti aku udah sodorin.

"Mbak, mau kainnya? Dijual, harga miring mbak. Daripada situ kerokan ntar malam, mendingan sekalian dicegah dulu"

baru ntar aku pasti dilihatin aja.

Orang gila.

Aku jadi heran ya? Semakin menuju ke masa yang mereka bilang modern dan sinar matahari yang semakin menyengat, mereka malah sedikit demi sedikit tidak melindungi badan, spesial buat kulit -yang katanya sinar matahari bisa menimbulkan kanker kulit- eh, tapi malah dibuka-buka. Yang atas semakin dikebawahin, yang bawah semakin dikeatasin (bahasakuuuuu~~)

Hermannnn~~

Huhu...

Bahaya hedonisme ini terasa sangat ketika orang-orang dari Kalimantan berpindah ke Jogjakarta untuk mencari ilmu, spesial untuk Kalimantan Timur, penghasil minyak dan gas. So pasti, hasil jualan minyak dan gas itu sangatlah menguntungkan. Dan itu berimbas pada keturunan orang yang bekerja pada perusahaan yang bergerak di kedua bidang itu. Karena biaya hidup yang tinggi, banyak yang menganggap bahwa makan dengan harga total Rp. 6000,- adalah hal yang murah. Memang, kalau di kedua kota yang berawalan B itu, harga makanan bisa dibilang cukup mahal. Nah, karena harga rendah dan penghasilan yang tinggi itu tetap, maka daya beli meningkat dan mahasiswa-mahasiswa yang belajar disini itu merasa kaya. Jadilah mereka berbelanja, mengkonsumsi berlebihan.
Misalnya, mereka punya uang 100.000, kalau di Balikpapan or Bontang mereka cuma bisa dapet 1 baju, disini mereka bisa dapet 3 baju, itupun kalau pintar bisa dapet 5 baju. Karena biasa menghabiskan 100.000 untuk membeli baju, ya akhirnya mereka gunakan semua uang itu. Jadilah mereka merasa kaya.

Ada satu kawan yang disinggung mengenai kata "murah". Suatu hari untk tugas English II, kami diminta untuk menceritakan pengalaman tentang masalah budaya yang berbeda, dan temanku menulis, : "harga-harga di jogja sangat murah."
dan akhirnya Lecture-ku bilang: "ini jurnal buatan orang kaya."

Mengapa lecture ku bilang begitu? Karena yang dibilang murah oleh temanku itu adalah sesuatu yang menurut orang jogja mahal. Misalkan soto ayam. Kalau di balikpapan, harganya bisa sampai 10.000, ketika menemukan harga soto ayam 5.000 di jogja, itu termasuk murah. Tapi ternyata, orang jogja bisa saja berpandangan lain, karena ada soto satu porsi itu 2.500. (nggak percaya? mau saya buktikan?)

--to be continued

No comments: