Lagi-lagi ini untuk dirimu yang kuat dan cerdas.
Terkadang, kata memang difikirkan terlebih dahulu, sebelum engkau mengeluarkannya. Namun, terkadang ia lepas begitu saja tanpa bisa ditarik kembali seperti angin yang berhembus. Ketika malam masih dingin dan bintang masih ikut berdzikir dengan orang yang menundukkan kepalanya, kau berkata seperti itu.
Hehe. Ntah perasaan apa itu. Namun aku rasa itu tidak menggores hatiku sebegitu dalamnya. Aku anggap itu sapaan darimu.
Aneh tapi nyata.
Aku membaca angka tapi terlihat seperti untaian syair. Aku inginkan waktu berlari. Namun di satu sisi aku ingin waktu berhenti. Agar aku selalu bisa melihat garis itu.
Ketika roda berhenti, aku menyusuri jalan.
Berharap pandangan menangkap sosok berbalut nagata.
: kau :
No comments:
Post a Comment