20 June 2010

Kaya (part three)

Sibuk ngomentarin Kekayaan? Sirik lo Nad. Rezeki ya jangan ditolak. Lah orang itu emang untuk kita.

Emang itu untuk kalian. Tapi apakah kalian kira itu long lasting forever?

Ingat, masih ada yang lebih membutuhkan dari kalian. Masih ada yang perlu diberi sedikit rezeki kita. Masih ada yang menadahkan tangan, bukan masih ada. Tapi tambah banyak! 

Please kawan...

Aku jadi ingat ketika apartemen dan hotel Aston dibangun di Balikpapan dan aku mempunyai teman disana. Percakapan lebih dari 5 tahun itu masih terekam dalam ingatanku.

"Mia, kamu kena gusur itu nggak sih? Yang katanya mau dibangun apartemen itu..."
"Nggak tahu eh Nad. Pun digusur, ya katanya sih mau dipindah ke RSS (rumah sangat sederhana)"

"RSS? Bukannya Rumah Sangat Sangat Sederhana Sekali Sekaligus Sangat Sangat Sempit Sekaligus Sumpek? atau singkatnya, errr,(menghitung) RS10??"

"Hahaha... Iya eh Nad. Ntar karirku sebagai pengupas bawang berakhir... Bukan berakhir sih Nad, cuma ntar aku ehm, mamaku harus keluar duit untuk ambil bawang di Pasar Klandasan. Air susah lagi disana."

"Jadi?"

"Belum lagi SMA ini. Aku nggak tahu lanjut atau nggak..."

aku diam. Sekarang aku tidak tahu kabar Mia. Kampung (kalau itu tepat disebut kampung) Mia tinggal adalah kampung pengupas bawang. Dan sekarang? Kampung itu, yang terletak di sepanjang pesisir pantai, ditengah-tengahnya menjulang apartemen dan hotel yang SURAM, nggak ada yang beli Apartemen itu!

Please, tidak maukah kalian berbagi? Supaya tidak ada kesenjangan sosial? Apa mentang-mentang Allah menciptakan semua berpasangan, jadi harus ada kaya dan miskin?

Kamu sendiri gimana? Kamu nggak hedon?

Kalau aku? Yang tahu kamu.

No comments: