30 October 2011

Lying under Lying

Mungkin sudah beberapa kali kutuliskan kalimat-kalimat tak bermakna.

Mungkin kebiasaan untuk menuliskan sesuatu yang ada dalam fikir mulai lekang oleh waktu.

Mungkin aku lebih mementingkan tugasku daripada mengasah kemampuanku berbahasa dan menuliskan uneg-uneg.

Selama tak menarikan jari, tentunya banyak peristiwa yang sudah ku alami, dan aku ambil pelajarannya. Mulai dari melarikan diri dari rutinitas, sampai melihat, yang terjebak dalam rutinitas.

Tapi kemudian aku ingin membahas tentang kebohongan.

Manusia terkadang lebih banyak untuk tidak jujur kepada diri sendiri daripada membohongi orang lain. Aku jadi teringat tentang film yang ku tonton beberapa bulan yang lalu, The Invention of Lying. Penemuan Kebohongan. Dalam film itu diceritakan bahwa semua manusia hidup dengan berkata, menceritakan tentang apa yang ia fikirkan tanpa ada yang ditutupi. Mau bilang "Kamu itu jelek, jadi nggak usah mengkhayal deh untuk jadi pacar aku", atau yang paling nyelekit, "aku mau nikah sama kamu karena kamu bibit unggul". Itu inti yang Rob Lowe katakan kepada Jennifer Gardner. Tanpa tedeng aling-aling, langsung tepat kepada niat. Urusan cinta mah belakangan. Mungkin Rob penganut witing tresna jalaran saka kulina, cinta tumbuh seiring waktu.

Apa sih yang mau aku katakan?

Well, aku lagi benci banget sama orang yang ternyata sudah membohongi aku selama -mungkin- bertahun-tahun. Apa mungkin itu bukan suatu kebohongan, tapi menutupi sesuatu? Misalnya gini, setting tempatnya di kampus, sahabatmu, bukan, temanmu, sedang berjalan denganmu, dan kamu berkata, dengan hati yang tidak karuan: "Aduh, gimana ya? Tugasku belum selesai nih. Mana mepet lagi. Kayaknya cuman bisa dapat 4 halaman, padahal kan maksimal 5. Kerjaanku jadi nggak maksimal..." Kemudian dia berkata, "Tenang aja, aku juga nggak ngerjain (di kampus), dan aku juga cuman 4 halaman koq ngerjainnya (kemaren ngerjain sudah 4, ntar di rumah mau kerjain 5)"

Yap, kata dalam kurung adalah kata dalam hati temanmu itu.

Dia nggak bohong. Dia hanya berkata yang jujur. Pada saat itu.

Banyak yang mengatakan kebohongan untuk memuaskan hati lawan bicara. Kemudian kebohongan itu ditumpuk, ditutupi dengan kebohongan-kebohongan lain agar kebohongan pertama tidak terungkap. Sampai kemudian kau dicap "Pembohong Besar". Perbuatan bohong untuk menyenangi orang lain itu kata mereka disebut White Lie, atau terjemahan letterlek-nya adalah Bohong Putih.

Tapi menurutku sendiri tidak ada itu bohong putih, bohong ya bohong. Dan itu dosa.

Kalau menutupi sesuatu seperti cerita di atas?
Ya suatu hari tidak menutup kemungkinan akan terucap satu kalimat yang berbunyi: "Koq dia nggak bilang sama aku ya?". Daripada berbohong, kemudian mencoba jujur dengan menutupi yang lain. Tidak menceritakan semua cerita.

Mencoba berjudi dengan perasaan orang lain.

Kalau dia tahu dan diam, dan dia memaafkan, syukurlah.
Kalau dia tahu kemudian berbicara padamu, mungkin akan menyiapkan berbagai alasan, atau berkata, "Udah lewat ini. Kamu mau ngapain?"
Kalau dia nggak tahu, syukurlah (?)
Kalau dia diam saja... Apa dia tahu aku bohong?

Jangan jadikan kebohongan sebagai pemulas bibirmu.

No comments: