Andai aku t'lah dewasa
Apa yang 'kan kukatakan
Untukmu idolaku tersayang
Ayah
Detik demi detik berlalu, Pa. Kemudian aku menyadari, bahwa tak sedikitpun kau melarang pintaku. Tak sedetikpun kau biarkan aku terluka. Berdiri tegak sebagai punggung keluarga, menopang segala macam beban dalam rumah-tangga. Sejak ku kecil ku telah melihatmu sebagai idolaku. Kemudian kau mengajarkanku mengidolakan Rasul, bahwa satu-satunya teladan hanyalah ia. Bahwa dunia hanyalah persinggahan. Bahwa segala rintangan adalah tantangan. Bahwa meski jauh, hatinya tetap was-was. Lalu, kau serahkan semua pada Allah, untuk menjagaku.
Andai usiaku berubah
Kubalas cintamu bunda
Pelitaku, penerang jiwaku
Dalam setiap waktu
Dahulu, teriakanmu sangat tak kusuka. Namun ketika diam menyergap dalam malamku, aku tahu aku merindukan hal itu. Mama. Ketika keringat menetes untuk menyenangkan semua anggota keluarga, hancurnya hati ketika melihat anaknya melawan. Segala yang tak kutahu rasanya sampailah ketika aku menjadi seorang mama bagi anak-anakku. Walau sedikit bertutur mengungkapkan sayang, namun mama, buatmu pada anakmu yang selalu meminta ini sudahlah cukup memberitahukan bahwa kau sangat sayang pada anakmu. Yang sayang itu tak mungkin aku balas. Selain dengan mendoakanmu.
Oh... Kutahu kau berharap dalam doamu
Kutahu kau berjaga dalam langkahku
Kutahu s'lalu cinta dalam senyummu
Oh Tuhan, Kau kupinta bahagiakan mereka sepertiku
Dalam setiap doa, namaku disebut. Dalam setiap pengaharapan ke bawah Duli-Nya, tak lupa agar bahagiaku ada. Dalam setiap nasihatmu, ku tahu, yang kalian inginkan hanyalah kebahagiaanku di masa mendatang. Kesuksesanku.
Andai aku t'lah dewasa
Ingin aku persembahkan
Semurni cintamu, setulus kasih sayangmu
Kau s'lalu kucinta
No comments:
Post a Comment