1 November 2010

A Thing Called Lust

Hem, sebelumnya aku ngepost sampah dan akhirnya dimarahin Devi karena nggak ada klimaksnya :P
Maaf *sujudsujud*

====

Dan aku ingin menceritakan sesuatu. Entah kau akan menganggapnya sebagai sampah, atau ya~ sekedar membacanya.

Entah apa aku yang naif atau memang pikiranku nggak pernah dewasa, aku mempertanyakan kebobrokan perilaku orang. Aku mempertanyakan sampai ke akar mengapa orang melakukan sesuatu, apa latar belakang melakukan sesuatu. Aku kadang tidak percaya orang melakukan sesuatu for no reason.

Dan pembicaraan ketika nginap tempat teman membuatku eneg sekaligus... Merenung.

Aku sibuk membicarakan sesuatu yang disebut Cinta, sampai ketika cinta itu dipertanyakan.

"Aku nggak ngerti kenapa orang bisa pacaran ganti-ganti, trus bulanan dan cuman hitungan satu tangan. Hati mereka cepat banget lupa atau memang hanya mencari yang cocok?"

"Nggak tahu eh, Bun?"

"Aku ngapain sih ya kemaren sampe hampir empat tahun itu?"

"Virtual, Bun. Nggak nyata. Tahan banget?"

"Kalau virtual, kenapa bisa selama itu? Meninggalkan bekas di hati lagi."

"Ceileh, Bun. Lebay nah. Kalau nafsu sih sebentar aja tahannya."

"Trus, kalau gitu, pacaran untuk apa?"

Aku, kami, terdiam.
Virtual? Apa hanya khayalan saja? 

Pacaran katanya mencari kecocokan. Cocok?

Pembicaraan tersebut akhirnya berlanjut pada kegalauan mencari suami. Setelah prolognya adalah seorang-yang-kami-kenal-berprilaku-baik-ternyata-bejat telah melakukan blalalalbla dengan seorang-yang-tidak-kami-sangka. Hem, tidak seorang saja, disinyalir ada banyak orang yang kami kenal. Tapi temanku hanya menyebut satu.

Dan aku histeris.

CINTA = Cerita Indah Nafsu Tiada Akhir (?)

Perih. Nggak nyangka.

Teman kedua-ku berkata,

"Nad, disekelilingmu itu banyak. Tapi kamu nggak perlu tahu siapa. Cukup kamu tahu, bahwa disekelilingmu itu hal yang bernama 'Ayam Kampus' itu ada."

Aku nggak ngerti, orang mana sih yang nggak tahu kalau yang namanya free-sex itu bahaya? Dengan pendidikan yang tinggi ini, dengan teknologi canggih gini, masih nggak tahu bahaya free-sex? Untuk apa? Uang? Apa yang namanya virginitas itu tidak penting lagi?

Pertanyaan selanjutnya: apakah (1) Niat menimbulkan kesempatan, atau (2) Kesempatan menimbulkan niat?

Memang aku nggak pernah dapet cerita dari orang pertama soal kasus beginian. Aku selalu mendapatkan cerita dari orang kedua yang nggak bisa nahan beban cerita. Walaupun dia merahasiakan nama.

Bukan niat mau menjelek-jelekkan, namun aku anggap itu sebagai peringatan.

Yang jelas dunia tak seindah yang aku kira.

3 comments:

Bentar Cucu Samibuti said...

hmm likes your opinion, and words actually :p

mungkin bisa menjadi renungan buatku hehehe

Nadinez Chicylia said...

jadi, kamu gitu nggak ben?
*hahahaha*

Halabi Zada Fitriana said...

cukup tau aja :)