1 August 2010

Wisata?! (Part 2)

Setelah puas memandangi pemandangan yang buat sakit mata, mata nad tertuju pada tabung ajaib warna abu-abu itu. Televisi! Mulai dah norak nad keluar -sindrom nggak punya tivi di kostan-. Cari rimut tivi trus menghempaskan badan di spring bed nan empuk. Alhamdulillah. Badanku yang capek mendapatkan pemuasan :D

Ganti-ganti channel.

Pencet-pencet semua tombol yang ada di rimut.

Gonta-ganti channel lagi.

Mulai marah.

Meyakinkan diri sendiri bahwa hotel berbintang (kalau malam) ini menggunakan tivi kabel.

Semut menari-nari di tabung ajaib itu.

B to the E to the T to the E

Sumpeee loo, masa iya hotel sebagus ini tidak mempunyai pelayanan bagus dalam hal hiburan untuk menghibur orang udik ini??

Akhirnya nad memutuskan untuk mandi. Oke, saatnya memanjakan diri dengan air hangat~~

*sensor*

Habis mandi, nad mencoba menyalakan televisi lagi. Wokeh. Akhirnya dapet juga. America's Next Top Models. Asooy, hanya bisa menelan ludah melihat betapa langsing dan tingginya mereka. Dan nad akhirnya yakin, hotel ini menyediakan fasilitas tivi kabel.

Jam menunjukkan pukul 6.20. Habis maghrib papa bilang mau ke Benhill. Katanya mau makan malam. Sippo, sedep beneerr... :D Aku paling suka bagian makan-makan kalau sudah begini :) Secepat kilat nad berganti baju. Yippie! Kata Papa benhill itu dekat dari hotel, dan supir taksi pun meng-iyakan hal tersebut. Aku jadi tenang, karena aku sudah puas duduk 6 jam lebih. Baik itu di bandara, pesawat dan taksi yang mengantarkan aku dan papah ke kantor-kantor. 

"Yah, sekitar 15 menit nyampe koq dek." kata si sopir.

Sip, 15 menit. Cuaca ketika itu, habis hujan, tapi berkabut. Kata papa sih karena asap yang nggak bisa sampai ke langit tinggi -apalah redaksinya karena aku lupa-. 

menunggu.


...





,,,






,,,



menunggu sambil melihat jam.

macet

sekeliling tak ada yang bergerak.


MACET.


dan 45 menit kemudian.


akhirnya sampai juga di Benhill.

*catatan : 15menit yang dimaksud sopir adalah waktu ideal. Dan waktu ideal itu adalah : hari raya, ketika Jakarta hanya didiami oleh penduduk yang tinggal di bawah jembatan atau para transmigran yang aneh, masih mau datang ke jakarta.

**catatannya catatan : sopir ini pandai menipu dan menenangkan hati penumpang.

Di Benhill, kami makan di sebuah warung makan (ya iyalah) tapi aku lupa namanya apa. Rame abis tuh. Hum~ Aku pesen ayam goreng kecap dan papa kwetiau. Papa menceritakan pengalaman beliau bersama Pak Eddy yang ketika itu kalap memesan makanan. Mereka pesan kepiting kare 2, ikan gurame goreng 2, dan aku lupa apa lagi. Yang aku ingat, ternyata porsi makanan yang datang itu jauh dari perkiraan mereka. 1 porsi kepiting kare itu cukup untuk 4 orang, 1 porsi ikan itu cukup untuk 3 orang. Orang yang dimaksud disini adalah orang dengan kemampuan menghabiskan makanan sediiiiikiiit diatas rata-rata orang biasa.

Aku nggak ngebayangin mereka menghabiskan makanan itu.

Aku masih sempat melihat orang-orang yang duduk disampingku. Tiga orang di samping kananku adalah cewek2 G40EL yang memenuhi kriteria 5B (Bermobil, Blackberry, Belah tengah, Berpuntung [rokok], Bermakeuptebel). Siplah, aku terbatuk-batuk karena asap rokok yang mereka hembuskan. Sementara kupingku naik mendengar pembicaraan grup sebelah kiriku.

"Hahaha... Bagaimana, Bu? Mau kemana kita besok ni?"

"Jalan dulu pak. Penat kita di kantor. Kapan lagi kita jalan?"

Aku menoleh ke kiri. Pejabat ini. Masih jalan juga udah nunggu jalan-jalan berikutnya. Duit rakyat itu heii!

Aku melihat lambang garuda di saku seorang bapak pejabat itu. Percakapan selanjutnya membuat kupingku panas. Sambil terkekeh-kekeh mereka berkata.

"Proyek apa lagi selanjutnya ini bu?" 

"Proyek studi pengembangan desa?"

Sihal. Proyek itu sudah pastilah proyek untuk mengenyangkan perut buncit mereka.
ZZZZ..

Sementara banyak yang tinggal di bantaran sungai, bantar gebang (eh, itu nama tempat), dan tempat-tempat tak layak huni lainnya, mereka merencanakan proyek untuk menambah ketebalan dompet mereka.

Aku makan dengan kalut.

Sekitar jam 8 aku selesai makan.

dan perjalanan pulang, lebih lama dari pergi. 1 jam lebih sekitar 15 menit.

Aku melihat kehidupan kota Jakarta. Teringat lagu:

Sapa suruh datang (ke) Jakarta
Sapa suruh datang (ke) Jakarta
Sapa suruh datang (ke) Jakarta
...
(Nada Nona Manis)

Miris. Aku melihat praktek Homo Homini Lupus. Kawanmu, bisa saja sebenarnya adalah lawanmu. Aku heran, mengapa masih saja ada yang mau tinggal di Jakarta dengan segala ke-horror-annya. Macet, kriminalitas, persaingan.

Sampai di hotel, ku tutup pintu kamarku. Aku bersender.

Sapa suruh datang (ke) Jakarta...

No comments: