Hem, lama juga aku nggak nge-blog. Karena Merapi meletus keamren, aku ngungsi ke Balikpapan bersama teman-teman KPMB. Thanks Beben for helping mee.. Ntah apa jadinya kalau misalnya aku nggak bales sms Beben kemaren.
Perjalanan panjang kutempuh dengan 3 macem kendaraan. Mobil, bis bandara, pesawat (bis bandara kesebut juga yak? :P). Perjalanan melewati berbagai kota pada malam hari ada seremnya ada senengnya juga. Yang pertama kenapa serem? Suasana kemaren sepanjang perjalanan ke Surabaya itu agak aneh menurutku. Setelah erupsi terbesar (5/11) dan hujan abu, sekitar sore hari hujannya hanya berganti jenis, hujan air. Hem, jadi aku ngerasa gerah disamping dingin *kamumemanganehnad.
Aku dijemput Beben di Kost Pipitoo. Sekitar jam 7 aku dan Beben ke Asrama KPMB [FYI: Keluarga Pelajar Mahasiswa Balikpapan] di Seturan. Nunggu dia packing nggak jelas. Ntah apa yang dia bawa. Menerobos hujan yang bercampur abu, dia nganter aku pulang ke kost dulu. Aku sebenarnya sudah siap dengan tasku, tapi aku memutuskan untuk memasukkan semua baju kotor ke koper yang lebih besar. Daripada nggak bisa ngejemur di Jogja? Sementara aku packing dan bebersih, Beben pergi ke Jakal Km. 8 untuk naro tas dia. Yang rencana berangkat ada Rivan, Beben, Gigih, Mira, Aline, aku dan hem, satu lagi aku lupa noh namanya :'(.
Dasar emang orang Indonesia, si Beben bilang mau jemput jam 8 malah jemput setengah 9. Aku udah siap aja dari jam 8 kurang. Gerr~
Nyampe disana, aku seperti orang asing, yang aku kenal cuman Beben yang asyik dengan dunianya *kamumemangkejambencu. Si Bapak-yang-nyupirin-kami pun dateng lebih telat, jadi rencana jam 9 pergi hanyalah isapan jempol belaka *hadeh. Sebelum berangkat ke Surabaya, mengisi perut dulu di KFC di Jalan Solo. Sampe disana, yang kami dapatkan hanyalah ayam sisa *hiks. Entah katanya siapa yang ngasih info kalau itu KFC 24 jam. Padahal itu udah setengah 10 dan KFCnya tutup jam 10. Dalam setengah jam kami memesan, makan dan mampir ke WC :P
Perjalanan mulai sekitar jam setengah 11. Yang aku ingat kami melewati Solo, Surakarta, Ngawi; selebihnya aku lupa karena begitu banyak kota ;> Dalam perjalanan, aku udah nggak tahu lagi harus berkata apa. Mataku lelah pengen tidur, tapi rada nggak percaya ama sopirnya. Lagipula aku bingung mau tidur gimana. Pas udah lelap sedikit, aku ngerasa kakiku kesemutan, akhirnya melek lagi. Aku tidur ketika aku mengestimasikan akan tiba di Juanda sekitar 2 jam lagi. Aku kira akan tiba di Juanda selambat-lambatnya jam 5. Jadi aku bisa tidur pas jam 3. Ketika melirik hp, waktu menunjukkan jam 12, ternyata masih lama. Nggak lama kemudian, Siti -anak IE loh- sms:
"Nath pulang nggak? Aku bertualang dengan Ayu."
Berarti sebagian besar pada pulang ke asal nih. Keinget tadi dimarahin Papa gara-gara aku labil, antara pulang dan enggak. Aku bales:
"Aku juga pulang. Menghindar. Hha"
Batrei hp tinggal dikit, aku pengen tidur aja supaya nggak gatel ngelirik-lirik hape. Aku memandangi sopir. Dalam hatiku eduunn eta si Bapak teh naon yak kucek-kucek mata ama nguap terus, bagemana torang ini mo bale ka Balikpapan dengan selamat? Duh Gusti, nggreges rasaning ati.. *hadeh. Aku memeluk Micha, lumayan ada bantal, disamping anti-matigaya. Dari sana aku ngulang-ngulang bacaan surah-surah pendek yang nggak bertambah-tambah nih sejak satu semester.
Aku hanya bisa pasrah saat itu, menulis surat wasiat, mengingat masa lalu, berdoa, berharap masuk surga *lebay.
Dan jam 3 keparat itu belum datang dan kepalaku sudah penat, aku memutuskan untuk tidur jam 2. Aku tidur sambil senderin jidat ke jok mobil, malah kram leher. Tidur nyamping, malah sakit pinggang. Aku akhirnya memutuskan tidur sambil menutup mata *kamumemanganehnad.
Yak, sehabis tidur dengan tidak sempurna, tibalah juga di jalan tol yang menuju ke Bandara Internasional Juanda. Dari gerbang tol ke bandara sekitar 10 kilometer. Subhanallah, bisa melihat bianglala di ketinggian jalan tol itu merupakan kenangan indah eh. Melihat kegelapan malam berganti ungu, merah, oranye, kuning, kemudian perlahan menjadi biru.
Memijakkan kaki di Juanda membawa anganku ke Bandara Sultan Badaruddin II di Palembang. Mulai dari luasnya, kewajiban untuk "jalan kaki" ke tempat tujuan yang jauh, dan ramainya, semuanya. Namun, keramaian ini di dominasi oleh mahasiswa Jogja. Ya, ketahuan banget dah pokoknya, dari masker yang masih di kaitkan di leher, sampai bawaan yang hanya sedikit -kecuali aku.
Belum beruntung, kami yang jam 6.50 harus berangkat, masih berkutat dengan tiket yang belum dicetak. Loket Garuda Citilink baru buka jam 6, dan pembukaan itu diiringi suara misuh-misuh para penumpang yang belum mencetak tiketnya. Hihi. Lucu aja orang-orang pada nitip tiket ke orang yang antriannya di depan. Trus yang antri di depan kebingungan milih orang yang bakal dia tolong.
Ketika masalah tiket selesai, check-in, lalu menunggu.
Aku melihat ada Periplus lalu aku memutuskan untuk membeli The Alchemist. Hem, sebenarnya aku juga belum melahap If You Could See Me Now-Cecelia Ahern, tapi beli aja deh :D
Nggak lama kami di ruang tunggu, dan akhirnya ada panggilan untuk masuk ke pesawat. Seperti yang aku bilang tadi bahwa aku juga naik bis bandara. Yap, untuk mengantarkan ke pesawat.
Dan ketika menaiki anak tangga pesawat pertama, itulah akhir dari perjalananku di Surabaya.
-tobecontinuedtopart Di Atas Langit-Balikpapan
-tobecontinuedtopart Di Atas Langit-Balikpapan
1 comment:
haha itu bukan temen2 KPMB tapi yaa keluargaku dan calon keluargaku :p
ance dunia sendiri -___-
Post a Comment